Act. 7

63 5 0
                                    

Tak terasa sekarang sudah memasuki tahun 1945. Ratusan tank musuh sudah berjatuhan meledak di hancurkan oleh unitku. Kami berusaha menahan serangan dari Soviet, namun tidak bisa. Jumlah mereka sangatlah banyak. Aku tidak tau mengapa. Tapi Wehrmacht sekarang benar-benar kacau balau.

Semua peperangan kami mengalami kekalahan.

Pada awal Januari 1945, Kami ditugaskan untuk mengambil kembali kota Szczecin, Polandia dari serangan Soviet. Tank kami masih segini adanya, tanpa ada yang hancur. Dan semua anggota kami masih lengkap dan utuh. Sebuah mujizat bukan?

Kami didampingi oleh Divisi infantri 93rd dan Divisi infantri 189th.

"Ayo naik anak-anak!" perintahku

Kami bersiap dan unit tank kami menyerang lebih dulu. Daerah Szczecin sangat hancur, ditambah dengan banyak bangkai tank yang mempersulit unit kami untuk masuk ke dalam.

Tiba-tiba suara decitan peluru IS-2 nyaris menembus tankku.

"Brengsek!" teriakku.

"IS-2 Panzerfuhrer!!!" kata Kai.

IS-2 merupakan tank berat soviet yang dapat menembus baja tank Tiger.

"Aku mendapatkannya" kata Emil dari radio tank. Tanknya Emil berhasil mendapatkan IS-2 itu.

"Kerja bagus tank emil" kata Franz dari radio tank.

Kami kemudian mulai maju pelan-pelan.

"Panzerfuhrer, lihat!" kata Willhelm

"Tuhan meninggalkan kami!!" teriak Leon.

Ada sekita 40 tank IS-2 yang sedang convoy 2km dari lokasi kami.

"Semua tank berhenti!' perintahku di radio tank.

Kemudian aku mengeluarkan foto Anna yang kusimpan di kantong bajuku. Aku tidak mau meninggalkannya untuk selama-lamanya. Apa yang bisaku lakukan sekarang. Kondisi Wehrmacht sudah hancur dan kalah.

Kemudian, aku melihat lambang burung garuda nazi di topiku. Apakah ini yang dinamakan perjuangan? Rela meninggalkan orang yang kita sayangi? Menuju kematian?

Iya.

***

"Perhatian semua tank, ini peperangan terakhir kita. Untuk tanah air!" kataku di radio tank.

Setelah itu kami semua maju ke arah convoy IS-2.

"Terisi!!" kata Reinhart.

"Tembak!!" perintahku.

Tembakan dilepaskan oleh Kai. Disusul dengan tembakan dari 6 tank lainnya. Pada pendidikan tank Jerman, kami diajari untuk melumpuhkan tank paling depan terlebih dahulu dalam penyerangan terhadap convoy musuh. Kemudian tank yang paling belakang.

"Lagi!" kataku kepada Kai

Secara bertubi-tubi tank unit kami menghancurkan tank lawan. Tapi jumlah tetaplah jumlah. Mereka bisa 4 kali lipat dari kami.

"Mereka mengarahkan meriamnya ke arah kita panzerfuhrer" kata Kai.

Jantungku mulai berdebar.

Mereka juga melepas tembakan ke arah kita.

"Ah brengsek, oli kita bocor!" ucap Willhelm

"Mereka mendapatkan Jusuf!!" ucap Emil. Sekarang sisa 6 Tank di unit kami.

"Semua tank Berpencar!" perintahku.

Kami semua berpencar masuk kedalan Szczecin.

"Luftwaffe, ini 502. Meminta bantuan udara di koordinat 304 derajat, 332'40,22!" ucapku di radio tank.

Für unser VaterlandWhere stories live. Discover now