#26

511 105 0
                                    


Birthday

-----

"Apa kau yakin kau tidak mau datang? Aku yakin kucing gendutnya Shouta akan baik baik saja di rumah sendirian selama dua jam."

Kau menggelengkan kepala, tersenyum, lalu berhenti mengerjakan sesuatu yang tengah kau lakukan. "Aku tidak terlalu biasa minum-minum, dan dia pasti akan lebih tenang kalau ia tahu ada yang akan mengawasi Gudetama di apartemennya. Lagipula aku ingin kalian semua pergi bersenang-senang! Kalau ada hal konyol yang terjadi, kirimi aku fotonya, ya?"

Kayama menepuk-nepuk kepalamu, memutar bola matanya. "Kalau kau memang seyakin itu tidak mau mabuk... Kurasa aku bisa menerima alasan itu."

Kau yakin.

Sebenarnya masalah terbesarnya bukan karena kau tidak terlalu menyukai alkohol,  tetapi karena kau tahu tempat yang akan mereka datangi pasti tempat yang mahal. Kau membayangkan sebanyak apa uang yang akan ketiga Pro itu habiskan. Kau tidak punya cukup uang untuk ikut bersenang-senang bersama mereka.

Kau menghabiskan seluruh uang liburanmu untuk kado ulang tahun Aizawa.

Sang pemilik apartemen dan Yamada keluar dari apartemen lalu bergabung dengan Kayama di lorong.  "Yeah, yeah, yeah! Yeah!" Hizashi bersorak, melompat-lompat di antara kedua temannya. "Kau merayakan ulang tahunmu tahun ini! Ya ampun, Shouta! Mood-mu sedang bagus atau apa?!"

Aizawa mendengus lalu menggamit temannya ke belakang. Ia mengulurkan tangan, memberikanmu kunci apartemennya. Kau merasakan berat tangannya sepersekian detik sebelum kemudian hanya merasakan dinginnya ring metal kumpulan kunci di tanganmu. "Jika tempat ini terkunci saat aku kembali, salah satu dari kami akan meneleponmu agar kau bisa membukakan pintu untuk kami. Jadi jangan sampai kunci ini hilang."

"Tidak akan."

"Oke. Ini untuk kamarku. Ini untuk dapur kalau kau memerlukannya. Dan ini untuk pintu belakang, sisi sana bangunan."

Kayama tertawa kecil dan mengibas-ngibaskan pernak-perniknya dengan jemari panjang lentiknya. Bagian kuteks berkilaunya ada yang sedikit terkelupas, tapi kau tidak mengatakan apa apa. "Ini buat apa? Jimat keberuntungan?" candanya. Ada gantungan kucing emas pembawa keberuntungan yang tergantung di antara kumpulan kunci. Matanya tidak diwarnai dengan rapih, dan sebuah bagian pada perutnya terlihat sudah memudar. Gantungan itu sepertinya sudah ada di sana dari awal sekali kumpulan kunci itu ada di sana.

Si pria yang tengah menggerutu memutar bola matanya dan tak menghiraukan Nemuri. "Bersantai saja. Maaf aku tidak punya apa apa untukmu. Ada televisi di dalam sana, kurasa... aku sudah agak lama tidak menyalakannya, tapi sepertinya masih berfungsi."

Kau tertawa kecil. "Tidak apa. Aku palingan akan bermain dengan handphone-ku kalau aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Sebagian besar waktuku akan kuhabiskan dengan Gudetama. Aku membawakannya camilan dan yang lainnya," katamu, sedikit menggoyang-goyangkan kantong yang kau bawa. Kau tidak membukanya untuk memperlihatkan Fattos ke Aizawa. Kau tidak akan melakukannya. Karena jika kau melakukannya Aizawa bisa saja melihat kado yang kau bawa.

"Kalian berdua benar-benar jadi dekat karena kucing telur itu," Kayama tertawa. "Ayo, Aizawa. Kau bisa meninggalkan gumpalan bulu itu kepadanya. Ayo kita pergi buat kau mabuk!"

Aizawa terdiam sejenak, melirikmu sekilas namun tidak mengatakan apa-apa. Ekspresinya terlihat tegang, tetapi tidak terbacakan olehmu. Ia menggeleng. "Baiklah. Selama kalian berdua menraktirku, aku akan minum-minum."

Mereka berdua bertepuk tangan gembira oleh perkataannya dan mulai berjalan menuju tangga, melambaikan perpisahan kepadamu. Aizawa berhenti saat tengah menuruni tangga, memberikanmu tatapan itu lagi. Ruas jarinya memucat karena menggenggam pegangan tangga terlalu erat.

Kau melambai kepadanya, mengambil kunci menuju pintu apartemen Aizawa. "Bersenang-senanglah malam ini!"

Pria itu mengangguk tanpa sadar.

"Shouta?! Ayo!"

Pintunya menutup, dan para Hero pun pergi.

Rumah Aizawa masih sekosong yang kau ingat saat kau pergi ke sana berminggu-minggu yang lalu. Tumpukan kertas sudah tidak ada lagi di atas mejanya, digantikan dengan binder yang bertuliskan "TUGAS YANG HARUS DINILAI". Ruangan itu berbau bersih, seperti pembersih udara baru saja disemprotkan sebelum pria itu pergi. Sleeping bag miliknya tidak lagi teronggok begitu saja, malah sudah terlipat dengan rapi dengan bantal di atasnya sebagai penahan.

Dan di atas bantal itu terletak segumpalan bulu yang mendengkur.

"Oh halo, Gudetama! Lihat betapa nyamannya kau di sana!" Kau meletakkan kantong yang kau bawa di salah satu meja pendek lalu mengeluarkan camilannya. "Lihat apa yang kubawa untukmu! Apakah kau mau yang rasa ayam-gurita? Shaky, shaky!"

Ia menguap dan meregangkan tubuhnya, mencakar-cakar sarung bantal, sebelum kemudian menyeret tubuhnya menuju camilan tawaranmu. Kau menyerakkan segenggam Fattos di atas binder untuknya. Gudetama membiarkanmu mengelusnya saat ia tengah mengunyah.

"Aizawa selama ini memanjakanmu ya," godamu. "Kau sedikit lebih berat dari yang terakhir kali aku ingat."

Kau tidak berhak mengkritik perlakuan Aizawa terhadap bola berbulu ini. Gudetama sudah bisa sebulat ini juga karena perlakuanmu kepadanya sebelumnya.

Kau merangkak menuju televisi dan mencoba mengotak-atiknya sejenak. Benda itu benar benar sudah tua dan mengerikan; kau sebelumnya tidak pernah melihat televisi dengan tombol-tombol yang bisa diputar selain yang berada di museum. Kau memutar tombol ke media publik apa pun yang sedang tayang, lalu duduk bersandar di dinding sembari mengecas telepon geggammu. Sinyal wireless di sini sangat bagus. Mungkin inilah satu-satunya kualitas yang bisa kau temukan di tempat ini, bahkan kualitas itu bukan merupakan sesuatu yang Aizawa miliki dengan membeli.

Tbc.

Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated ficWhere stories live. Discover now