4. mayday

208 53 20
                                    

Malam itu Ale langsung meninggalkanku tanpa menungguku untuk menjawab pertanyaannya. Bagus! Jujur saja, kemarin malam aku cukup kesal karena dia sempat memojokkanku. Meski aku juga melakukan kesalahan juga sih sebenarnya. Ale keluar dapur dan kembali ke rumahnya dengan wajah yang cukup bete.

Dan malam itu aku sama sekali tidak peduli dengannya. Badanku sudah terlalu capek untuk mengurusi hal-hal kecil seperti itu.

Namun, pagi harinya saat aku sedang menyiram tanaman milik Papa di halaman depan rumah, aku melihat mobil mercedes benz seri S500 berwarna hitam yang terparkir di depan rumah Ale. Mobil sedan hitam yang terlihat begitu familiar di mataku. Lalu, seorang wanita diumur menuju 70an keluar dengan dress mahal motif fendi dan kacamata hitam yang menggantung di hidungnya, tidak lupa dengan wajah angkuhnya dengan dagu yang diangkat ke atas.

Lalu, aku teringat akan seseorang.

Ah, Oma Juni!

Beliau adalah nenek Ale yang paling galak dan paling tidak disukai Ale. Oma Juni suka menyambangi rumah Ale di waktu yang sangat tidak tentu dan akan melakukan sidak pada rumah yang ditinggali seorang diri oleh cucu laki-lakinya itu. Semua yang ada di dalam rumah Ale yang tidak sesuai dengan standarnya akan kena komentar jahat yang sudah mirip dengan ketikan para netizen.

Seperti makanan nasi uduk dengan bungkus coklatnya, misalnya.

"Makanan kok bentukannya begini," begitu komentarnya waktu Ale cerita padaku.

Apalagi sandal swallow buluk warna merah milik Ale yang selalu terpajang di depan rumah Ale.

"Sandal jelek gini kok dipajang sih," katanya begitu.

Jangan salah, Oma, maling sandal masjid juga suka nyuri sandal swallow yang udah buluk.

Saat menyadari kalau di akhir pekan seperti ini Ale tidak akan pernah bangun pagi, buru-buru aku mematikan selang air dan mengambil kunci serep rumah Ale yang sengaja dia berikan padaku atas alasan emergency.

Mungkin emergency yang Ale maksud adalah seperti ini. Saat Oma Juni akan datang dan menyidak rumahnya seperti orang BNN yang menyidak rumah para pemakai.

Saat aku bilang Oma Juni adalah orang yang paling tidak disukai oleh Ale memang benar adanya. Oma Juni ini seperti perawakan nyata nenek sihir yang suka digambarkan di kartun-kartun masa kecilku. Jangan bayangkan Ale dan Oma Juni sekedar oma-cucu yang memiliki love-hate relationship. Tapi mereka ini sungguhan hate-hate relationship. Kerjaan Oma Juni kalau mengunjungi rumah Ale hanya memberikan komentar-komentar negatif pada hal-hal yang tidak perlu yang malah memberikan dampak yang cukup dalam bagi Ale.

Lupakan Ale yang bertingkah menyebalkan tadi malam. Sekarang yang paling penting adalah menyelamatkan Ale yang belum bangun agar tidak kena semprot Oma Juni. Kini aku sudah berjalan keluar rumah melalui pintu samping rumah. Karena rumahku dan Ale sama-sama sama-sama berada di posisi hook, jadi rumah kami sama-sama memiliki dua pagar yang terdapat di depan dan samping.

Kini, aku memasuki rumah Ale melalui pagar samping. Sebelum masuk, aku memastikan Oma Juni tidak melihat keberadaanku. Untungnya di halaman depan rumah Ale terdapat pohon mangga yang bisa menutupi keberadaanku sekarang. Secara perlahan dan berhati-hati aku membuka gembok pagarnya tanpa suara sedikit pun. Selanjutnya aku membuka pintu rumahnya dan buru-buru aku berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Aku langsung membuka pintu kamarnya karena aku tahu mengetuk akan menjadi hal yang sangat sia-sia saat aku tahu pasti Ale masih mendengkur di atas kasurnya.

Benar saja. Ale masih mendengkur di balik selimut birunya yang merupakan pemberianku di hari ulang tahunnya tahun lalu. Aku membuka tirai kamarnya, membiarkan sinar matahari di luar masuk ke dalam kamarnya lalu perlahan menarik selimutnya.

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang