Bab 13 : Drama Masa Lalu

2.9K 292 39
                                    

Di lounge mereka mencicipi wine dari berbagai tahun pembuatan, merk, dan negara

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Di lounge mereka mencicipi wine dari berbagai tahun pembuatan, merk, dan negara. Biasanya orang minum wine untuk selebrasi ulang tahun, kemenangan, kesuksesan, dan sebagainya. Entah apa yang dirayakan Gege, Shani, dan Mas Gito. Setidaknya untuk senang - senang.

Vibe lounge yang bikin rileks, lantunan musik yang mengalun pelan, atmosfer lounge yang memang menyenangkan untuk berlama - lama dan ngobrol. Mereka ngga sampai mabuk berat, tipsy pun ngga. Mas Gito nyetir, jadi ngga boleh mabuk. Bahaya buat diri sendiri dan pengguna jalan lain.

Sepulang dari lounge diantar Mas Gito, Shani menginap di kostan Gege. Shani ingin berduaan bersama Gege setelah keputusannya menjelaskan semua tentang berakhirnya hubungan dirinya bersama Boy di depan orang tua Boy. Terasa berat tapi akhirnya lega.

"Ge, ajak aku keliling - keliling ya? Aku pengen nikmatin udara malem," Shani merajuk.

"Yuk." Gege menggandeng tangan Shani. Ia mengambil dua buah jaket dari lemari dan syal. Udara malam tidak baik bagi kesehatan, makanya jaket tebal adalah keharusan kecuali mereka pulangnya masuk angin dan berujung saling kerokan. Terlebih sudah jam satu malam.

Suasana malam Jakarta seolah tak pernah mati. Masih ada saja penghuninya yang berkeliaran. Entah yang mencari nafkah sampai yang mencari mangsa. Hawa dingin tetap saja menusuk ke dalam tulang meskipun sudah memakai jaket. Demi Shani, Gege tidak pedulikan. Mereka berhenti di tepi trotoar lalu duduk di kursi kayu yang tersedia.

"Shan, kamu ngga pernah ngenalin sahabat kamu?"

"Aku di kantor ngga punya sahabat."

"Kok bisa? Kamu jarang gaul atau gimana?"

"Temen - teman kerja di kantor terlalu hedon untuk aku jadikan sahabat. Aku ga bisa ngimbangin mereka. Meski ada yang biasa, tapi awkward waktu diajak ngobrol banyak hal. Ya ada sih yang bisa jadi tempat curhat, mereka yang udah menikah. Tetep aja kurang sreg. Aku merasa setelah kenal kamu, Yusup, Amir, Gito, ada warna lain di hidup aku."

"Hedon mereka kek gimana?"

"Selain gaya hidup, cara berpikir, cara mereka memandang orang lain, cara mereka menanggapi pendapat. Its totally different. Semua berkompetisi mencapai apa yang mereka impikan. Seringkali aku merasa aku ini apa sih di sana. Mereka pintar, cerdas, berpendidikan bagus dan tinggi. Aku? Seringkali ngga dianggap."

"Divisi Gege ya, mereka yang berpendidikan tinggi, cerdas akan diakui kalo sebulan aja tahan ngeliat kelakuan tim Gege. Kerja tim seenak jidat itu dianggap biasa, tapi setiap target kerjaan bisa beres tepat waktu. Yang penting jangan telat ganti galon sama seduh kopi buat Pak Romi. Tapi soal solidaritas, ga akan pernah terlupakan."

"Hahaha...divisi yang aneh."

"Memang. Trus sahabat Shani di luar? Waktu kuliah, SMA?" tanya Gege.

"Ada. Sahabat waktu kuliah. Dia sekarang kerja juga di Jakarta. Mau ketemu susah nyatuin jadwalnya. Dia juga sibuk. Kita komunikasinya lewat chat, VC. Aku cerita ke dia tentang kamu. Dia excited."

Gege dan Sumini [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