34. Tak Sepaham

9 0 0
                                    

Hari selanjutnya. Kelu sudah bisa memasang jadwalnya di dinding. Seperti yang Ate, Inayah, dan Usa lakukan pada dinding mereka.

Subuh ini, ia dibangunkan Baba untuk segera mengepel di gedung depan---gedung utama. Beruntung hari ini jadwalnya dengan Usa sama.

Sekarang masih setengah empat. Semua orang masih tertidur lelap. Koridor dan lorong-lorong gedung sepi sekali. Para napi belum diperbolehkan keluar sampai jam setengah lima. Jadi, Kelu dan Usa dikasih waktu satu jam untuk mengepel.

Dengan dibantu oleh empat napi dari gedung sel yang berbeda, mereka berhasil menyelesaikannya. Walaupun awalnya kecanggungan mereka terhadap Kelu terlihat jelas. Namun, semakin Kelu menyapa dan berusaha membaur dengan mereka, semakin nyaman juga mereka dengan Kelu. Walaupun pasti mereka mempertanyaakan dalam benak mereka apa yang membuat Kelu Resa bisa sampai terjerumus di penjara.

"Omong-omong, Ate seumuran sama kamu, ya, Usa?" tanya Kelu saat mereka sudah selesai mengepel dan kembali ke sel.

Lorong-lorong gedung mulai ramai. Sekarang sudah jam setengah lima.

"Dia lebih muda satu tahun dari aku."

Mereka kembali ke sel untuk mengambil handuk dan pakaian gantim

"Ate sama Inayah ke mana kalo pagi? Aku jarang liat."

"Kata Inay, dia minta kalau jadwal kerja dengan adiknya harus disamakan. Dan ya. Dia mendapatkannya. Aku jarang berteman dengan mereka. Entahlah. Aku rasa aku gak sepaham sama mereka."

Kelu berhenti merapikan seprai kasurnya sejenak. Ia mengutip kalimat 'gak sepaham'. Lalu disimpan baik-baik dan akan mencari tahu sendiri.

Selesai mandi, dan berpakaian, mereka ke halaman belakang gedung penjara. Dan menjemur pakaian.

Kelu sempat melirik Inayah dan Ate yang duduk bersama gerombolannya. Mereka terlihat bahagia. 

Kelu duduk bersama teman-teman Usa. Hari ini, gerombolannya tidak sedang duduk-duduk di pasir. Mereka sedang berbicara dengan beberapa orang di dekat pintu samping halaman gedung belakang.

"Pagi, Mba Kelu Resa," sapanya.

Kelu tersenyum membalas sapa.

Usa sudah memberi tahu namanya. Dia Yusuf. Dia yang memimpin kelas menjahit. Lebih tepatnya seorang guru penjahit. Usa bilang, kalau mau ikut kelasnya, tinggal ikut saja.

Yusuf tampaknya sedang membicarakan hal penting dengan beberapa orang itu. Menyangkut kelas menjahit. Kelu menyimak sesekali. Tapi tak terlalu paham. Katanya satu alat mesin jahit ada yang rusak dan benang habis dan sebaginya.

Jadi, karena Kelu dan Usa tidak mau mengganggu, mereka undur diri.

Kelu mendapatkan banyak hal baik di sini. Di tempat yang terkurung ini, ia tetep merasa bebas bersama orang-orang yang senasib dengan dirinya. Yang punya alasan mengapa bisa sampai masuk penjara.

"Zaenab, Indiana, sama yang lain pada kemana?" tanya Kelu saat mereka kembali masuk ke dalam gedung. Tak ada yang menyengakan di luar sini.

"Mereka kerja kayak kita subuh tadi. Kita duduk di koridor yuk!"

"Ngapain?"

"Atau ke halaman tengah gedung."

"Ngga deh, Usa," tolaknya. Kelu tak ingin banyak dilihat orang.

"Yahhh."

"Kita ke belakang lagi aja yuk."

"Yaudah deh."

Selagi mereka berjalan menuju keluar gedung halaman belakang, Usa bercerita, "Biasanya aku, Tere, Onin, kalo jadwal lagi kosong suka kelayapan. Kami cari-cari sesuatu yang sekiranya seru untuk dicari tahu. Memang seru sih hihi."

"Oh ya, Zaenab sama siapa tuh yang jangkung?"

"Sita?"

"Ah iya. Mereka ada di sel gedung mana?"

"Gedung dua. Mau ke sana?"

"Ngga ngga. Ngga usah."

"Tere? Indiana? Yusuf?"

"Mereka gedung tiga. Dalam satu sel."

Kelu tak perlu menanyakan Onin ada di gedung yang mana.

"Oh ya, kamu ngga masuk ke kelas? Tere pasti udah nunggin kamu tuh di kelas."

"Ngga ada Onin ngga seru."

"Ehh, ngga boleh gitu. Sana ke kelas."

Usa menghela napas. "Yaudah deh. Bye, Mbaaa."

Kelu menatapnya berlari melewati beberapa orang. Usa masih kecil. Kelu tahu itu.

* * *

Hari ini, Kelu membaur dengan kelompok-kelompok lain. Mereka tak keberatan kalau Kelu duduk bersama mereka.

Tidak ada yang bisa Kelu lakukan selain berkenalan dan menyapa siapa pun. Ia ingin mengenal semua napi dan mengamati situasi. Itulah Kelu. Pintar mewawancarai dan menganalisi.

Kelu dan Usa kembali ke kamar setelah habis makan malam. 

Di dalam sel, sudah ada Inayah dan Ate yang berbaring sambil memakan sesuatu.

"Tangkap."

Kelu membuka telapak tangannya. Ia tak mahir menangkap. Untung saja yang dilempar ini tidak jatuh. Ini adalah roti. Roti yang biasa mereka makan saat sarapan.

"Dikasih temen. Makan aja," kata Inay dengan santai.

"Makasih, Inayah." Kelu memberikan salah satunya pada Usa. Tapi Usa bilang, "Aku sudah kenyang tau."

Kelu mengedikkan pundak. Usa naik ke kasurnya dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Panggil aja Inay."

Kelu duduk di bibir kasurnya.

"Gimana dua hari di sini?"

"Lumayan. Saya suka di sini. Orang-orangnya baik. Tempatnya bersih."

"Syukurlah."

"Huum."

"Maaf untuk dua hari sebelumnya. Saya belum sempat nyoba untuk akrab sama kamu." Inay menaikan kakinya ke kasur dan bersandaran di tembok. Kakinya menukuk satu.

"Aku juga."

"Btw, kita seumuran."

Kelu hanya menaikkan kedua alisnya.

"Kamu tinggal di mana?"

"Di Maha Raya. Kalo kamu, Nay?"

"Aku dari Pontianak. Jauh, ya?"

"Lumayan lah."

"Kenapa kamu bisa masuk ke sini?" tanyanya tanpa hati-hati.

"Saya ngga beritahu kepolisian kalo ayah saya pengedar, bandar narkoba lebih tepatnya." Kelu tak ingin menutupi apapun.

Dia membulatkan mulutnya. Ia berdeham.

"Gapapa. Salah itu wajar. Nanti juga bener lagi."

Inay melempar menuman gelasan pada Kelu di kasur Kelu.

"Jangan lupa ke kamar mandi sebelum jam sembilan malam haha," ledeknya.

Tapi Kelu tak benar-banar menganggap itu sebuah ledekan. Ia ingin berusaha akrab dengan Kelu dengan caranya sendiri.

Setelah Kelu menghabiskan dua rotinya, ia minum. Lalu bangkit dari kasurnya. "Kamu mau ke kamar mandi, Nay?"

"Ngga ah. Kamu aja."

Kelu keluar dari selnya. Beberapa orang masih lalu lalang di luar sel.

Kelu ke kamar mandi. Setelahnya kembali ke selnya.

Ia menarik selimut. Dan tidur menunggungi Inay. Menghadap tembok. Ia menarik napas dan mengeratkan genggaman pada selimutnya.

Mungkin, ini yang disebut tak sepaham oleh Usa.

Aku Bisa Membaca Pikiran dari Pakaian yang Kamu Kenakan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang