40. What Is It About?

224 31 1
                                    

"Bang Arlen nggak bilang, kan? Gue udah duga dia nggak bakalan bilang sama lo." - Gibran Arsadan

-
-
-

-----oOo-----

Hanum terbangun dari tidurnya, langsung duduk di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanum terbangun dari tidurnya, langsung duduk di atas ranjang. Helaan napas kemudian terdengar dari celah bibir tipisnya, sadar jika ia baru saja mengalami mimpi buruk. Kepalanya sedikit pusing, menyadari kalau sekarang bukan di kamarnya.

"Udah bangun. Gimana?"

Mengumpulkan energi karena baru bangun, Hanum membenarkan posisi duduknya, sesekali mengerjapkan matanya yang menyipit.

"Lo? Gue di mana?"

Harusnya Hanum memakan masakan Gibran sebelumnya supaya dia tidak perlu capek-capek menyumpel hidung dan mulut Hanum menggunakan kain yang ditambahkan obat tidur. Gibran hanya ingin memastikannya saja, tidak lebih.

"Apartement gue. Masih inget kan, gue yang bawa lo ke sini?"

"Ah, iya. Kita mau ngapain? Gue kira lo mau ngajakin gue ketemu sama temen lo."

"Nggak. Gue cuma mau ngasih tau sesuatu ke lo. Tadi lo mimpi, nggak?" Gibran merubah ekspresinya menjadi lebih serius.

Nihil, Hanum malah menggeleng. Sepertinya jika dipaksa untuk tidur, efeknya tidak akan sama dengan yang alami. Buktinya Hanum tidak merasakan apapun, apalagi tentang mimpi itu.

"Natya sepupu lo. Lo udah tau?"

Ucapan yang tak terduga keluar dengan lancar dari mulut Gibran. Hanum terkejut setengah mati saat mengetahui fakta tersebut.

"Apa lo bilang?!" Hanya dibalas anggukan yang menandakan kalau Hanum sama sekali tidak salah dengar. "Nggak mungkin! Masa sih?!"

"Bang Arlen nggak bilang, kan? Gue udah duga dia bakalan nggak cerita sama lo."

"Ini maksudnya gimana?! Gue nggak ngerti maksud lo yang tiba-tiba bawa gue ke sini dan bilang kalo Natya sodaraan sama gue!"

Alih-alih membahas lebih dalam, Gibran malah berdiri dari sofa yang dekat dengan ranjang. Dia berjalan mengelilingi setiap sudut kamar ini dengan telaten, meniru adegan dalam mimpi.

"Lo mau ngapain?!" teriak Hanum histeris tak percaya. "Udah stop!"

Kepala Hanum semakin sakit, entah karena efek obat tidur atau memang dipaksakan untuk mengingat segalanya.

Secara tiba-tiba, sangat tak terduga, Gibran bersimpuh di bawah sampinh ranjang yang diduduki Hanum. Matanya memerah, sebentar lagi akan menangis.

"Lo ngapain, Bran?!"

Perlahan Gibran mengambil telapak tangan Hanum yang tenggelam dalam selimut putih yang warnanya seragam dengan sprei kasur, mengelusnya dengan lemah dan menciumi bagian punggung tangan Hanum. Berharap Hanum bisa mengerti maksud Gibran melakukan ini.

Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang