Bab ke sepuluh

105 9 0
                                    

Luna dan Viserion sudah bersiap siap di tempat, mereka berdua akan menyerang dari atas langit.

Yang lainnya juga sudah siap di tempatnya masing masing, mereka semua menunggu sinyal dari Luna untuk menyerang.

Pasukan musuh sudah mulai bersiap untuk menyerang, saat pemimpin pasukan musuh memberi sinyal untuk menyerang, saat itu juga Luna memberi sinyal untuk menyerang.

Pasukan musuh saat ini jumlahnya sudah hampir setara dengan pasukan Aelius, walaupun tetap saja sedikit lebih banyak pasukan milik musuh.

Masih sama seperti kemarin, Viserion membakar hampir semua pasukan musuh dengan menggunakan api plasma miliknya.

Sedangkan mata Luna berusaha mencari dimana posisi pemimpin itu sekarang, jika benar pemimpin pasukan itu adalah penyihir gelap yang pernah ia lawan dua tahun yang lalu.

Tapi bagaimana bisa? Bukannya ia sudah membunuh penyihir itu dua tahun yang lalu?

"Dia ada di sana, terbanglah lebih rendah" perintah Luna

Viserion menuruti apa kata Luna, saat Viserion terbang lebih rendah Luna melompat dan mendarat tepat di belakang pemimpin itu.

"Sudah ku duga kau akan turun tangan dalam perang ini" ucap pemimpin itu sambil membalikkan badannya.

Luna membulatkan matanya, dia benar benar penyihir gelap yang Luna lawan dua tahun yang lalu.

"Bagaimana bisa kau masih hidup sampai sekarang?" tanya Luna dengan nada dingin.

"Karena waktu itu kau tidak benar benar membunuhku" jawab penyihir itu sambil tersenyum miring.

Luna mengepalkan tangannya kuat.

"Jika di pertarungan dua tahun yang lalu aku kalah, maka tidak dengan pertarungan kali ini" ucap penyihir itu yakin.

Setelah itu penyihir itu menyerang Luna lebih dulu, masih sama seperti dua tahun yang lalu.

Jika dua tahun yang lalu Luna masih belum bisa menggunakan sihir nya dengan benar, maka hari ini dia sudah hampir menguasai semua sihir.

Dengan cepat Luna menghindar dari penyihir itu, lalu ia menyerangnya dari belakang. Tapi tentu saja penyihir itu tak bisa di kalah kan dengan mudah.

Mereka berdua bertarung dengan beradu pedang, posisinya persis seperti dua tahun yang lalu.

Mereka berdua bertarung satu lawan satu, dan Luna hampir kehabisan ide bagaimana cara merebut pedang milik penyihir itu.

Saat ia sedang mengatur napasnya ada anak panah yang di tembakkan di bahu sebelah kiri milik Luna.

Luna melepaskan anak panah dari bahunya dengan menggunakan tangannya sendiri. Darah mulai turun dari bahu sebelah kiri milik Luna.

"Penyihir sialan!" Teriak Luna lalu dengan cepat menyerang penyihir itu.

Penyihir itu tersenyum miring dan dengan cepat menghindari serangan Luna.

"Kau pikir kau bisa membunuhku dengan mudah?" ucap penyihir itu sambil menangkis pedang milik Luna.

Luna tak menggubris perkataan penyihir itu dan terus menyerangnya menggunakan pedang miliknya.

"Aku bisa merasakan kemarahanmu" ucap penyihir itu lalu menangkis pedang milik Luna.

"Dan itu terlihat sangat lezat" tambah penyihir itu sambil tersenyum miring.

Princess LunaWhere stories live. Discover now