19. Maybe

415 132 24
                                    

"Keliatan, Bang." - Gibran Arsadan

-
-
-

-----oOo-----

"SUDAH AYAH BILANG, KAMU JANGAN PERNAH KETEMU SAMA LAKI-LAKI ITU LAGI! DIA ANAK MAFIA, KAMU TAHU?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SUDAH AYAH BILANG, KAMU JANGAN PERNAH KETEMU SAMA LAKI-LAKI ITU LAGI! DIA ANAK MAFIA, KAMU TAHU?!"

"Ayah, udahlah, biarin Adis memilih jalannya sendiri. Dia udah gede, udah dewasa. Ayah jangan kekang dia terus," sergah ibunda Adis membela anak gadisnya.

Di atap yang basah karena hujan di luar, ayah Adis menyeret anak perempuannya ke dalam rumah. Sisi-sisi ruangan yang luas, beserta penerangan yang redup, membuat suasana rumah itu menjadi menyeramkan, apalagi ditambah dengan gemuruh petir di langit.

"Adis itu anak perempuan kita satu-satunya, Bun. Kita harus perhatiin masa depan dia nanti. Gimana jadinya kalo Adis sama anak itu? GIMANA?!" Pria tua itu menatap istrinya dengan mata yang kemerahan. Tidak ingin melanjutkan perselisihan itu sampai ke jenjang yang lebih serius, bisa-bisa rumah tangga mereka yang terancam.

"Kak Firhat...," gumam Adis di tengah-tengah perdebatan kedua orangtuanya. "Kak Firhat dulu juga begitu, ya?" Adis nyaris meneteskan buliran-buliran air dari celah-celah mata merahnya.

"Ayah terlalu memaksa." Ibunda Adis memelas pada putrinya, dia tidak kuat dengan sikap suaminya yang juga menjadi se-protectif itu.

" Ibunda Adis memelas pada putrinya, dia tidak kuat dengan sikap suaminya yang juga menjadi se-protectif itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu kagak kenapa-napa, kan? Katanya lu sakit." Arlen menyusup ke kamar Hanum tanpa permisi. Objek pertama yang ia lihat adalah sosok gadis yang terbaring di atas ranjang dengan kedua kaki tenggelam dalam selimut putih.

"KETOK DULU NGAPA! NGGAK SOPAN!" bentak Hanum.

Arlen tidak menghiraukan Hanum yang mengomel. Telinganya mulai memanas kalau didengar-dengar terus menerus, lalu ia telusupkan earphone ke telinganya. Tudung hoodie-nya dia lepas, memampangkan rambutnya yang bersih mengkilap, bau minyak rambut laki-laki pun menguar ke seluruh ruangan.

Arlen duduk di tepian kasur. "Gimana keadaan lu?"

"Gue cuma nyeri dateng bulan doang! Lebay!" celoteh Hanum.

Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang