AIT Chapter 02

1.2K 179 4
                                    

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kembali. Aku menatap bayanganku dalam cermin full body di depanku. Aku sedikit merubah penampilanku dari biasanya. Mencoba untuk menjadi diriku yang baru.

Jika biasanya, aku selalu menguncir rambutku, entah itu kepang, atau kunciran biasa, kali ini aku mencoba melepas suraiku. Aku sedikit takjub dengan penampilanku, apa benar aku seperti yang mereka katakan, bahwa aku cantik.

Aku menyentuh kedua pipiku, lalu tersenyum lebar hingga menampilkan gusiku. Entahlah, aku seperti kegirangan mengetahui bahwa aku cantik. Tapi aku sadar, mungkin aku belum tentu bisa menarik perhatian Kim Taehyung.

Aku menghela napas, aku tidak akan menguncir rambutku hari ini. Aku akan membiarkan rambut ini tergerai. Aku melirik lip balm di atas meja rias, dan segera mengambilnya dan mengolesnya di bibirku. Dan tersenyum kembali.

Tok! Tok! Tok!

"Jennie! Ayo sarapan!"

Aku menoleh ke arah pintu yang masih tertutup. Melihat bayangan kaki di sela pintu bawah. Itu kakak laki-laki ku, Suho Kim. Kak Suho mempunyai perusahaan bisnis besar di Korea Selatan ini, melanjutkan bisnis dari ayah kami.

Ah ngomong-ngomong tentang keluarga kami, orang tua kami pernah mengalami kecelakaan besar yang merenggut nyawa ayah, dan ibu yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ia koma, sudah sekitar dua tahun lamanya semenjak kecelakaan itu terjadi.

Singkat cerita saja, kedua orang tuaku baru saja akan pulang dari luar negeri, mereka terlalu bersemangat untuk melihat anak-anaknya. Tetapi saat mereka berada di jalanan, truk besar dari arah lain melaju cepat, pengemudinya diketahui mabuk. Dan pada saat bersamaan, kedua kendaraan itu saling menabrak. Karena mobil yang digunakan orang tua kami kecil, dan pastinya terlempar dengan kuat.

Karena itu, sekarang kak Suho berusaha mati-matian untuk mengambil bisnis orang tua kami, untuk menghidupi kebutuhannya juga kebutuhanku. Aku sempat shock mendengar itu, tapi nyatanya Tuhan sudah mengambil nyawanya. Bahkan aku belum sempat melihat wajahnya untuk yang yang terakhir kalinya.

Dan ibu kami masih koma, berharap ibu bisa cepat pulih. Aku kangen bermain bersama mereka. Aku kangen tertawa bersama mereka. Yang bisa kulakukan hanyalah berharap, berdoa yang terbaik.

Aku mengambil tas dan perlengkapan yang harus aku bawa ke sekolah, lalu aku keluar dari kamar untuk menuju ruang makan. Oh iya, kak Suho juga belajar memasak, makanya dari itu ia bisa memasak sekarang. Makanan yang ia buat selalu enak dan menggiurkan. Cobain deh, pasti nagih! Hehe.

Aku tersenyum melihat kak Suho yang sudah menungguku di ruang makan. Ia sudah menyiapkan sarapan spesial untukku, dan segelas susu.

"Selamat pagi kak Suho." Sapaku sembari duduk di depannya.

"Pagi adekku."

"Ih keliatan enak nih, tapi emang selalu enak kok." Pujiku padanya. Ia terlihat bangga, idih!

"Dimakan, habis ini kakak antar. Jarang kan, biasa sama supir."

"Tumben mau nganterin Nini."

"Emang gak boleh nih nganterin adik kesayangan sendiri? Lagian kakak lagi free hari ini, jadi bisa seharian jaga kamu."

Terharu aku tuh punya kakak yang baik banget. Walaupun kadang jahil banget, sampai bikin kesel.

"Hehe, boleh kok."

"Ya udah dimakan, pelan-pelan aja gak usah buru-buru. Waktunya masih banyak."

Aku mengangguk lalu menyantap makanan di depanku. Seperti biasa, enak banget masakannya. Sampai pengen nambah rasanya.

"Kak, udah punya calon belum?" Tanyaku padanya.

Kak Suho tampak berpikir.
"Belum, kenapa?" Tanyanya balik.

Aku menggeleng. "Eng, nggak. Cuman nanya aja hehe. Kok belum?"

"Gak ada yang beneran cocok buat aku. Jadi belum ada."

"Cari dong! Udah tua kok belum punya nih."

"Heh! Enak aja! Masih umur dua puluh juga. Ngapain nyari? Kalau nanti jodoh, juga datang sendiri." Bener juga.

"Lagian kamu juga belum punya tuh!"

Aku mendecih. "Ya beda dong, aku kan masih sekolah, jadi wajar aja." Padahal sebenarnya punya gebetan, tapi takut aja gitu.

"Kak, kalau nanti siang, temen aku datang. Boleh gak?"

"Boleh kok, kenapa gak boleh?"

"Dih! Nanya aja kak, siapa tahu kak Suho gak ngizinin."

"Apa sih yang gak boleh buat adik kakak. Mau pizza sepuluh kotak pun kakak beliin."

"Ih! Kak Suho lebay! Nini juga bisa Belu kali."

"Tapi beda Nini, kalau itu pakai uang kamu, ini pakai uang kakak."

Aku tertawa. Kak Suho emang terbaik deh. Sayang banget sama kak Suho, karena emang sekarang lagi cuman punya kak Suho.

"Tapi beneran nih kalau Nini minta sepuluh kotak pizza dibeliin?"

"Iya Niniku sayang."

Aku terkekeh.

"Udah selesai kak." Ujarku sambil menyelesaikan makanannya, lalu meminum segelas susu.

"Ya udah, piring sama gelasnya taruh aja, biar kakak yang cuci."

"Gak ngerepotin nih?" Emang udah terbiasa mandiri, takut ngerepotin.

"Nggak dong, yuk."

Kak Suho menggandengku seakan aku adalah anak kecil yang nanti bakal hilang. Kak Suho itu romantis tahu, sama adiknya aja kadang romantis, gimana kalau nanti yang jadi pacarnya ya? Pasti gak nyesel deh.

"Nanti mau makan di luar aja?"

"Hm?"

"Untuk makan siang, ajak aja temen kamu kalau mau."

"Boleh deh, ntar deh Nini tanyain."

"Ok, masuk ke mobil gih."

Aku mengangguk dan nurut. Aku langsung masuk ke mobil, kak Suho mengunci rumah dulu sebelum masuk ke mobil.

Selang beberapa menit, aku sampai di sekolah, sebelum keluar dari mobil kak Suho nyempetin ngelus puncak kepala aku dulu. Aku melambai ke arahnya sampai kendaraan roda empat itu tak terlihat lagi dari pandanganku.

→AS I TOLD←


PART 2

Hehe, siapa yang mau punya kakak cowok kaya Suho?

Aku jelas mau dong. Hehe.

Thanks, VJ

AS I TOLDWhere stories live. Discover now