6. Foto

5.7K 880 75
                                    

.
.
.
.
.

"Iva?" Ivana yang baru saja keluar dari ruangannya menoleh ke belakang ketika seseorang memanggil namanya.

"Eh Pak Jaehyun," Jaehyun mendekat ke arah Ivana.

"Panggil Kak aja. Lagipula pegawai yang lain udah pada pulang kan?"

Ivana tersenyum lalu mengangguk. Memang, hanya tinggal dirinya sendiri di sini. Teman-temannya yang lain sudah pulang sejak dua puluh menit yang lalu.

"Kamu pulang sendiri?" Tanya Jaehyun.

"Iya."

"Bareng aja gimana?" Tawar Jaehyun. Tidak tega jika membiarkan Ivana pulang sendiri meskipun hari belum terlalu malam.

"Aku bawa motor Kak."

Jaehyun menggaruk keningnya, mencoba mencari solusi agar Ivana bisa pulang bersamanya, "Motornya biar di bawa supir saya aja. Kamu pulang dengan saya naik mobil."

"Tapi kan---"

"Nggak apa-apa, ayo," Jaehyun dengan reflek meraih tangan Ivana, sedangkan si gadis fokus menatap tangannya yang di genggam Jaehyun. Sesampainya di parkiran khusus milik Jaehyun, Ivana masih terfokus pada tangannya, membuat mata Jaehyun ikut menatap tangannya, "Eh maaf ya?" Jaehyun pikir Ivana tidak suka jika ia pegang, maka dari itu si pria langsung melepasnya.

Ivana menggeleng canggung, "I-iya Kak, nggak apa-apa."

Jaehyun membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Ivana masuk.

Selama di perjalanan pulang, tidak banyak yang dibicarakan, kalaupun ada pertanyaan, itu hanya sebatas pertanyaan basa-basi. Sampai akhirnya Jaehyun bertanya mengenai hal serius yang membuat Ivana menoleh ke arahnya, "Benar bukan kata Malik? Kita pernah pacaran?"

Ivana menggerak-gerakan jari kakinya di dalam sepatu yang ia kenakan. Padahal pertanyaan yang Jaehyun lontarkan adalah pertanyaan mudah untuk Ivana jawab. Gadis itu hanya tinggal menjawab ya, karena memang itu kenyataannya. Mereka berdua berpacaran, bahkan saat Jaehyun pergi ke Jerman untuk melanjutkan studynya setelah lulus SMA dan bekerja di sana, mereka berdua masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi karena tiga tahun belakangan ini mereka hilang kontak, Ivana jadi bertanya-tanya, apakah Jaehyun Restu Bimana masih miliknya?

"Kenapa Kak Jaehyun tanya itu lagi?" Alih-alih menjawab, Ivana justru balik bertanya.

"Malik tiba-tiba saja menghubungi saya dan bilang sesuatu tentang kamu."

Ivana menghela napasnya, matanya menatap jalanan ibu kota dari balik jendela mobil, "Ya, kita emang pacaran. Tapi aku ragu kalau hubungan kita di tambahkan kata pernah, karena sampai detik ini, nggak ada kata perpisahan yang terucap dari mulut kita masing-masing Kak," Ivana menoleh, menatap Jaehyun dengan sendu.

Bersamaan dengan itu, mobil Jaehyun terparkir di halaman rumah milik orang tua Ivana. Pria itu melepas seatbeltnya dan memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa melihat Ivana dengan jelas, "Dengan kata lain kita masih menjalin hubungan?"

Ivana menggedikan bahunya, "Aku juga ragu soal itu. Tiga tahun kita hilang kontak Kak. Dan saat ketemu lagi, semuanya sudah berubah. Kak Jaehyun sudah menikah, punya Tania, lupa sama aku. Semuanya berubah," Suara Ivana terdengar bergetar. Selama ini ia merasa sakit dan takut, hanya karena satu alasan yaitu kehilangan Jaehyun. Tapi begitu Jaehyun kembali dengan kondisi yang berbeda, membuat hati Ivana semakin remuk.

"Nggak ada lagi yang sama seperti dulu," Tangisan Ivana pecah.

Jaehyun yang melihat Ivana menangis, dengan reflek membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Entah kenapa hatinya ikut sakit melihat Ivana seperti ini, "Saya pernah bilang kan kalau alasan saya pulang ke Indonesia lagi karena merasa ada diri saya yang tertinggal di sini?"

Ivana mengangguk dalam pelukan Jaehyun.

"Sepertinya saya mulai mendapat titik terang apa yang tertinggal di sini," Jaehyun semakin erat memeluk Ivana, mengelus punggung si gadis beberapa kali agar tangis Ivana mereda, "Kamu Ivana. Saya percaya, kalau kamu adalah satu alasan saya untuk kembali."

Ivana menarik diri, "Kenapa Kak Jaehyun bisa sepercaya itu?"

"Hati tidak bisa berbohong kan? Setiap kali kita bertemu dan duduk berdekatan seperti ini, ada gejolak aneh dalam diri saya. Hati kecil saya juga selalu berbisik kalau kamu orang yang berharga untuk saya," Tangan kanan Jaehyun terulur mengelap air mata Ivana, "Sebenarnya setiap dua minggu sekali saya selalu melakukan terapi agar bisa pulih dan mengingat semuanya. Dan setiap kali terapi, hanya ada satu objek yang terus menghinggapi ingatan saya."

"Siluet seorang gadis yang memakai seragam SMA dengan rambut sebahunya," Ivana tercengang. Rambut sebahu, itu adalah rambutnya saat masih sekolah dulu, "Dan tadi pagi Malik mengirimi saya sebuah foto," Jaehyun mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.

Pria itu menunjukan satu foto yang menampakan dirinya dengan Ivana tengah bergandengan tangan dengan memakai seragam SMA, "Ini kamu kan?" Tanya Jaehyun.

Ivana menatap foto itu, semuanya seolah berputar kembali di otaknya. Satu persatu kenangan yang ia dan Jaehyun ukir bersama mulai bermunculan, "Ini di hari kelulusan Kak Jaehyun," Ucap Ivana.

Jaehyun mematikan ponselnya dan kembali memasukan benda pipih itu ke dalam sakunya. Ia kembali memfokuskan diri pada gadis di depannya, "Iva, sedikit lagi. Bersabarlah, saya akan berusaha kuat untuk mengingat semuanya."

Ivana mengangguk dan kembali memeluk Jaehyun, "I will wait for you until you remember everything. No matter it's a year, two years, or even hundreds of years."

"APA SALAH MAMA BELLA?! APA SALAH MAMA SAMPAI KAMU SEPERTI INI HAH?!" Suara Mama Retno mengalihkan atensi Jaehyun dan Ivana yang tengah berpelukan. Mereka berdua saling menjauh dan turun dari mobil untuk menghampiri Mama yang tengah menunjuk-nunjuk Bella.

"Ma kenapa? Udah malam, jangan teriak-teriak gini. Nggak enak di dengar tetangga," Ivana mengelus pundak Mama untuk menenangkannya. Lalu ia menatap Bella dan sedikit terheran, "Kak Bell juga kenapa nangis? Ada apa sih ini?"

"Kakak kamu! Kakak kamu hamil Iva!" Ucap Mama yang membuat Ivana kaget bukan main. Tangisan wanita paruh baya itu pecah, sakit dengan sikap putri sulungnya, "Dosa apa Mama sampai kamu bersikap gini?!"

"Maaf Ma, maafin Bella," Bella berusaha menyentuh tangan Mama, tapi Mama mendorongnya menjauh.

"Tante, maaf kalau saya ikut campur. Tapi sebaiknya hal ini di omongin baik-baik di dalam. Tidak enak kalau ada tetangga yang dengar," Pinta Jaehyun baik-baik.

Ivana mengangguk mengiyakan, "Kita omongin di dalam ya Ma? Kasian juga Kak Bella," Air mata Ivana kembali turun untuk kedua kalinya, setelah tadi menangis di mobil Jaehyun.

Jaehyun membantu Bella untuk masuk ke dalam rumah, dan Ivana membawa sang Mama juga masuk ke dalam. Begitu masuk, mereka melihat Papa Yuda yang tengah memijit pelipisnya di sofa. Ia juga merasa sakit dengan kelakuan Bella.

Ivana mendudukan Mama di samping Papa, lalu gadis itu menghampiri Bella yang kini duduk di sofa single setelah dibantu Jaehyun, "Kak? Benar kata Mama?" Tanya Ivana sembari berjongkok di hadapan Bella.

Bella mengangguk pasrah, "Maaf Va..."

Ivana memijit pelipisnya yang ikut berdenyut, "Siapa Ayahnya? Siapa Ayah dari bayi yang lo kandung?"







Voment gaes! Hargai karya author❤

Kak Jaehyun [END✔]Where stories live. Discover now