Act. 3

115 9 0
                                    

Sudah hampir 2 tahun aku tidak pulang ke Berlin untuk bertemu dengan temanku. Tak terasa sekarang sudah tahun 1943. Aku sudah mengikuti banyak peperangan bersama divisi ini. Dan dengan kelompok tercinta bersama teman-temanku. Singkat cerita Paul si pembawa MG 34 tertembak mati oleh Partisan ketika kelompok kami diserang mendadak di hutan Cajnice, dan Schmidt dipindahkan untuk pelatihan U-boat bersama Kriegsmarine.

Selebihnya, Aku hanya menjalankan tugasku dalam pertempuran bersama Karabiner kesayanganku ini.

"Aku baru mendapat kabar dari General Friedrich. Bahwa kita ditugaskan di kota kecil Cajnice dan menghentikan pergerakan Partisan yang kalah perang. Mereka akan kabur melewati kota ini. Tugas kita adalah mendorong garis depan ini sampai ke Foca." kata Unterfeldwebel Gaugmann saat kita sedang makan malam.

Pagi-pagi gelap pada tanggal 16 Juni 1943 kelompok kami dan campuran tentara termasuk panzer dari divisi lain berjalan menuju kota Foca. Tank berada di depan, sedangan Infantri dibalakangnya. Kami ditugaskan juga untuk menumpas habis gerakan separatis Partisan sampai ke akar-akarnya.

Setelah perjalanan sekitar 2 jam. Kami dihadang oleh tentara Partisan. Baku tembak dimulai hanya beberapa menit saja lalu dihentikan dengan tank kami yang menembakan peluru ledakan yang langsung mengenai sumber tembakan yang menembaki kami. Beberapa menit kemudian, kelompok kami berpisah dengan kelompok besar ini.

Kelompok kami mengamankan desa kecil yang berisi pertanian dan ladang gandum yang besar sekitar 2km timur kota Foca. Sedangkan yang lain tetap melanjutkan perjalanannya ke Foca.

Dengan cepat kami masuk ke dalam peternakan kecil di desa itu. Dan membuat panik keluarga yang tinggal disitu.

"KALIAN SEMUA DIAM!!!" Teriak Unterfeldwebel Gaugmann.

Keluarga itu ketakutan sekali, bahkan ada salah satu anggota keluarga yang membuang air seninya di celana. Rekan-rekanku memeriksa desa yang lain, sedangkan aku, Uberfeldwebel Gaugmann, dan Hertz tinggal di peternakanbersama keluarga itu.

"Dimana Partisan yang lain?" tanya Unterfeldwebel Gaugmann menggunakan bahasa kroasia.

"Kami tidak tau tuan, mohon lepaskan kami" kata kepala keluarga itu.

Kemudian Unterfeldwebel menampar pipi kepala keluarga itu dan menarik kerah bajunya.

"Dasar kau bodoh, akan kubunuh kau dan keluargamu jika tidak bisa menjawab pertanyaanku" katanya lagi sambil menggunakan bahasa kroasia.

Tiba-tiba anak dari keluarga itu yang berusia sekitar 5 tahun mencoba melepaskan diri dari kami dan berlari ke arah ladang gandum.

"HEI APA-APAAN INI" teriak Unterfeldwebel Gaugmann

"BERHENTI!!!" teriaknya lagi

"Baiklah kalu begitu... Schneider, latihan menembak kelinci" katanya sambil menatap mukaku.

Aku tidak tega membunuh anak kecil itu. Aku kemudian menatap Ayah dan Ibu dari anak itu dengan raut wajah sedikit sedih.

Sambil menghela nafas, aku mengokang Karabinerku dan membidik bocah kecil itu yang sedang berlari di ladang gandum.

"Hitungan ketiga ya" kata Unterfeldwebel Gaugmann.

Jantungku berdebar kencang dengan nafas berat harus kuterima ini sebagai pengabdianku kepada negara.

"Satu.. Dua.."

Kulepaskan pelatukku pada saat ia mengucapkan hitungan ketiga

Bocah kecil itu langsung tersungkur jatuh dengan bolongan peluru Karabiner 98 yang menembus dadanya.

"TIDAKK" jerit ibu anak kecil itu sambil menangis kencang. Kemudian ibu itu berlutut sambil menangis.

Mataku mulai berkaca. Hatiku hancur. Manusia macam apa aku ini. Aku sangat menyesali apa yang telah kulakukan.

Für unser VaterlandWhere stories live. Discover now