Tiga Puluh

158 10 2
                                    

Usahakan untuk vote dulu sebelum membaca. Terimaksih:)

Selamat membaca❤


"Minggu depan kalian akan mulai ulangan tengah semester, persiapkan diri kalian dengan sebaik-baiknya. Terimakasih." Bu Dewi selaku wali kelas Agatha, segera keluar kelas setelah menyelesaikan jam pelajarannya, bersamaan dengan bel istirahat berbunyi.

"Ahh... Udah mau UTS aja," keluh Agatha, dia menenggelamkan wajahnya pada kedua lipatan tangan yang berada diatas meja.

Tak dapat dipungkiri, Agatha rasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Dan orang-orang yang dulu ada dihidupnya perlahan pergi. Mulai dari Alvin, abangnya sendiri. Daren, orang yang baru saja Agatha kenal harus pergi jauh juga dari hadapannya. Kemudian, ketiga cowok yang pernah menemaninya semasa SMP, Agatha bahkan tak tahu bagaimana keadaan mereka. Sudah beberapa bulan ini mereka tak ada kabar sama sekali, bahkan Agatha tak pernah bertemu lagi dengan ketiga cowok itu. Perlahan, semuanya menghilang.

Selly yang tengah sibuk memasukkan alat tulis beserta bukunya kedalam tas pun menoleh, dia tersenyum pada Agatha, "Lo kan sekarang banyak belajar, gue yakin lo bisa, Tha."

Agatha menghembuskan napasnya, "Bakal susah gak yah soal nya? Takut euy!" Agatha masih memperhatikan Selly yang tengah sibuk memasukkan barang-barangnya.

"Selama kita mau belajar dan berusaha, gue yakin lo bisa. Baca-baca aja materi yang gue rangkum buat lo, terus pahami." Selly membalikkan tubuhnya, kini dia berhadapan dengan Agatha yang berada di sampingnya.

"Hm, baiklah Bu Guru," ucap Agatha seraya tersenyum pada Selly.

"Anak didik yang baik," puji Selly seraya mengelus rambut Agatha.

Selama Selly membantu Agatha belajar, dirinya tidak mengalami banyak kesusahan. Agatha mudah mengerti, cepat dalam memahami suatu materi yang di ajarkan oleh Selly dalam satu atau dua kali penjelasan saja. Melihat Agatha seperti ini, Selly yakin bahwa tidak ada manusia bodoh di dunia ini. Mereka hanya malas saja untuk belajar.

Selly segera ambil posisi, dia menidurkan kepalanya, seperti yang tengah Agatha lakukan.

"Kantin gak?" tanya Selly pada Agatha yang berada dihadapannya sekarang.

Agatha mengangkat kedua bahunya, "Gak tau. Pengen sihh, tapi gue lagi hemat. Kalo lo mau beli sesuatu hayu gue anter," ujar Agatha.

Jujur saja, ia merasa tidak enak hati pada Selly. Tiap dia mengajak Agatha ke kantin, pasti akan Agatha tolak. Mungkin selama bersekolah disini,  Agatha hanya sesekali mengunjungi kantin, tak sesering siswa lainnya.

"Enggak deh," tolak Selly, kepalanya dia angkat. Selly menghembuskan napasnya dengan bahu yang ikut turun kebawah.

"Permisi."

Kedua cewek yang berada dikelas langsung mengalihkan pandangannya kearah pintu kelas, melihat siapa yang baru saja datang. Seorang cowok yang berdiri di ambang pintu itu segera masuk ke dalam kelas, tanpa dipersilahkan. Dia menghampiri Agatha yang kini sedang tersenyum hangat pada si cowok.

"Gak ngantin?" tanya Gabrian, ia duduk di bangku yang berada di depan bangku Agatha.

"Engga."

"Kantin yuk, gue yang traktir!" ajak Gabrian.

Selly dan Agatha saling pandang, kemudian menatap Gabrian dengan mata berbinar. Kata 'traktir' dapat mereka dengar lagi. Tentu saja, mereka tidak akan menolak.

"Hayuk!"

***

Agatha baru saja tiba dikelas, dia tak bersama Selly, karena tadi Selly harus mampir dulu ke kamar mandi. Kebelet, katanya. Gabrian juga tadi meninggalkan mereka di kantin karena katanya ada urusan mendadak di ruang guru.

The Perfect BrotherWhere stories live. Discover now