Chapter 6 - Sejak Kapan?

183 20 10
                                    

🌺HAPPY READING🌺

Saat ini Arin, Nanon, Chimon, Al, Aje dan Jeje sedang berada di dalam ruang istirahat khusus pemilik Universitas Cakrawala. Jangan lupakan Oma Vina selaku Oma Arin adalah pemilik Universitas ini. Jadi mereka memiliki akses keluar masuk ke tempat itu. Apalagi Al, Nanon, Chimon, Aje dan Jeje sudah dikenali oleh Oma Vina karena keluarga mereka juga berhubungan baik ditambah mereka adalah sahabat dan teman-teman Arin.

Arin menatap tajam ke arah Nanon, sedangkan yang ditatap membuang pandangannya ke arah lain.

Pura-pura menyibukkan diri.

Nanon mencuri pandang ke arah Arin, kemudian tersenyum kikuk sembari menelan saliva gugup.

"Udah dong natapnya, ga sakit emang mata lo natap gue kayak gitu?", tatapan Arin semakin menajam saat mendengar kalimat yang dikeluarkan Nanon.

Arin menarik napas panjang kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

"Udahlah, lupain aja. Udah terjadi juga", kata Arin menghempaskan dirinya ke sofa.

"Lagipula ga ada salahnya, mayan kan punya pacar ganteng kek Nanon", goda Chimon.

"Gue ga pacaran ya sama Nanon", Arin melemparkan bantal sofa ke arah Chimon.

"Lebih tepatnya belum, Rin", sahut Aje.

"Sekarang sih belum, ga tau nanti", tambah Jeje.

Arin tidak mempedulikan godaan mereka.

Arin menutup mata, memeluk bantal sofa, berniat mengistirahatkan tubuhnya.

Al yang sejak tadi tidak bersuara ternyata diam-diam memperhatikan Nanon.

"Woy, kesambet lo? Ngapain liatin Arin mulu?", bisik Al pada Nanon.

Nanon terperanjat kaget.

"Ngagetin aja lo"

"Lo nak-", belum sempat Al mengeluarkan pertanyaan untuk Nanon, Jeje sudah lebih dulu menutup mulut Al.

Bisa gawat kalau Arin mendengar pertanyaan Al. Maka dari itu dengan gerakan cepat Jeje langsung bertindak.

"Ntar aku jelasin, jangan tanya macam-macam sekarang", bisik Jeje.

Al spontan mengangguk.

Al menarik tangan Jeje yang masih betah menutup mulutnya.

"Ya mulut gue ga usah ditutup juga, ga bisa napas nih gue", protes Al sambil berbisik.

Jeje memperlihatkan cengirannya pada Al.

"He..he.. Maaf beb", Al memutar bola mata malas.

"Jeje bucin emang", kata Aje dan Chimon bersamaan.

Nanon memilih diam dan kembali memperhatikan Arin.

"Jangan diperhatiin mulu, bukan muhrim", bisik Chimon tepat di telinga Nanon.

"Apasih lo"

Chimon tertawa.

Arin tiba-tiba membuka mata.

"Gue laper", kata Arin.

"Ya makan atuh, masa laporan", kata Al.

Arin tersenyum.

"Kuyy cabut cari makan, pesen apa aja, terserah kalian", kata Arin.

"Lo mau bayarin kita?", tanya Chimon.

"Ohoo bukan gue"

"Lah terus siapa? Kan lo yang nawarin", tanya Aje.

"Nanon dong yang bayarin"

"Kok gue?", Nanon menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi super bingung.

"Nanon kok gitu", Arin memasang ekspresi sedih.

"Iyain aja napa sih, bro. Gak liat tuh Arin udah sedih banget", kompor Jeje.

Chimon, Aje dan Al mengangguk. Arin mengubah ekspresinya menjadi super sedih.

Nanon menatap semua makhluk hidup di ruangan itu dengan penuh tanda tanya.

"Mereka pada kenapa sih?", batin Nanon.

"Nanon traktir ya, ya ya ya", kata Arin lagi.

"Iyain aja kali, Non. Nyenengin pacar, ya ga Rin?", Chimon bersuara.

Arin mengangguk mengiyakan.

"Ya udah, iya", kata Nanon yang membuat mereka semua memekik senang.

"Yeayyy, Nanon terbaik", mereka semua langsung beranjak pergi mencari tempat makan.

"Yuk sayang", kata Arin yang tiba-tiba merangkul lengan Nanon.

Nanon jelas terkejut.

"Untung sayang, untung cinta", batin Nanon.

Pertanyaannya, sejak kapan coba Nanon dan Arin pacaran?
































*Bersambung*


MY ANNOYING BOY (NANON)✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora