Bab ketiga

194 13 0
                                    

Sudah sekitar 5 bulan Luna dan Rad pergi dari istana, mereka tinggal di rumah sederhana yang terletak jauh dari kerajaan Aelius.

Mereka tau pasti Felix akan mencari keberadaan mereka berdua, makanya mereka pergi dari kerajaan itu.

"Putri, saya menemukan informasi baru" ucap Rad bersemangat.

"Sudah ku bilang jangan panggil aku putri lagi"

"Tapi saya sudah terbiasa memanggil seperti itu"

"Baiklah baiklah, informasi apa yang kau dapatkan?"

"Aku menemukan sebuah tempat dimana dulunya terdapat istana yang mengagumkan"

"Dimana itu"

"Tidak jauh dari sini, dan tempatnya sangat tersembunyi"

"Baguslah kalau begitu, ayo kita kesana sekarang" ucap Luna lalu bangun dari tempat duduknya.

"Tempat itu sekarang sudah di kuasai oleh penyihir yang memiliki sihir gelap, jika kita kesana sekarang pasti akan di tangkap oleh mereka"

"Berarti kita harus berperang kan?"

"Iya itu benar"

"Yasudah ayo berperang"

"Ta-Tapi kan kita tidak memiliki prajurit"

"Aku akan satu lawan satu dengan penyihir itu"

Rad menghela napas, Luna memang seperti itu dari dulu. Jika dia menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya bagaimana pun caranya.

"Kita harus membuat strategi terlebih dahulu putri"

"Benar juga, kalau begitu ayo kita buat strategi terlebih dahulu"

Rad mengangguk lalu melihat ke arah mata Luna, matanya sedikit bengkak. "Sudah berapa lama ia tak bisa tidur?" ucap Rad dalam hati.

"Rad! Kau mendengarkan aku tidak?" teriak Luna

"Maaf tuan putri, saya melamun"

"Apa yang sedang kau pikirkan hm?"

"Saya memikirkan tuan putri"

"Huh?" ucap Luna kebingungan

"Sudah berapa lama tuan putri tidak bisa tertidur dengan nyenyak?"

"Akhir akhir ini, kau tidak perlu khawatir" ucap Luna sambil tersenyum.

Rad hanya membalas senyuman Luna, dan setelah itu mereka berdua menyusun strategi untuk menyerang penyihir itu.

• • •

Luna dan rad saat ini berada di dekat istana yang tempo hari mereka berdua bicarakan.

Tempatnya sangat tersembunyi, dan akan sangat indah jika tidak ada sihir gelap yang mengelilingi tempat itu.

"Putri, kau yakin ingin bertarung satu lawan satu dengan penyihir itu?" Tanya Rad khawatir

"Tentu saja! Aku akan melawannya, tugasmu hanya mengalihkan prajurit yang sedang bertugas"

"Baiklah"

"Kalau begitu aku pergi"

"Semoga berhasil"

Luna mengangguk sambil tersenyum, lalu menggunakan sihirnya untuk teleport ke dalam istana itu.

Istananya lebih sepi dari pada dugaan Luna, tidak ada prajurit sama sekali di dalam istana ini.

"Wah wah wah, coba lihat siapa yang datang" ucap seorang laki laki dengan nada berat.

Luna langsung membalikkan badannya, pemilik suara itu adalah penyihir yang harus di lawan olehnya.

Princess LunaWhere stories live. Discover now