43- Bagaimana?

5.3K 351 149
                                    


   Hari hari berlalu. Namun sedikit berbeda kala serangan serangan suruhan Zico mulai gencar mengincar Lova.

    Arsen bersama beberapa anggota Verflier, juga semakin gencar menyerang Revatar balik. Anggota anggota dengan ketua penghianat itu sama sama liciknya. Mereka sering melakukan jebakan jebakan untuk melukai Lova.

     Gadis itu bagaikan seorang yang terteror dengan ancaman pembunuhan, namun lebih parah.. karna bukan teror yang dilakukan, melainkan sudah berbagai cara.

    Lova hanya bisa menangkis sendiri serangan serangan itu, paling paling dibantu oleh Verflier. Sementara Rewolf? Entahlah.. tidak tau, bagaimana kelanjutan mereka.

Lova lelah?

Lova sakit?

Lova ingin menyerah?

   Ya! Ya! Lova pernah merasakan itu semua. Apalagi ditambah menghilangnya Vano dari rumah, yang 2 hari lalu dikabarkan oleh kedua orangtua angkatnya.

   Berfikir untuk menjadi seorang pengecut mungkin pernah terbayang. Rasanya ia tidak ingin terlibat dengan semua ini.. fikirannya terhenti untuk menyelesaikan misi misi membingungkan ini.

   Parahnya, ia sempat menyesal telah masuk ke dalam jalur misi berbahaya ini. Misi yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang gadis seperti lova. Untuk pertama kalinya gadis itu merasa lemah.. merasa membutuhkan seseorang yang mengerti dirinya.

      Di tempat lain, Sam bersama kelima inti Rewolf mengitari seseorang di tengah tengah mereka. Cowok dengan muka tertutup kain hitam itu terduduk di tengah mereka, kedua tangannya terikat di belakang. Ia diam seribu bahasa kala kaki Sam mengetuk ngetuk beberapa kali diatas lantai.

    Dito menarik keras kain penutup kepala cowok itu dari belakang, hingga membuat rambut belakang cowok itu juga ikut tertarik.
"arghhh.." rintihnya.

   Sam menekuk kedua kakinya, ia ikut berjongkok menyesuaikan tingginya dengan cowok di hadapannya, "mencoba menjadi seorang pengkhianat.. seru?" Tanyanya sambil mengangkat dagu cowok itu dengan sebilah pisau.

   "Diem aja Lo daritadi ric ric! Biasanya juga enak banget Lo ngomong sama kita kita. Seakan ga ada beban, munafik banget ya Lo!" Riko menyorak, sungguh ia juga ikut terbakar emosi mengetahui bahwa semua yang telah membeberkan rahasia Rewolf adalah salah satu anggota terdekat mereka sendiri.

    Eric meringis saat pisau milik Sam menyentuh kulit rahangnya, lebih lebih menggoreskan singkat, namun berefek dengan luka melebar. Sam miris, miris terhadap Eric sekaligus miris terhadap Rewolf. Ia benci situasi ini..

"Kita anggap Lo hampir seperti inti rewolf, kenapa Lo lakuin ini?" Raden membuka suaranya. Ia juga ikut menatap miris kearah Eric.

    Eric menunduk, menahan luka luka yang jelas terpampang di wajah dan tangannya. Badannya bagai telah diremukan oleh keenam inti rewolf ini. Ia salah, dan ia menyesal, ia menyadarinya..
"Gu-gue salah.."

"LO EMANG SALAH BANGS*T!" Teriak Jovan penuh gebu ingin kembali memukul Eric.

   Andrian menaik tangan Jovan mundur, berusaha membiarkan Sam yang menyelesaikan semuanya, "Bunuh dia! Bunuh!" Riko dan Jovan saling menyorak akibat benar benar terbakar emosi karna perbuatan Eric.

    Sam tak ingin basa basi, tangannya gatal memukul seorang penghianat seperti Eric. Ia menghajar habis cowok itu, jelas tak ada perlawanan sama sekali dari Eric. Tangannya telah terikat, tidak mampu melawan kekuatan besar dari Sam. Cowok itu menyerah, menyerah apabila Sam akan menghabisinya sekarang.

     Sam terus memukul cowok itu membabi buta, matanya memerah menahan segala amarahnya. Tak sampai sini ia memikirkan semua kejadian yang telah terungkap ini.

SamLova [Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt