Act. 2

160 13 0
                                    

Seperti yang sudah dikatakan sang Fuhrer, bahwa 104th Jäger Division diperintahkan untuk menjaga Yugoslavia dari Partisan dan orang-orang Kurdistan. Bergegaslah kami dengan truk tentara dan dengan long march melalui Austria dan sampailah ke Yugoslavia.

Lalu divisi kami dipecah lagi menjadi beberapa kelompok kecil. Satu kelompok berisi 10 orang yang terdiri dari 1 orang pemimpin kelompok, 1 orang pembawa senapan mesin MG 32, 1 orang membawa ammunisi MG 34, 1 orang medis, dan 6 orang lainnya tentara biasa dengan senapan Karabiner 98 Kurz.

Kelompokku dipimpin oleh Unterfeldwebel (sersan) Gaugmann.

Lalu kelompok kami dengan 2 kelompok dari divisi 104th ditugaskan untuk merebut kembali desa Konjscina dari Partisan. General Friedrich juga meminjam 1 unit tank PzKpfw IV dari 3rd Panzer Division.

Kemudian bergerak lah kami dibelakang tank itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kemudian bergerak lah kami dibelakang tank itu. Kami juga minta bantuan Luftwaffe untuk menghancurkan desa itu sebelum tank kami masuk kedalam. jarak kami 2km dari desa itu. Kami bersembunyi di semak-semak dan pepohonan. Suara ledakan terdengar dari desa itu, Luftwaffe kami berhasil menjatuhi bom ke desa itu. Kelompokku membersihkan desa itu dibagian timur, sedangkan dua kelompok dan tanknya membersihkan barat.

Bergeraklah kami di belakang tank untuk masuk ke dalam desa tersebut. beberapa gedung dan rumah hancur berkeping-keping akibat bom dari Luftwaffe kami.

"Berhenti!" teriak Unterfeldwebel Gaugmann.

"Paul, pasang MG 34mu di sini dan lakukan tembakan jika ada pergerakan dari ujung jalan situ" kata Unterfeldwebel Gaugmann sambil menunjuk ujung jalanan tersebut.

"Schneider, Schmidt, Hertz. Kalian membersihkan bangunan merah dan 2 rumah disampingnya, sisanya, ikuti aku" katanya lagi.

"Siap Unterfeldwebel!" kata kami bertiga.

Aku, Schmidt, dan Hertz berpisah dari kelompok kami. Kemudian kami berjalan dengan hati-hati ke bangunan merah itu.

"Kamu buka pintunya, Aku lempar granat" kataku ke Hertz.

Hertz membuka pintu, dan langsungku lempar granat kedalamnya.

Setelah meledak kami bertiga masuk. Kami membersihkan 3 ruangan di lantai 1. Kemudian kami segera naik dan membersihkan lantai 2. Gedung itu merupakan sebuah kantor, banyak sekali kertas yang berserakan akibat shock wave dari bom luftwaffe kami. Sejauh ini masih aman.

Ketika hendak naik ke lantai 3, setibanya di tangga Hertz tiba-tiba berkata

"Diatas ada orang, aku mendengarnya" katanya

Kami bertiga diam dan saling bertatap-tatapan. Rasa takut mulai menghantui kami bertiga.

"Biar aku yang di depan" ujar Schmidt.

Lalu kami menginjak anak tangga pertama dan lanjut naik. Sambil mengarahkan Karabiner 98ku ke sudut-sudut ruangan.

Tiba-tiba pintu di ruangan depan tangga kami terbuka dan ada sebuah peluru yang ditembakan ke arah kami

"AH SIALAN!!" teriak Schimdt sambil memegang lengan kanannya yang mengeluarkan darah.

Segera kutembak pintu ruangan tersebut. Kuhabiskan satu ronde Karabinerku ke pintu itu. Kami terdiam sambil mengarahkan senapan kami ke pintu itu, Kemudian Schmidt menepi ke tembok lalu duduk sambil memegangi lengan kanannya yang terus mengucurkan darah.

Peluruku menembus tembok dan mengenai kepala pejuang Partisan yang telah menembak lengan Schmidt. Hertz yang memberitauku saat aku sedang membantu Schmidt.

Ku lepas ikat pinggangku lalu ku ikat di belakang peluru yang menusuk daging lengan Schmidt. Ia teriak kesakitan.

"Schmidt.. Schmidt.. lihat aku" kataku sambil memegang kepalanya.

"Kamu akan baik-baik saja oke? kamu akan mendapat Iron Cross pertamamu." kataku untuk menghiburnya.

Kami bertiga sudah mengamankan gedung itu dan kemudian pindah ke 2 rumah disamping gedung itu. Schmidt tidak ikut, dan ia lebih memilih untuk tinggal di gedung yang baru kita amankan barusan.

"Baiklah Schneider, seperti tadi ya!" kata Hertz.

Hertz membuka pintu dan aku segera melempar granat. Setelah meledak, kami masuk. Taktik itu berhasil. Kami baru saja membunuh 3 orang Partisan dengan ledakan granat itu. Rumah itu sangat kecil, jadi kami cepat mengamankannya lalu lanjut ke rumah sampingnya.

Hertz buka pintu, dan kulempar granat lagi seperti sebelumnya. Kami masuk setelah granat meledak. Lalu kami mengaman kan rumah tersebut kecuali kamarnya. ketika kami hendak pergi ke kamar tiba-tiba ada orang muncul dari kamar tersebut lari ke arahku. Ia menerjangku lalu aku bertarung tangan dengan orang Partisan itu. Hertz tepat dibelakangku tidak menembakan tembakan.

Katanya takut mengenaiku, jadi ia menunggu saat yang tepat untuk menembak.

Waktu itu, dia menonjok perutku, lalu kubalas tonjok matanya. Dan ia terhempas dariku sekitar 1 meter kesakitan sambil memegang matanya. Tidak ada 1 detik suara tembakan dari senapan Hertz terdengar dan muncratlah darah dari kepala orang partisan tersebut. Lalu ia tersungkur di lantai dan kaku tidak bergerak.

"Keparat" kataku sambil menghela nafas dan membersihkan seragamku dari debu pasir.

Ternyata capek juga berantem menggunakan tangan kosong.

Aku memanggil Schimdt dan kembali bergabung dengan kelompokku. Kami bertemu kembali di titik kumpul yang telah diberikan oleh Unterfeldwebel Gaugmann.

"Kemana saja kalian bertiga? lama sekali" kata Untefeldwebel Gaugmann

Lalu kuceritakan semuanya kepadanya apa yang terjadi pada kami bertiga.

Kabar baiknya kami telah berhasil mengamankan desa Konjscina dari Partisan. Kemudian beristirahatlah kami dibelakang kendaraan besi Wehrmacht sambil bertukar pengalaman barusan, menikmati ransum, dan merokok.

 Kemudian beristirahatlah kami dibelakang kendaraan besi Wehrmacht sambil bertukar pengalaman barusan, menikmati ransum, dan merokok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa jam kemudian datanglah truk persediaan Wehrmacht. Dan kami mengubah salah satu gedung di desa itu menjadi kamar kami dan tempat persenjataan kami.

"Schmidt pulang" kata Hertz ketikaku sedang menikmati coklat panas di kasur baruku.

"Enak sekali dia" kataku.

"Kamu harus merasakan panasnya peluru menancap di dagingmu baru kamu bisa pulang" kata Hertz.

"Membayar sukacita dengan Rasa sakit, ia juga akan segera mendapat iron cross pertamanya." kataku

"baguslah kalau begitu" kata Hertz

Ngomong soal pulang dengan Hertz, mengingatkanku akan ke empat temanku di Berlin. Aku Mengeluarkan foto kami saat natalan dari kantongku. Memandangi mukanya. Rasa rindu di dalam hatiku semakin membara ingin berjumpa dengan mereka.

Hari-hari selanjutnya disini sangat membosankan. Seperti layaknya hari biasa. Kami berpatroli, mengidentifikasi setiap keluarga dan menyerahkan mereka yang Yahudi, Kurdistan, dan Partisan ke tangan Waffen-SS untuk dibawa ke Kamp Konsentrasi.

***



Für unser VaterlandWhere stories live. Discover now