21. Udahan aja ya.

467 116 33
                                    

Yeri menghela nafas panjang. Gadis itu memandangi punggung Wooseok yang semakin menjauh. Yeri mengusap bahunya pelan, berusaha menguasai dirinya. Kemudian meyakinkan dirinya untuk menutup pintu gerbangnya.

Baru beberapa detik pintu gerbangnya tertutup, mata Yeri langsung melebar, panik.

Pria yang membuat Yeri panik itu sedang mempercepat langkahnya menuju hadapan Yeri.

"Yer, kok gak ngabarin gue kalau mau ke rumah sakit?" Tanya Hwiyoung langsung menggenggam tangan Yeri.

Yeri gelagapan, "H-hah i-itu... tadi gue buru-buru jadinya nggak sempet ngabarin lo."

"Sama siapa ke rumah sakitnya?" Tanya Hwiyoung yang membuat bibir Yeri tak mampu menjawab.

Yeri hanya menghela nafasnya dan pundaknya terjatuh begitu saja. Karena ia yakin Hwiyoung sudah tahu dengan siapa Yeri pergi ke rumah sakit.

"Sama Wooseok ya?"

Yeri tersentak, melebarkan matanya, dan refleks mengigit bibirnya karena rasa bersalahnya pada Hwiyoung. Ia berusaha menatap mata Hwiyoung yang tidak terbaca.

Benar benar tidak bisa Yeri baca.

"Nggak gitu..." bibir Yeri seakan kelu, tak bisa melanjutkan kalimat yang sebenarnya sudah tersusun dengan baik.

"Gue bisa jelasin," lanjut Yeri dengan suara lirih.

"Jelasin apa?" Tanya Hwiyoung dengan suara dingin. Tangannya mengepal seakan menahan amarah.

"Dengerin dulu—"

"Dengerin apalagi?" sergah Hwiyoung dengan suara yang meninggi dari sebelumnya. Hwiyoung menghela nafas lalu melepaskan genggamannya, "Udahan aja ya. Gue capek kayak gini terus."

Hwiyoung membalikkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan Yeri sendirian di sebelah pintu gerbang rumahnya. Ia menghela nafas dengan kasar.

Sementara Yeri hanya bisa terdiam menatap punggung Hwiyoung yang sudah tidak terlihat sama lagi.

Terlalu menyakitkan. Terlalu mengecewakan.

Secukupnya [yeri ft. hwiyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang