10. Pulang Bareng (?)

47 2 0
                                    

Setelah kerja kelompok yang dilaksanakan sehabis pulang sekolah, Senja akhirnya berjalan menuju gerbang sekolah karena waktu sudah menunjukkan pukul 5 kurang 10 menit.

"Met, lo mau balik naik bis aja apa sama gue sampe martabak?" Tanya Azzahra yang sudah berada di atas motornya.

Senja menggeleng pelan, "gue naik bis aja, takut udah gak ada angkot." Jawab Senja membuat Azzahra mengangguk dan pamit pergi, pulang.

Senja berjalan sendiri menuju halte sekolah nya yang berada pas pada depan gang sekolahnya.

Senja tersentak, ketika melihat seorang lelaki yang tengah duduk memainkan ponselnya, dengan hoodie berwarna hitam polos.

Entah mengapa, itu malah membuat Senja terpaku dengan kadar manis yang bertambah begitu saja.

Dan lagi, rambut lelaki itu yang dipotong begitu rapi membuat ia makin senang melihatnya.

Lelaki itu sendiri, Senja juga sendiri. Ah, sebuah keberuntungan yang sangat sangat menyenangkan bukan?

Senja menyebrangi jalan, dan berdiri di trotoar, ia tidak sanggup jika harus duduk di dekat lelaki itu walaupun dengan jarak yang lumayan jauh.

Senja terlalu ambyar untuk itu.

Senja merogoh ponselnya, dan berusaha untuk menyibukkan diri yang padahal ingin sekali lama bertatap-tatapan dengan Sinan.

Iya, siapa lagi kalau bukan Sinan yang membuat Senja berprilaku layaknya orang normal sekaligus orang tidak waras? 

Bis pun datang membuat Sinan bangkit dari duduknya namun mempersilahkan kepada Senja untuk naik terlebih dahulu.

Ah, kenapa gentle banget sih?

Senja melotot ketika melihat keadaan bis yang benar-benar penuh. Hanya tersisa satu kursi di barisan yang berisi dua kursi itu.

Karena pada dasarnya Senja dengan Sinan memang tidak pernah berinteraksi secara langsung, itu membuat Senja menoleh menatap Sinan dan duduk di kursi sisa itu.

Penumpang yang di sebelahnya tidak ingin bergeser membuat Senja masuk ke dalam kursi tersebut dan duduk di kursi pojok dekat jendela.

Senja menghela napas dan mulai kembali menyibukkan diri dengan ponselnya.

Sampai baru saja bis berjalan sekitar 5 menit, orang di sampingnya berdiri, tanda ia akan turun.

Jantung Senja berdetak dengan cepat, ia berusaha bersikap layaknya tidak ada apa-apa yang terjadi.

Senja tetap memfokuskan dirinya pada ponselnya, dengan teguh pendirian bahwa Sinan tidak akan mau duduk berdua dengannya.

Senja menghela napas pelan, dan tetap menatap pada layar ponselnya.

"Gue boleh duduk disini?" Tanya Sinan membuat Senja tersentak kaget dan langsung menoleh.

Senja refleks mengangguk menyetujuinya, "silahkan," ucap Senja yang sudah menetralkan air mukanya.

Jantungnya berdegup kencang, sampai ia takut-takut Sinan yang berada di sampingnya mendengar degup jantungnya.

Jingga pernah berkata, jika ia pulang bersama dengan Sinan, maka ia tidak kuat dengan asap rokok Sinan.

Tapi sekarang, Sinan bahkan hanya diam sembari memainkan ponselnya.

Senja tersenyum kecil sembari menunduk malu sendiri.

"Emang pulangnya kemana?" Tanya Sinan yang tiba-tiba membuat Senja terlonjak kecil.

"Ke Jl. Arah Barat," jawab Senja dengan keki.

Sinan mengangguk kecil menanggapi jawaban Senja.

"Gak naik angkot?" Tanya Sinan.

Senja menggeleng pelan, "biasanya angkot arah sana kalo udah jam segini udah gak ada." Ujar Senja.

"Kenapa gak nge kos?" Tanya Sinan dengan suara kecil membuat Senja menoleh.

"Hm?" Tanya Senja yang tidak mendengar apa yang tadi Sinan katakan.

Sinan ikut menoleh, membuat mereka bertatapan. "Kenapa gak nge kos?" Tanya Sinan, mengulangi pertanyaan sebelumnya.

Detak jantung Senja bertambah cepat dengan pipi yang memanas sampai menjalar ke telinga.

Senja tidak dapat mengalihkan tatapannya karena hati dan otaknya tidak dapat bekerja sama.

Otaknya memerintah ia agar mengalihkan pandangannya, sedangkan hatinya memerintah ia agar tetap pada posisinya.

Karena, tatapan Sinan itu mengunci dirinya.

Senja berdeham pelan, untuk menetralkan jantungnya. "Mama terlalu protektif, jadi terlalu banyak hal yang bikin Mama gak percaya ke. Kayak jadwal makan yang gak teratur dan seringnya makan mie karena diluar pengawasan Mama," jelas Senja membuat Sinan terkekeh pelan.

"Terlalu gak bisa di percaya sih," ucap Sinan sembari terkekeh pelan dengan santainya.

Senja mendengus pelan, "lagian kalo nge kos gak enak." Ucapnya pelan membuat Sinan mengangguk menyetujui nya.

"Iya gak enak, makan sendiri, laundry juga sendiri, gak ada yang merhatiin." Ucap Sinan.

Senja tersenyum kecil, "makanya jangan jomblo," ucap Senja yang di akhiri dengan tawa yang sedikit keras.

Sedangkan Sinan memandangnya malas, tetapi kemudian ikut terkekeh.

Kemudian Sinan menghela napas pelan, "ada cewek mah, banyak malah." Ujar Sinan dengan santainya membuat Senja melotot kecil memandangnya dengan tidak percaya akan memberitahukan hal tersebut.

"Tapi gue nya gak mau serius, nantinya kecewa sendiri." Lanjut Sinan membuat Senja menatapnya sendu.

Lo jadian sama gue, gue yakin gak akan kecewa.

Senja menghela napas pelan, "maaf salah ngomong ya gue?" Tanya Senja dengan takut-takut.

Sebenarnya apa yang Senja ucapkan membuatnya sesak sendiri. Ia berpikir untuk mundur dalam rangka pendekatan terhadap Sinan.

Tatapan Senja merupakan tatapan yang tidak dapat di artikan, Senja terlalu bingung untuk menampilkan ekspresi apa terhadap Sinan.

Sinan tersenyum keki, "gak salah ngomong kok. Santai aja," ucapnya membuat Senja mengangguk kecil dan mengalihkan pandangannya terhadap ponselnya yang terasa bergetar.

Sinan juga jadi mengalihkan pandangannya ke pada ponselnya.

Terjadi keheningan di antara keduanya membuat Senja ingin sekali ngereceh agar suasana tidak terlalu tegang.

Tapi, sepertinya Sinan terlalu fokus terhadap ponsel pribadinya.

Senja mendesah pelan, dan kemudian menutup ponselnya lalu memandang ke arah luar jendela dengan tangan kiri sebagai tumpuan dagunya.

Senja melihat pengendara motor dan mobil terlihat pendek sekali, dan lagi bis melaju dengan cepat membuat ia terkena angin-angin yang menyegarkan di sore menjelang maghrib itu.

Ya, seorang Senja menikmati senja sore bersama orang spesialnya. Entah Sinan juga melihat senja kala sore itu yang sangat cantik, atau bahkan Sinan terlalu sibuk dengan ponselnya? Entahlah.

+×÷

Ini haluan ku hueheheheh :v adegan aslinya gak sampe pulbar ya kawand :'

Janji, part yang laen bukan halu yaa!

Euphoria; | END ✓ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora