Act. 10

97 5 2
                                    

4 tahun telah berjalan, sekarang tahun 1949.

Pekerjaanku di Hamburg bisa dibilang cukup sukses. Aku dapat membeli mobil sendiri dan hidupku cukup sukses disana. Jika ada waktu luang, aku kadang memancing ikan bersama Hertz dan Schmidt.

Tapi setiap malam pikiranku dihantui oleh Anna. Rasa kangenku yang sudah begitu tinggi tidak bisa kutahan lagi.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku di Hamburg, dan melamar pekerjaan di Berlin. Aku mendapat pekerjaan baru disana, walau gajinya hanya setengah dari gajiku di Hamburg. Tapi aku akan ke Berlin demi mengobati rinduku dengan Anna.

Aku pergi naik pesawat terbang, dan mobilku ku kirim ke Berlin menggunakan Kreta api.

Kemudian aku langsung menuju ke rumahku.

Betapa tekejutnya aku ketika melihat rumahku sudah direnovasi dengan sendirinya. Siapa yang melakukannya. Fritz? Anya?

Aku ngintip dari jendela. Tidak ada orang di dalam.

Kubuka karpet depan rumah, tempat biasa menyimpan kunci. Tapi tidak ada kunci disitu. Pintunya baru, jadi kunci yang kusimpan tidak sama dengan pintu ini.

Pikiranku mulai kemana-mana. Akhirnya aku putuskan untuk duduk di lantai sambil menunggu pemilik rumah ini datang. 4 jam aku menunggu dibawah terik matahari pemilik rumah ini tidak kunjung datang.

Aku sudah tidak kuat lagi menunggu di bawah sinar sialan ini.

Akhirnya aku mulai berjalan kaki, dan muter keliling kota.

"wah toko bukunya sudah diganti dengan toko baju" kataku dalam hati.

Berlin sudah sangat-sangat berubah. Banyak Ivan yang berlalu-lalang di Berlin.

Aku merindukan Jerman yang dulu, Berlin yang dulu.

Kemudian aku mampir ke salah satu kedai kopi disana. Itu tempat kesukaanku dan ke empat temanku untuk ngumpul disana.

Kenangan yang luar biasa. Setidaknya bisa mengobati kangenku yang sudah membara-bara di hatiku.

Namun, masih ada tempat terakhir yang belum ku kunjungi.

Tiergarten. Tempat sejuta kenanganku dengan Anna.

Saat turun dari taksi, hatiku mulai derdetak kencang. Aku jalan keliling taman itu. Aku tidak berani ke bangku tempat favoritku dengan Anna untuk bercerita pada jaman dahulu. Karena itu bisa menggores hatiku.

"Kupu-kupu apa ini?" tanyaku dalam hati saat sedang berjalan di taman itu.

Aku melihat kupu-kupu indah sekali, berwarna chrome hijau dan biru.

Aku mengikuti arah kupu-kupu itu terbang tanpa memperhatikan sekitarku. Sampai tidak sengaja aku menabrak seorang wanita di depanku. Wanita itu terjatuh.

"Ehh... maaf maaf maaf" kataku sambil membantunya berdiri. Wanita itu mengenakan topi fedora untuk perempuan yang lagi ngetren pada jaman itu.

"Hati-hati saat berjal-.."

Kami berdua saling menatap dan terdiam.

"Anna?????!!!!"

"Schneider??!!!"

Kami berpelukan sambil menangis. Aku benar-benar tidak percaya ini.

Kami kemudian duduk di bangku taman, tempat favorit kami berdua untuk bercerita.

"Aku tertinggal evakuasi waktu itu, terus aku ditangkap oleh Soviet. Dan aku dijadikan perawat bagi tentara Soviet di medan tempur. Lalu setelah perang berakhir aku pulang ke Berlin. Aku mencarimu, tapi kamu tidak ada." ujar Anna.

"Aku dengar kamu menghilang Anna" kataku

"Aku kira kamu sudah mati Schneider" ucapnya

"Aku juga berpikir demikian" balasku.

"Aku menunggumu pulang Schneider. Setiap hari, setelah aku pulang dari rumah sakit. Aku menunggumu disini" katanya sambil meneteskan airmata.

"Anna..." Kataku sambil memeluknya.

"Eh aku sudah menjadi seorang dokter loh" katanya

"Berarti kita bisa pacaran dong?" tanyaku.

"Lah bukannya kita sudah pacaran?" tanya Anna.

Aku tertawa.

"Dulu sok-sokan sih nolak aku, bilangnya mau jadi dokter dulu" ejekku

"Ih dulukan aku masih kecil, belom tau apa-apa tentang pacaran" katanya sambil menyubit lenganku.

"Sakit tau!" kataku sambil mengusap bekas cubitannya.

Lalu kami berdua tertawa.

"Nih aku sudah tidak membutuhkannya" kataku sambil mengembalikan fotonya yang pernah ia kasih kepadaku.

"Kangenku sudah sirna" kataku lagi.

"Kok bisa?" tanya Anna

"Hiduplah dan tinggalah bersamaku Anna." ucapku.

Kemudian kami berpelukan, dan pulang ke rumah kami.

***

1 tahun kemudian kami menikah. Dan kami memutuskan untuk tinggal di Jerman Barat. Akhirnya kami pergi ke rumahku di Hamburg.

Tuhan yang amat baik, kami dikaruniai 2 anak laki-laki. Dan diberi nama Julian Herrmann dan Lester Herrmann. Pasti kalian tau, 2 orang itu telah berjasa dalam hidupku makanya namanya kupakai sebagai nama anakku dengan Anna untuk menghormati jasa mereka.

***

Hamburg, 1960

Pameran perang dunia II.

"Ini adalah tank Tiger, tank yang amat ditakuti oleh sekutu dan juga soviet. Satu tank tiger ini bisa disama dengankan dengan 10 tank sherman Amerika atau 10 tank T-34 Soviet" kata pemandu pameran.

"Pa.. emang benar, dulu papa mengendarai tank ini saat perang dunia kedua berlangsung?" tanya Julian.

"Tau darimana kamu?" tanyaku kepadanya.

"Mama yang memberi tauku" jawabnya lagi

Aku melihat Anna yang sedang menggendong Lester. Kemudian Anna menatapku balik dan tersenyum.

Aku pun ikut tersenyum.

***

Untuk Anya, kami bertemu lagi di tahun 1980 di salah satu restoran ketika aku dan keluargaku sedang jalan-jalan ke Berlin. Ternyata sekarang ia menjadi seorang pemilik restoran.

Kalau Fritz..

Ia menjadi suaminya Anya. Dan mereka tinggal di Berlin.

***

Danke Tiger, Danke Deutschland,

Es ist Vorbei

Für unser VaterlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang