#18 wedding day (1)

299 18 3
                                    

Aku membuka mata perlahan, melihat diriku di depan kaca cermin dengan senyum yang mengembang.
Mami sharon teman mama Widya sekaligus perias yang di tunjuk untuk meriasku tersenyum puas ke arahku.

"Cantik dan natural," katanya berdecak kagum dengan hasil riasannya sendiri.
Aku mengangguk kemudian mengulum senyum menatapnya dari kaca cermin.

"Ok sayang, done. Tinggal nunggu Mama sama calon suamimu datang, sepertinya sudah on the way ke sini," katanya sambil mulai membereskan peralatan make up.

"Mempelainya udah datang!" Seru Monita setelah membuka pintu kamar tanpa mengetuknya. Sedetik dia terperanjat memandang ke arahku.

"Masyaallah Senja.. cantik banget," sahutnya mengamatiku dari atas ke bawah.

"Oke, mami keluar dulu ya, nanti kalau sudah saatnya keluar, mami ke sini menjemputmu. Nanti pihak WO yang videoin prosesnya, kamu bisa melihatnya dari hp sayang," kata mami Sharon sembari merapikan rambutku sejenak kemudian tersenyum lebar. Sedetik kemudian meninggalkanku dan monita.

"Perlu ku temani disini? Tapi aku juga ingin lihat prosesnya secara langsung," Monita merengek lebay seperti biasa.

"Iya gak papa, sana gih," Belum selesai aku bicara ternyata Monita sudah menghilang dari pandangan. Dasar.

Aku mulai membuka life story ig wedding organizer yang mengatur pernikahan kami.

"Omg Senjaaa, calon suamimu ganteng banget apalagi dengan setelan jas hitamnya. Wajahnya berseri seri. Oh my God, aku hampir sesak napas melihatnya," suara Vella ngeloyor begitu saja masuk ke kamarku sambil mengatur napasnya. Monita terkekeh ikut masuk.

"Aku bilang juga apa, bener kan. Udah yuk kita keluar, bye Senja, tunggu ya kita perawanin dulu suami lo," kata Monita asal sambil tertawa melambai, tangannya sudah menggamit lengan Vella menariknya ke luar kamar. Aku hanya mengelengkan kepala melihat tingkah mereka.

Langit sudah tampak duduk di kursi putih yang telah disediakan. Jemarinya tampak saling bertaut di atas meja. Sesekali tampak sedikit gugup. Aku mengamatinya dari layar hp. Dan ya, dia memang terlihat sangat menawan mengenakan setelan jas pernikahan itu, jas bernuansa hitam dengan dalaman putih di dalamnya, warna yang senada dengan yang aku kenakan saat ini. Bahunya yang kokoh membuat jas itu terlihat sempurna melekat di badannya.

Di hadapannya ada bapak penghulu yang sekaligus menjadi wali pernikahan kami, sudah duduk dengan tenang.
Om Burhan papa Langit duduk di sebelahnya dengan di temani dua orang saksi. Sekilas aku juga melihat sosok mama Widya dan kak Mega yang terus tersenyum menunggu prosesi janji suci.

Tak lama suara bapak penghulu pernikahan mulai terdengar jelas memenuhi seluruh ruangan, membacakan kalimat ijab dengan tegasnya. Sedetik kemudian Langit tampak menjabat erat tangannya lalu menjawab kalimat qobul dengan lancar dalam satu tarikan nafas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Senja Kirana Akyla binti Sudibyo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

"Syah?"

"Syaahh," desahan lega dari beberapa saksi diikuti semua yang hadir membuatku hampir menangis terharu. Seketika teringat mama dan papa yang tidak bisa menyaksikan semua ini.

"Sudah saatnya keluar sayang," suara mami Sharon muncul dari balik pintu. Aku menyeka sejenak sudut mataku yang sedikit berair. Untung saja mami Sharon menggunakan make up terbaiknya, yang tidak akan luntur oleh tangis.

"Suamimu sudah menunggu, alhamdulillah ijab qobulnya lancar dia bahkan mengucapkan lafalnya hanya dengan satu tarikan napas," kata mami Sharon bangga memuji Langit. Tangannya segera menuntunku keluar kamar. Monita sudah menunggu untuk ikut mendampingiku. Aku hanya tersenyum mengatasi debaran jantungku sendiri yang sudah semakin tak menentu karena bahagia sekaligus gugup.

Langit Senja (End)Where stories live. Discover now