7# kepastian

409 33 0
                                    

Matahari mulai naik sepenggalah saat aku mempercepat langkah. Karena pulang terlalu larut, ditambah mataku yang tidak bisa terpejam semalaman membuat aku kesiangan pagi ini. Belum lagi Langit yang juga terlambat datang untuk mengantar. Untung saja tidak terlalu terlambat sesampai di lantai tiga tempat kantorku berada. Jam putih di pergelangan tangan masih menunjuk di angka delapan dan angka satu. Untunglah hanya telat lima menit.
Ku letakkan tas dan blazer di sandaran kursi putar sembari mengatur napas sesampai di meja kubikelku. Segera menyalakan monitor dan membuka file yang ada. Paling tidak mencoba memulai aktifitas meskipun pikiranku sedang tidak ada di sana.
Kata kata Langit tadi pagi kembali terngiang ngiang di kepala.

"Nanti malam aku akan bicara dengan Talita, kemungkinan sore ini juga tidak bisa menjemput karena ada urusan pekerjaan, kau tidak apa apa kan sayang pulang sendiri,"

Tiba tiba saja rasa takut kembali menghantuiku. Takut akan kehilangan sosok Langit untuk kedua kalinya. Akankah semua nya akan baik baik saja seperti yang selalu di katakan Langit kepadaku? Apa gadis itu akan bisa menerima keputusan Langit? Rasanya kepalaku mau pecah karena memikirkannya sejak semalam.

"Kau kenapa?" Tanya suara mengagetkan membuyarkan lamunan. Aku mengangkat wajah. Galan tersenyum manis ke arahku sambil menyodorkan secangkir cup kopi panas.

"Minumlah, kebetulan aku tadi lewat dan melihatmu pucat begitu. Aku bisa balik lagi ke pantry untuk membuatnya,"

"Aku baik baik saja," jawabku mengulas senyum menerima pemberian kopinya dan mengucapkan terimakasih, sebelum mulai bekerja agar dia tidak semakin banyak bertanya. Galan memang masih mencoba mendekatiku. Tapi dia baik dan tidak pernah memaksakan kehendaknya. Bahkan kadang terkesan melindungi.
Tak seberapa lama dia menghilang dari pandangan.
Aku menyeruput kopi pemberian Galan sebentar sebelum kemudian mulai fokus pada tumpukan kertas kerja ketika tiba tiba ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk di sana.

Langit
Sayang tadi aku lupa bilang, jangan pulang dengan Galan ya..nanti aku akan memesankan taxi untukmu.

Aku mengulum senyum membacanya. Memikirkan balasan dan mulai mengetik.

Senja
Iya, kecuali Galan memaksaku gimana aku bisa menolaknya

Aku kembali tersenyum. Berniat menggodanya. Tak lama, terlihat Langit mulai mengetik lagi.

Langit
Aku akan memberinya pelajaran, jika dia berani memaksamu.lihat saja!!

Aku terkekeh senang melihatnya cemburu.Paling tidak isi pesan itu membuat energi ku sedikit pulih kembali. Mungkin sisanya setelah mendapat kepastian dari pertemuan Langit dengan Talita malam ini.

Senja
Aku hanya bercanda sayang, tentu saja aku akan pulang sendiri.

Langit
I love u. Kamu adalah Senja milikku...yang akan selalu kembali pada Langit yang selalu merindu.

Senja
Dan kamu adalah Langitku...tempatku melukis warna dan rasa. Tak akan ada yang bisa menggantikannya.

Langit
Pengen cium

Senja
Nakal!

Aku tersenyum kecil. Ada hangat yang tiba tiba menjalar menepikan segala keraguan yang menyiksa.


Langit Senja (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora