36. Tekad Yang Patah

32 2 0
                                    

Senja menghela napas pelan, mencoba bersikap biasa saja walau sebenarnya banyak pertanyaan yang muncul dari dalam dirinya.

Namun ia sadar bahwa pertanyaan nya akan menguap begitu saja, tidak akan ada satupun yang terjawab.

Ya, Senja sadar bahwa memang benar-benar mencintai sepihak itu sulit.

Bukan hanya hati yang di persiapkan, namun juga mentalnya harus kuat.

Seperti sekarang, ia harus menerima kenyataan bahwa semua yang telah ia lalui bersama Sinan bukanlah apa-apa, hanya sebuah momen singkat tiada arti bagi Sinan.

Kenyataan yang memang begitu pahit memang, tapi mau bagaimana lagi?

Sudah cukup Senja menjual harga dirinya saat ia mengirim dm terlebih dahulu, dan mengirim chat terlebih dahulu saat WhatsApp milik Sinan kembali aktif.

Senja sudah terlampau malu untuk melakukan hal tersebut.

Bukan karena ego yang tinggi, tapi kesadaran akan kenyataan lah yang menamparnya dengan kuat untuk bangkit dan mulai melupakan semuanya.

Ah jangan, jangan di lupakan. Kenangan manis itu akan ia ringkas dalam diary suara nya, ‘Recording’.

Setidaknya, walaupun tidak dapat memiliki Sinan, Senja pernah merasakan euforia bersama seorang crush.

Senja tersenyum tipis, bahkan sangat tipis mengingat segala kebodohannya kala itu.

Ia mendesah panjang kemudian membuka laptopnya untuk menonton film yang baru saja ia download.

Layar ponselnya terus menerus menyala membuat ia mengernyit dengan penasaran melihat notifikasi.

Senja menggidikkan bahunya ketika hatinya berharap akan ada satu nama yang muncul dan otaknya berasumsi bahwa lelaki itu akan datang.

Tapi ia kembali menggelengkan kepalanya supaya menghapus semua harapan yang ia buat sendiri.

Ketika laptopnya menyala, ia jadi mengalihkan perhatiannya kepada laptop untuk memasukkan kata sandinya.

Ponselnya kembali berbunyi membuat ia berdecak pelan dan kemudian mengambil ponselnya serta membuka grup chat kelasnya yang sudah ramai.

Senja membaca satu persatu pesan yang teman-temannya kirim di grup chat kelas.

Ternyata ada informasi bahwa besok, hari selasa, akan ada expo di sekolahnya yang mengundang Kak Royyan Dzakiy, ketua BEM dari ITB yang pernah ikut demo kepada pemerintah bersama Kak Fathur dan Kak Manik.

Senja tersenyum senang membacanya, kemudian kembali menaruh ponselnya dan beralih kepada laptopnya.

Senja yang baru menonton film Toy Story 4 itu jadi sedih saat sudah paham dengan jalan ceritanya.

Ia selesai menonton sekitar jam 10 malam, yamg membuat ia menguap karena ngantuk.

Senja beberapa kali memfoto perkataan dan adegan di film Toy Story 4 yang terasa pas.

Senja beralih membuka WhatsApp nya yang sudah sepi itu, kemudian kembali membaca pesan-pesan dari temannya di grup chat.

Ia kemudian memencet status untuk membuat status baru.

Senja memilih gambar saat Woody dan perempuannya berpelukan dengan filter monokrom dari WhatsApp dan caption ‘besok libur, gausa skola.’ dan di upload olehnya ke status WhatsApp nya.

Senja melihat pengaturan status nya ternyata masih only share kepada Sinan membuat ia berdecak pelan, menyadari bahwa kode yang ia berikan hanya sia sia saja.

Senja yang baru saja ingin menghapus status nya jadi terkaget sendiri saat melihat Sinan sudah langsung melihat status nya, padahal ia baru saja membuatnya kan.

Ah sudahlah, pikir Senja.

Senja menggidikkan bahunya dan langsung mematikan datanya sembari meyakinkan hati nya bahwa Sinan tidak akan membalas statusnya itu.

Namun, di hati kecilnya, ia berharap sekaligus yakin bahwa Sinan akan membalas statusnya itu.

Senja langsung merebahkan dirinya di atas kasurnya yang empuk itu dengan menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.

"Hidup gue sedih amat yak!" Gumam Senja yang tanpa ia sadari sudah ada air mata yang jatuh membuat ia bangkit dan lekas menghapusnya.

"Apasih Nja? Sadar, disini sebelah doang, sepihak doang. Mana bisa, Nja!" Ucapnya sembari serak, karena Senja tak tahan dengan dirinya sendiri.

Senja menggelengkan kepalanya, "enggak boleh lemah! Walaupun perempuan juga harus tetep kuat!" Ujar Senja menyemangati dirinya sendiri.

Senja kembali menjatuhkan dirinya ke atas kasur dengan tekad yang kiat untuk benar benar bergerak maju tanpa kesedihan lagi.

Semoga, tekadnya tidak runtuh dalam waktu dekat.

+×÷

Senja bangun pagi untuk melaksanakan shalat shubuh nya.

Setelah mengambil wudhu, ia mencopot ponselnya yang semalaman sudah di charge itu.

Senja menaruh ponselnya di kasurnya dan menyalakan data internetnya agar nanti ponselnya tidak semakin ramai lagi.

Senja terdiam saat melihat ponselnya dari jarak ia berdiri sekitar 2 meter, saat melihat notifikasi ponsel dengan profile picture yang selalu ia buka, yang selalu ia harapkan, yang sangat ia hapal.

Tapi, Senja menggidikkan bahunya dan berbicara pada diri sendiri bahwa itu hanyalah ilusi.

Sebelum niat shalat shubuh, karena penasaran ia jadi mendekat ke arah ponselnya dengan mukena yang sudah ia kenakan itu.

Senja menyalakan ponselnya yang mati kemudian melihat notifikasi WhatsApp yang paling atas, dan terpampang jelas nama Sinan disana.

Senja terdiam dengan jantung yang berdegup kencang, seolah dirinya ingin pingsan saja saking senangnya.

Senja kembali mengecek notifikasi itu, apakah matanya yang salah atau bagaimana.

Namun nama itu tetap disana, tidak berubah sama sekali.

Senja jingkrak-jingkrak senang di kamarnya sembari menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan teriakan kesenangan di pagi pagi buta begini.

Disana terpampang bahwa chat yang masuk dari Sinan sudah 7 jam lalu, dengan topik chat yang sepertinya mengarah ke status miliknya malam itu.

Senja tak bisa berhenti senyum sekarang membuat ia kembali ke sejadah nya dan mulai shalat shubuh.

Ah, baru saja semalam tekadnya pasti dan bulat, tapi ternyata sudah hancur lagi saja karena sebuah chat yang berasal dari komen status.

+×÷

Euphoria; | END ✓ Where stories live. Discover now