Chap 9

11K 1.3K 391
                                    

Sore itu...

"Ini?" tunjuk Kenma pada sekantong garam di hadapannya.

(name) mengangguk. Kenma lantas memasukkan sekantong garam itu ke dalam troli yang sedari tadi ia dorong.

Sore ini, pasangan itu tengah berada di dalam supermarket. Berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mengisi ulang kulkas rumahnya yang sudah kosong karena kehabisan bahan dapur.

Tentu saja Kenma setia mengekori sang istri. Sesekali ia juga membantu (name) membawakan bahan-bahan dapur yang sudah (name) tunjuk sebelumnya.

"Hikss... Hikss..."

Pendengaran mereka seketika menajam kala mendengar suara isak tangis entah darimana.

Mereka menyapu seluruh supermarket, mencari tau darimana asal suara itu.

Pandangan mereka terkunci pada salah satu sudut supermarket. Netra mereka menangkap seorang gadis kecil berusia lima tahun tengah menangis sambil mengusap kedua pipinya sendirian.

Buru-buru mereka berdua mendekati anak itu.

"Kenapa menangis? Dimana ibumu?" tanya (name) sambil mengelus surai sang anak.

Mendengar hal itu, gadis kecil itu semakin mengeraskan tangisannya, membuat pasutri itu berjingkat kaget.

(name) kembali mengelus pucuk kepala sang anak, membuat anak itu menengadah menatapnya.

"Jangan menangis. Ceritakan pada bibi apa yang sedang terjadi," ucap (name) sangat lembut.

Gadis kecil itu kembali terisak. "Kaa-san... Hiks... Aku kehilangan Kaa-san... Hiks..." ujarnya.

(name) menatap iba pada sang anak. Wanita itu mengusap kedua pipi anak itu lalu memegang kedua bahunya.

"Bibi akan membantu mencarikan ibumu. Jangan menangis lagi ya," ucapnya, membuat sang anak langsung memeluk (name) erat.

Dapat (name) rasakan punggung kecil itu bergetar hebat dalam pelukannya. Ia mengusap pelan punggung sang anak, membuat sang empu meredakan tangisannya.

"Kau pasti ketakutan ya," gumamnya yang disadari oleh Kenma.

***

Mereka berdua bersama gadis kecil itu menyusuri supermarket. Mencari keberadaan ibu asli dari sang anak di antara kerumunan banyak orang.

Genggaman (name) tak lepas dari lengan kecil sang anak. Wanita itu terus menuntunnya agar ia tidak kehilangan anak imut nan lucu itu.

Merasa pegangan sang anak kian melemah, (name) menolehkan kepalanya pada gadis kecil itu.

Gadis kecil itu tampak mengerjapkan matanya beberapa kali seolah tengah menahan rasa kantuknya.

(name) melirik pada Kenma. Merasa paham akan maksud sang istri, Kenma lantas menggendong sang anak lalu mengusap punggungnya pelan.

"Tidurlah. Kau pasti lelah."

Sang anak mengangguk tipis. Tak berselang lama, gadis kecil itu tertidur dalam pangkuan Kenma.

(name) menatap lembut pada Kenma serta anak kecil itu. Pikirannya menerawang jauh seketika.

Sepertinya Kenma-kun sudah cocok menjadi seorang ayah.

***

Mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya dalam mencari ibu dari sang anak. Saat tengah mencari, mereka berdua mendengar suara teriakan di belakangnya.

"Anya-chan!" pekik seseorang.

Mereka lantas membalikkan tubuhnya. Seorang wanita tua tampak berlari ke arah mereka.

"Akhirnya aku menemukanmu. Dia anakku," ujarnya.

Kenma lalu memberikan gadis kecil itu pada ibu aslinya. Dengan cepat wanita tua itu langsung menerimanya.

"Tadi kami menemukannya sedang menangis mencari ibunya," ucap (name).

Wanita tua itu membungkukkan badannya. "Terima kasih. Terima kasih sudah menemukan anakku. Maaf membuat kalian repot," ujarnya.

(name) menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Tidak apa-apa. Kami tidak merasa kerepotan. Anak anda lucu sekali," ucapnya.

Wanita itu tersenyum kecil lalu berpamitan dari hadapan pasutri itu.

(name) menatap kepergian sang anak. Berat rasanya kala gadis kecil itu berpisah dari dirinya.

Kenma menepuk pundak sang empu, membuat (name) menoleh seketika.

"Kau tidak rela?" ucapnya.

(name) mengangguk tipis. Ia sedikit tertunduk. "Meskipun sesaat, tapi aku senang bisa bertemu dengannya," balasnya.

Kenma mengaitkan jarinya pada jari (name) lalu menggenggamnya erat.

"Suatu saat kita juga akan memilikinya."

Wanita itu tersenyum kecil. Kembali berjalan beriringan dengan tangan yang masih saling berpegangan.

Aku tidak sabar menantikannya.

***

"Kau mau anak berapa? Satu? Dua? Atau sepuluh?"

"Sepuluh?! Tidak terlalu banyak?!"

"Tidak. Asal kita bisa mendidiknya itu tidak masalah."

"Tapi-"

"Ah~ aku sudah tidak sabar. Siapkan dirimu malam ini ya, sayang."

"Eh?"

Perasaanku mendadak tidak enak.

...aku bisa melihat jiwa seorang ayah dari Kenma-kun.

TBC

Selalu ngerasa gak rela setiap mau namatin book:"

My Husband {Kozume Kenma}Where stories live. Discover now