#17

535 115 10
                                    


Mall itu terlihat lebih besar dari yang kau ingat. Kau tidak memiliki keperluan apapun yang perlu kau beli. Kau berpikir sejenak, ke mana kira-kira kau akan pergi menghabiskan waktu sebelum mereka berdua datang.

Pada akhirnya kau kembali melakukan kebiasaan lamamu.

Toko hewan peliharaan adalah tempat yang aneh. Tempat itu bisa terlihat bersih, berbau pinus segar dan serutan kayu cedar, walaupun apa yang mereka jual sangat sulit dibuat tetap terjaga bersih. Kau mendekati kandang burung warna-warni, beberapa dari mereka berkicau kepadamu. Sebagian besar dari mereka sedang sibuk bermain, melihat bayangan mereka, dan menyisir bulu teman-teman mereka dengan paruhnya. Kau pernah beberapa kali merawat burung di tempatmu bekerja, walaupun tempatmu itu tidak memiliki perlengkapan lengkap untuk merawat hewan bersayap. Pernah suatu hari, seekor merpati tersesat saat hendak kembali ke tempat asalnya, dan kau sempat merawatnya selama hampir dua minggu sebelum sang pemilik menemukannya. Gudetama ingin memakan hewan berbulu putih itu! Dia mengeong, meraung, dan tidur di atas kandang si burung sampai akhirnya kau meletakkan kandang itu di tempat yang tidak bisa ia raih.

Kau harus berhenti berpikir soal pekerjaan.

Ikan hias begitu cantik, tapi kau tidak tahu banyak tentang mereka. Mereka sangat menawan, dan kau kasihan dengan salah satu dari mereka yang berekor lebar warna-warni karena mereka ditempatkan di akuarium yang sangat kecil. Jika kau diperbolehkan memiliki akuarium di apartemenmu, kau akan membeli ikan-ikan itu dan membawanya pulang.

Kucing yang ada di sana membuatmu sedih. Mereka memiliki ruang bermain yang lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di penangkaran, kau lumayan bersyukur setidaknya hanya ada sedikit dari mereka yang ditampung di dalam sana. Mereka hanya berbaring dan tertidur, tanpa mainan di dalam kandang. Kau berjalan lagi karena lagi-lagi kau melakukannya. Memikirkan pekerjaan. Hentikan.

Mungkin melihat anak anjing akan menyegarkan pikiranmu. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain melihat seekor anak anjing berbulu lebat menjilati wajahmu. Kau hanya datang untuk melihat-lihat, namun kau langsung mematung begitu melihat sesosok pria raksasa bediri di samping penjaga kasir yang ketakutan.

Bajingan itu lagi.

"Kau dengar aku?! Mana anjing yang bisa tumbuh jadi yang paling besar dan paling menakutkan? Aku punya banyak uang untuk membelinya jadi berhentilah membuang-buang waktuku."

"U-um... Tuan, saya rasa Anda tidak seharusnya bertanya kepada saya. Saya akan menelepon manajer saya dulu, lalu—"

"Jangan macam-macam, sialan!" Ia merenggut kerah seragam si pegawai.

Kau mematahkan tulang sapi yang sangat besar di punggung pria itu.

Dia berbalik, matanya penuh amarah dan rasa sakit, dan kau menampar wajahnya dengan sisa-sisa mainan gigitan anjing. Gigi tajamnya berkilat saat ia berteriak kesakitan.

Kau muak.

Kau sudah muak dengan banyak sekali hal.

Rasa frustasi itu menguar dalam aksimu.

"Aku muak dengan tingkahmu! Pergi dari sini! Urus urusanmu sendiri, preman sialan! Jangan datang ke sini lagi, dan jangan dekati hewan manapun lagi!" Kau memukul pria itu berkali-kali saat pegawai kasir mulai menelepon bantuan.

"Menyingkir kau, jalang!"

"Aku bukan jalang, berengsek!" Tulang itu patah tak bersisa, menyisakan tanganmu yang penuh serpihan plastik.

Preman itu mencoba kabur melalui pintu sebelum seorang penjaga mall meringkusnya.

Kau menghamburkan apapun yang kau genggam ke lantai, mengelap telapak tanganmu ke celanamu, lalu mendekati wanita penjaga kasir yang kini menangis. "Kau tak apa?"

Ia menggumamkan sesuatu yang tak kau mengerti.

"Tentu saja," kau mengangguk. "Tapi semuanya sudah tak apa sekarang, dan kau sudah melakukan hal yang benar."

Ia mendongakkan wajahnya, pucat dan cemas. Kau melempar tatapanmu ke arah preman yang menyakitimu beberapa minggu lalu. Tidak ada hewan yang terluka. Setidaknya kau bisa menganggap bahwa saat ini kaulah yang menang.

Klik.

Seorang petugas keamanan memborgol pergelangan tanganmu.

"Tunggu sebentar! Dia sudah menyelamatkanku! Kenapa kau menangkapnya?" Sang pegawai wanita terisak. Kau tidak mampu berkata apa-apa; kau benar-benar syok.

"Nona, dia sudah melukai seseorang. Pria itu terluka parah dan berdarah. Kau harus ikut kami," ucap pria itu kepadamu. "Maafkan aku, tetapi pengunjung tidak seharusnya asal bertindak seperti itu."

"Apa yang terjadi di sini?" Di waktu yang lagi-lagi sempurna, Aizawa muncul.

Kau ingin melambai, tapi kedua tanganmu sedang diborgol. Kau hanya bisa mengedikkan bahu, melihatnya dan seorang pisang berjalan berbicara kepada petugas keamanan. Suaranya terdengar sangat familier.

Yamada?

Tbc.

---

Halooo! Maaf banget ya aku belum sempet update hari minggu kemarin! :( Ini jatah buat minggu sebelumnya kok jadi buat minggu ini nanti ada lagi hehehe

Terima kasih buat pembaca yang setia menunggu╰(*'︶'*)╯♡

Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated ficWhere stories live. Discover now