⁂Distrik Merah

1.9K 237 41
                                    

--

!!Warn!!!  bahasa vulgar!!

•|00.15|•
Tengah malam.

Seorang gadis berlari menelusuri jalan, mengejar seorang gadis lainnya yang tengah melarikan diri.

Kini ia berbelok, sinar merah dari lampu yang menghiasi sepanjang jalan itu, membuat matanya sedikit perih hingga menyipitkan mata. 

Gadis itu berhenti, melirik sejenak ke arah pintu besar di depannya.

"..Distrik merah, ya? Lalu ini..Rumah bordil? Besar sekali."

Tanpa ragu, ia lalu mendorong pintu itu hingga terbuka, dan langsung saja banyak sepasang mata yang tertuju padanya.

Gadis itu mengabaikan orang- orang, ia pun menerobos kerumunan, tak mengubris beberapa orang gadis yang menari tanpa busana saat menghibur mereka para pengunjungnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lantai atas dimana ia seharusnya bisa lebih leluasa untuk melihat.

"Ah itu dia." Gumamnya, ia lalu berjalan cepat menuruni anak tangga untuk mengejar siluet yang kini sedang mencoba bersembunyi di lantai bawah itu. 

"Tunggu!-

*Brakk*

Baru saja ingin menuruni anak tangga, bahunya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang hingga terjatuh.

"Hah? Aku..kenapa aku yang terjatuh-

Gadis itu bergumam kaget dengan mata sedikit terbuka. Menyisir rambut pirang panjangnya ke belakang agar bisa melihat dengan jelas orang yang ditabraknya. 

Seorang laki-laki tinggi berdiri dengan tampang datar menatap ke arahnya. Gadis yang telah menangkap sosok itu kemudian berdiri hendak pergi meninggalkan laki-laki angkuh itu. Namun tanpa disangka, sebuah tangan datang menahannya.

"Hei, minta maaf!" Ujarnya dengan kasar.

Mendengarnya, gadis itu justru mengernyit melirik pada pria tadi, yang sama sekali tak membalikkan badan untuk memeriksanya.

'Lucu sekali. Meminta suruhanmu untuk berbicara denganku? Tidakkah kau tau siapa aku?!'  Gadis itu membatin kesal, kemudian kembali melirik pada laki-laki yang menahan tangannya tadi.

"Buat apa aku minta maaf padanya? Tahu tempatmu, dong. Sialan." Gadis itu menepis tangannya kasar lalu kembali berjalan menuruni lantai 2. Beberapa langkah setelah gadis itu pergi, pria tinggi berambut biru panjang itu lalu meliriknya sambil tersenyum.

"Hoo? menarik."

-----



"Distrik merah..Hmph, aku memang tak sering kesini.. Tapi kudengar Zahard pernah sesekali mengunjungi tempat kotor ini. Ckckck. Bajingan itu membuat mereka terbunuh untuk memenuhi hasratnya." Ujar pria itu sambil terkekeh pelan, melihat ke lantai bawah yang ramai.

"Tuan..ada banyak pelayan yang jadwalnya kosong malam ini. Apa anda tertarik melakukannya hari ini?" Seorang bersetelan rapi mendekat pada tuannya yang kini menyandar pada pagar tangga. Pria berambut biru terang itu melirik ke lantai bawah sambil sesekali menyeruput gelas Winenya, memejamkan mata kemudian menjawab dengan percaya diri.

"Mereka yang akan mendatangiku sendiri."

Namun itu bukan bualan besarnya saja.Seperti yang diucapkannya, tak lama setelah itu beberapa orang gadis yang menyadari keberadaannya langsung mendekat, menempel pada pria tampan itu.

"Tuaaannnnnnn"

"Tuan..Ayo.. pilih aku."

"Kau yang terbaik, Tuan."

Rayuan demi rayuan dari gadis-gadis yang menempel di belakang membuatnya berbalik, melirik mereka sembari meneguk habis wine di gelasnya.

"Tapi..Jika disuruh memilih, bukan kah gadis tadi itu lebih baik?" Pria itu melepaskan jas lalu memberikannya pada bawahannya, melanjutkan jalan ke arah kamar yang sudah ia sewa sebelumnya.

