Chap 8

11.1K 1.3K 219
                                    

Hari itu...

(name) memilih apel merah yang ada di depannya. Menilik setiap inci dari buah itu lalu memasukannya ke dalam kantung plastik buah.

Saat tengah memilih apel, wanita itu merasa ponselnya bergetar hebat di dalam tas selempangnya.

Dirogohnya benda pipih itu dan menampilkan nama suaminya tertera di layarnya.

Pria itu menelpon istrinya.

Segera (name) mengangkat panggilan itu lalu mendekatkan ponselnya pada telinganya.

"Moshi moshi."

"(name), masih di supermarket?" tanya Kenma di sebrang sana.

(name) berdehem. "Memangnya kenapa?"

"Saat kau pulang, bisakah kau belikan roti isi daging di kedai dekat supermarket?" ujar Kenma.

Wanita itu terdiam sesaat. Tidak biasanya suaminya itu memintanya untuk dibelikan roti isi daging. Ia hendak bertanya namun niatnya itu ia urungkan.

Mungkin dia sedang menginginkannya.

"Baiklah," balas (name).

Kenma mengucapkan terima kasih lalu menutup telponnya.

Wanita itu kembali pada kegiatan memilih apelnya. Setelah selesai, ia pergi menuju kasir untuk membayar semua belanjaan yang ia beli.

***

(name) datang ke sebuah kedai. Membeli beberapa roti isi daging sesuai permintaan suaminya.

Setelah roti isi daging itu ia dapatkan, (name) lalu pulang ke rumahnya dengan menenteng dua kantung kresek di tangannya.

Butuh sekitar 15 menit untuk (name) sampai ke rumahnya. Mengingat supermarket yang selalu ia datangi itu sangat dekat dengan rumahnya.

Sesampainya di depan rumah, wanita itu menyimpan salah satu kantung kresek ke lantai. Membuka pintunya lalu kembali menenteng kantung kresek yang ia simpan sebelumnya.

"Aku pulang," ucapnya.

Samar-samar (name) mendengar obrolan dari ruang tamu. Karena penasaran, ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu untuk memastikan.

Betapa terkejutnya (name) kala ia melihat seorang pria bersurai jingga tengah duduk santai di sofa rumahnya.

"Oh? (name)-san, lama tak jumpa!" ucap pria itu setelah menyadari keberadaan (name).

(name) balas tersenyum. "Hinata-kun, apa kabar? Aku tidak ingat kapan terakhir kita bertemu," ucapnya.

Hinata terkekeh sambil menggaruk tengkuk lehernya.

Kenma mendekati istrinya. Melihat dua kantung kresek itu lekat. "Apa kau membeli pesananku?" tanyanya.

(name) mengangguk. "Ini," ucapnya sambil menyodorkan kantung berisi roti isi daging pada Kenma.

Kini, (name) paham kenapa suaminya itu memintanya untuk membeli roti isi daging.

Wanita itu berpamitan untuk pergi ke dapurnya. Menaruh kantung belanjaannya lalu membuatkan minuman untuk tamunya.

Setelah selesai, (name) kembali ke ruang tamu lalu memberikannya pada Hinata.

"Silahkan," ucapnya.

"Arigatou (name)-san," balas Hinata yang tengah mengunyah roti isi dagingnya.

Mereka bertiga larut dalam obrolan mereka. Menghabiskan waktu sorenya untuk bersantai bersama.

Tak terasa jam menunjukkan pukul enam sore.

Hinata berpamitan pada pasurti itu lalu pergi meninggalkan kediamannya.

Setelah Hinata pergi, (name) bertanya pada Kenma.

"Aku lupa menanyakan hal ini, tapi kenapa Hinata-kun datang?"

Kenma melirik pada istrinya. "Bisnis," ujarnya.

(name) mengangguk mengerti. Ia membalikkan badanya, berniat membereskan ruang tamunya. Namun, lengan Kenma lebih dulu menahannya.

(name) mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa?" tanyanya.

Kenma menarik istrinya ke dalam pelukannya. Mengecup bibir ranumnya untuk beberapa saat.

"Kecupan selamat datang yang sempat kau lupakan," ucap Kenma sambil menatap lekat (name).

Wanita itu membulatkan matanya lalu mempoutkan bibirnya.

"Masa iya aku harus melakukan itu di depan tamu?" ujarnya.

Kenma terkikik geli. Ia lalu memeluk kembali istrinya sambil menaruh dagunya di atas kepala (name).

"Baiklah-baiklah. Setidaknya sekarang aku sudah mendapatkan kecupan selamat datang."

(name) tersenyum di dalam dekapan Kenma. Membalas pelukannya lalu mengusap lembut punggung sang empu.

"Selamat datang."

***

"Perasaanku saja atau memang akhir-akhir ini kau lebih sering menciumku?"

"Benarkah? Aku tidak menyadari itu."

"Hmmm..."

"Oh atau kau ingin yang lebih? Kegiatan rutin malam contohnya."

Gyuttt

"Arghh pinggangku!!! Kenapa kau mencubitku?!"

"Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu huh?!"

"Tidak ada. Aku belajar sendiri."

"Hahh~ sejauh mana kau mempelajari hal semacam itu."

"Sejauh mata memandang."

"..."

...suamiku sedikit berbeda. Tidak seperti dirinya yang ku kenal.

TBC

My Husband {Kozume Kenma}Where stories live. Discover now