(Vijf)

11 8 1
                                    

"Andai saja Rein itu Defras"lirih Rheanna.

Rheanna pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia hendak memegang handle pintu jika tidak ada yang memanggilnya dari belakang.

"Rheanna..."panggil seseorang dari belakang.

Rheanna membalikkan tubuhnya, melihat siapa yang memanggilnya. Ia pun terkejut melihat seseorang yang memanggilnya. Yang tidak lain adalah atasannya sendiri.

"Meneer.. "ucap Rheanna pelan.

Barend menghampiri Rheanna yang berdiam diri seperti patung. Ia menyentuh bahu Rheanna, tetapi Rheanna pun langsung menghindarinya.

"Ada perlu apa meneer datang kesini?"tanya Rheanna.

"Saya datang kesini untuk meminta maaf atas perlakuan saya tadi di kantor. Saya tidak bermaksud untuk melakukan itu padamu Rheanna. Saya bersumpah, tolong maafkan saya"

Barend memohon di hadapan Rheanna. Rheanna pun menjadi tidak enak melihat Barend menatapnya dengan tatapan memohon seperti itu.

"Apakah meneer mempunyai alasan melakukan itu pada saya?"tanya Rheanna yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Ya Rheanna saya mempunyai alasannya, saya akan menjelaskannya"jawab Barend dengan cepat.

"Baiklah, tetapi tidak di sini meneer. Kita berbincang di dalam saja"ucap Rheanna.

Barend menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Rheanna pun masuk kedalam rumahnya yang di ikuti Barend di belakangnya.

Rheanna menyuruh Barend duduk di sofa lebih dahulu. Sedangkan ia pergi kedapur untuk membuatkan secangkir kopi.

Selang beberapa menit, Rheanna menghampiri Barend yang sedang berdiri dengan sesuatu di tangannya.

"Meneer"panggil Rheanna.

Barend pun terkejut, ia membalikkan tubuhnya menghadap Rheanna yang membawa secangkir kopi di atas nampan.

"Ah maaf, saya hanya melihat ini. Apakah ini milikmu?"

Barend menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk kursi taman yang terbuat dari kayu pada Rheanna.

"Iya benar, itu milikku"jawab Rheanna.

Rheanna menaruh secangkir kopinya di atas meja. Barend menduduki bokongnya di sofa di hadapan Rheanna yang sudah duduk terlebih dahulu.

"Minumlah meneer"suruh Rheanna.

Barend menganggukkan kepalanya. Lalu, meminum kopi yang di buatkan oleh Rheanna.

"Meneer dapat menjelaskannya sekarang"

Rheanna memperhatikan Barend. Dari matanya, dan senyumannya. 'Aku mengenal kedua manik mata biru itu. Tetapi, tidak mungkin. Defras sudah meninggal 'bathin Rheanna.

"Saya selalu memimpikan dua anak remaja akhir-akhir ini, laki-laki dan perempuan. Dan yang perempuan memiliki nama yang sama denganmu. Saya kira mimpi ini ada hubungannya denganmu. Karena itu saya menciummu ketika kau mengatakan pernah di cium oleh sahabatmu dahulu. Ku kira rasa ciumanku itu sama dengan sahabatmu dahulu"

"Maka dari itu maafkan saya sudah menciummu begitu saja. Saya tidak memiliki niat untuk merendahkanmu Rheanna. Sekali lagi saya minta maaf"

Barend menjelaskan alasan mengapa ia mencium Rheanna sembarangan. Rheanna menghembuskan nafasnya kasar, ia mengerti penjelasan Barend. Tetapi, ia curiga dengan satu hal.

"Maksud meneer, meneer menganggap jika sahabat saya meneer?"

Rheanna bertanya dan Barend hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Rheanna (On going)Where stories live. Discover now