----

"Dapat kau, sialan." Gadis itu menarik baju lawannya hingga termundur, kemudian mengunci tangannya di belakang.

"BERANINYA KAU-

*Grep*

Mata membulat karena terkejut, dengan segera menoleh ke belakang. Terlihat dua orang pria bertubuh besar menahan tangannya.

"Sadarkah kalian, SIAPA YANG KALIAN HENTIKAN?!" Ucap gadis itu dengan nada penuh penekanan. Tempat itu pun sedikit bergetar karena shinsu yang dikeluarkannya. Namun kembali tenang saat dua orang itu memakaikan sebuah gelang di kedua pergelangan tangannya. 

'G-gelang ini menahan shinsu ku!!!' 

Ia yang masih asyik menerawang gelang itu tiba-tiba terkejut karena kini diangkat dan dibawa paksa oleh mereka menaiki tangga menuju lantai atas, gadis itu pun melotot sambil bersorak dengan keras.

"BAJINGAN, LEPASKAN AKU!!" 

Dia meronta-ronta, namun mereka kuat dan juga berdua. Tak salah jika menyebutnya high ranker yang dibayar untuk menjadi bawahan. 

Saat berpikir dengan keras, pria berambut biru panjang tadi melintas di pikirannya begitu saja, hingga ia pun tersadar akan situasinya.

'Siapa....siapa sebenarnya pria tadi?'

Mereka membuka pintu hingga terlihat bayang-bayang dalam kamar gelap itu. Pria di ruangan itu kemudian menoleh ke arah pintu, membuka rompi lalu melemparnya ke atas meja kamar.

"Tuan, gadis yang anda pilih sudah kami bawa."

Gadis yang masih melongo itu lalu dilempar masuk ke dalam, 2 orang tadi keluar dan menutup pintu sambil berjaga di luar.

Pria itu berjalan mendekat dan mengangkat wajah si gadis hingga menatapnya. Mata mereka yang saling bertautan kini melempar pandangan yang berbeda.

Sempat melirik, gadis yang kala itu sedang berlutut lalu terkekeh pelan.

"Kau..pria yang kutabrak tadi. Ternyata aku benar kalau kau tak lebih dari seorang pecundang yang bersembunyi di balik dua orang suruhan." Desis sang gadis yang justru membuat pria itu terkekeh sambil menaikkan satu alisnya,

"Bersembunyi? Aku?"

"Pria brengsek. Kau akan menyesal begitu tau siapa aku-

*Grep*

Kalimat gadis itu seketika terpotong karena ia tiba tiba dibopong ke atas ranjang dan ditindih agar tak bisa bergerak. Pria di depannya tersenyum lalu berkata,

"Ya, aku tak tau siapa kau itu. Tapi bagaimana bisa kau tak mengenalku?" Pria itu mulai meraba pipi si gadis, mengelus rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"MEMANGNYA KAU SIAPA?!" Gadis itu bersorak hingga membuat pria di depannya sedikit melebarkan mata.

'Sial, kenapa dia kuat sekali?! Seharusnya satu gerakan ku mampu menghempaskannya hingga ke dinding sana!!'

Gadis itu bergerak panik, giginya dikatupkan, keringat dingin pun bergulir dari pelipisnya. Masih  berusaha melepaskan diri dari genggaman pria itu. Tapi, pria itu justru tersenyum.

"Aku Khun Edahn."

Gadis itu mendelik. Kali ini ekspresinya berbeda. Tercemin rasa takut diimbangi dengan rasa menyesal.

Dia lalu gemetaran, tak berani menatap lawan bicaranya lagi. Dia benar-benar menyesal karena masuk kesana, menyesal bertemu dengan orang berbahaya sepertinya. 

Dengan suara gemetar ia lalu memohon.

"T-tolong...biarkan aku pergi..."

"Haha..dimana keberanianmu yang berkobar kobar tadi?"

• • •
• • •

- 18 Juli 2020 -

The Lost Disgrace



|| 𝗧𝗢𝗚 || The Lost DisgraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang