9. He Does Everything

652 207 12
                                    

"Lu masih berani sama gua? Mau pukul gua? Jambak gua? Silakan. Toh, gua kagak make kacamata. Gua kagak bawa buku. Dan lu bisa lampiasim itu ke gua, jangan ke Natya." - Ibra Arsadan

-
-
-

-----oOo-----

"Dis, kamu bisa jagain anak asuh saya, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dis, kamu bisa jagain anak asuh saya, kan?"

Cahaya matahari mulai mengintip dari salah satu dindingnya. Matahari bersinar terik masih di Timur, yang justru membuat orang bermalas-malasan.

Kebanyakan orang yang tua membebani punggungnya untuk mencari nafkah. Anak-anak kecil berlarian bermain tanpa lelah. Orangtua yang melihat anaknya bermain ikut senang. Pekerjaan mereka jadi tidak berat lagi. Setidaknya anak mereka bahagia.

Adis rajin mendatangi rumah kecil Wira dan adik-adiknya, Dirga dan Arga. Dibawanya Aurin ikut bersamanya juga.

Adis melihat ada daun kecoklatan yang singgah di rambut Wira, sehingga ada ketertarikan dia untuk mengambil daun itu. "Jangan formal-formal, Kak." Adis tersenyum manis, memperlihatkan gigi putihnya. Lalu, menatap mata elang Wira yang dalam. "Aku bisa jaga dia buat Kakak. Aurin aman sama aku."

Bagai panah yang menusuk dada Wira, menatap mata indah Adis bisa membuat hati dan jantung Wira berhenti berfungsi. Mata indah bak Dewi Surga itu bisa membuatnya luluh. Mata yang selalu ada di kepalanya. Mata indah yang selalu dido'akan sebelum Wira tidur.

"Kalo gitu, kamu juga jangan manggil saya dengan sebutan 'kakak'," kata Wira masih datar.

"Nggak! Nggak mau! Kakak masih formal tadi."

Seketika Wira terpanah lagi dengan tatapan menusuk milik Adis yang kini melotot.

"Ya udah, maafin aku," ralat kata Wira yang kini berubah menjadi 'aku', bukan 'saya' lagi.

"Gitu dong, Wir," kata Adis sedikit canggung karena memanggil kakak kelasnya dengan nama depan.

Bagi Wira, ini sudah lucu dan membuat Wira gemas dengan gadis di depannya. "Adis..." panggil Wira lirih dan penuh keseriusan. Bibirnya bergetar tak karuan. Hatinya memaksa Wira mengatakan isinya.

"Iya? Kamu mau ngomong apa?" Adis mengedipkan matanya. Merapatkan mulutnya, tersenyum lagi.

"Jaga Aurin untukku. Papaku bisa saja membunuh ayahnya."

Tatapan manis Adis berubah sedih.

Tatapan manis Adis berubah sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang