Pertemuan secara tidak sengaja itu membuat Senja mengingat sederet kenangan indah di masa lalu dan terjebak di dalamnya. Segala hal yang sebenarnya ingin dia hapus dari ingatan. Tapi tak pernah bisa.
Cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil kata...
Ada perasaan bahagia tersendiri saatmerasa di cintai dengan sepenuh hati Rasanya seperti berada dalam dekapandunia beserta isinya Ada nyaman dan hangat yang tak tergantikan Hingga aku sudah tak membutuhkan apa apa lagi Cukup kamu selalu ada di sini
"Selamat ulang tahun sayang," sapanya hangat begitu aku membuka pintu lebar.
Aku mengerjap, menutup mulutku yang terkembang sembari menatapnya dengan mata berbinar.
Aku bahkan lupa hari ini ulang tahunku. Langit mendekatkan wajahnya mengecup keningku perlahan. Tangannya memegang kue tart mungil berwana biru muda warna favorit kami berdua.
"Makasih sayang, aku bahkan lupa," sahutku menepuk kening. Kemudian tertawa senang.
"Aku selalu ingat hari ini," katanya lembut. Lalu kami merayakannya berdua secara sederhana. Pagi ini saat matahari belum menyingsing. Aku bahkan masih mengenakan piyamaku. Sementara Langit sudah rapi dengan kemejanya. Sepagi ini.
"Sayang, kamu yakin mau ngantor hari ini? Istirahat sajalah," suaranya terdengar khawatir saat melihatku sudah berganti rapi mengenakan kemeja dan blazer.
"Tiga hari lagi hari pernikahan kita, aku gak mau kamu kenapa-napa," desaknya mengikuti setiap gerakku.
"Tapi aku masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan sebelum cuti, paling nggak untuk hari ini aja, sekalian ijin sama bu Siwi," pintaku memohon, menyentuh pipinya sebentar sebelum kembali menyiapkan beberapa file yang harus ku bawa.
Aku masih sibuk merapikan isi tas ketika tangannya tiba tiba meraihku ke dalam pelukan. Sebuah kecupan hangat mendarat lagi di keningku. Selama ini sentuhan kasih sayangnya memang hanya sebatas itu. Pelukan hangat, ciuman di kening, pipi atau puncak kepala. Aku mengulum senyum sambil melingkarkan tangan di pinggangnya lalu menyandarkan kepala di dadanya. Merasa sangat nyaman.
"Janji ya jangan terlalu capek, aku gak mau kamu sakit seperti kemarin," lirihnya.
"Selama kamu manis seperti ini mana mungkin aku sakit," kataku terus terang. Langit tertawa pelan, "maaf ya soal kemaren," bisiknya.
"Kamu udah minta maaf ribuan kali, cinta itu ga perlu minta maaf," sahutku menengadah. Memandangi sosok yang sebentar lagi akan menjadi suamiku.
Rasanya masih seperti mimpi, memilikinya lagi setelah sekian lama, kata orang cinta pertama tidak akan pernah berhasil tapi nyatanya sekarang dia berdiri dihadapanku, mendekapku. Sungguh tak ada lagi yang ku inginkan Tuhan. Aku sangat bahagia dan bersyukur.
"Jangan menatapku seperti itu, aku gak akan bisa menahannya," suaranya membuyarkan lamunanku. Tatapannya semakin lekat, membuat wajahku mulai memanas dan bersemu merah.
Aku mengalihkan perhatian dengan tertawa lalu mundur selangkah ketika melihat bibirnya hampir maju meraihku.
"Sayang, please sekali saja," desahnya kecewa. Terlihat memelas. Aku tertawa lepas sambil mencoba menghindar. Langit mengejar. Dan diruang tamu yang tak terlalu luas itu kami saling berkejaran seperti adegan di film india. Dari dulu aku memang selalu senang membuatnya penasaran selain untuk menjaga diriku sendiri.
"Ayo kita berangkat, banyak yang harus aku selesaikan hari ini," sahutku salah tingkah sambil merapikan tatanan rambut. Langit hanya mengangguk setelah bisa mengatur napasnya yang sempat memburu karena beberapa saat sebelumnya, dia berhasil menangkapku dan melumat bibirku dengan begitu lembut, untuk pertama kalinya.
"Libur aja yuk hari ini," sahutnya dengan tatapan nakal.
"Tiga hari lagi kita menikah," aku melotot lalu segera melangkah cepat dan menunggunya di depan pintu.
Akhirnya Langit pun beranjak dan melangkah lesu. Seperti anak sekolah yang baru saja tertangkap bolos oleh guru BK. Aku melihatnya dengan tawa lebar disertai gelengan kepala. Teringat sosoknya saat mengenakan seragam SMA dulu, tapi lihatlah sekarang dia sudah dewasa dan sangat menawan. Dan yang paling penting adalah sekarang dia calon suamiku.
***
Part yang ini segini aja ah, *nulis sambil garukgaruk tembok...pokoknya yangringan ringan dan baper sebelum konflik datang. Jangan lupa vote yaa readers yang baik hati... Seneng banged nemu visual yang kebetulan sesuai imajinasi..
Maap typo bertebaran
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.