#30

485 105 18
                                    


"Benar, dan bahkan, kira-kira, tempo hari? Saat dia sedang dalam jadwal patrol di malam hari dan pagi-pagi dia menelepon dari tempatmu?" Kayama menyengir. "Ia tidak mau mengakuinya, tapi aku tahu kalian berdua melakukan sesuatu yang nakal."

Apa?

Apa?

"Benar..." Hizashi menghela napas. "Dan Shouta, dia... Dia kadang tidak tahu bagaima cara memperlihatkan perasaan peduli kepada orang yang ia sayangi. Kami tahu kau dan dia menikmati waktu kalian bersama, tapi dia berusaha keras membuat itu menjadi suatu komitmen. Jadi saat dia mulai mengetik pesan untukmu, aku langsung berasumsi kalau dia ingin mengejarmu sampai ia berhasil mendapatkanmu..."

"Itu bukan hal yang sebenarnya terjadi! Sama sekali bukan!" Kau hampir tercekat. "Kami tidak pernah melakukan hal itu! Dia datang ke tempatku karena... Oh tidak. Apa aku harus mengatakannya? Aku tidak mau membuatnya terlibat dalam masalah..."

"Jadi kalian berdua tidak telanjang dan melakukan sesuatu yang menyenangkan?"

"Bukan! Yah, dia memang sempat melepas bajunya, tetapi bukan untuk hal-hal seperti itu. Dia melakukannya karena sedang dalam keadaan darurat."

"Aku, sebenarnya, juga suka dengan ketelanjangan darurat," Kayama terkekeh. Ia menyengir dan meletakkan kedua tangan pada pinggangnya. "Yah, karena dia tidak mau menceritakannya, kau harus menceritakannya kepada kami." Dia mencubit pipimu.

Kepalamu berputar. Kejadian itu sepenuhnya berhubungan dengan pekerjaanya sebagai Hero, kau seharusnya tidak merasa masalah untuk menceritakannya kepada mereka. Tetapi kau tidak yakin apakah kau boleh menceritakan tentang villain itu, apakah ada bahaya yang mengancam jika kau membocorkannya atau tidak. "Dia masuk ke tempatku dari jendela--"

"Seksi."

"--dengan luka-luka ringan, sedang dikejar wanita gila penghisap energi."

"...Masih lumayan seksi."

Kau dan Yamada memelototi Kayama. Kemudian, kau lanjut bercerita.

"Wanita itu membuat lampu di gedungku padam, tetapi tidak berhasil menemukan Aizawa karena aku menyembunyikannya di dalam apartemenku. Kurasa dia sempat berhadapan dengan Aizawa karena pria itu terlihat babak belur dan lemas saat sampai ke tempatku. Dia bahkan tidak bisa membuka matanya lama-lama dan dia juga basah kuyup. Jadi aku... aku melakukan apa yang bisa kulakukan sebisaku. Dia tidur di sofa semalaman, dan aku berjaga di sampingnya sampai lampu kembali menyala, kemudian mengeringkan pakaiannya. Hanya itu yang terjadi."

Kau membaca ekspresi mereka. Cemas. Terkejut. Sedikit kecewa, ya, Kayama memasang ekspresi itu.

"Dia tidak pernah melaporkan kejadian itu ke Hero Network?"

"Bisa saja dia melaporkannya, tetapi villain yang sama masih terlihat berkeliaran setidaknya lima kali semenjak hari itu, jadi kurasa masalah itu sudah terkubur sekarang. Aku kira dia tidak dalam masalah... Jika aku tahu dia sampai terluka begitu, aku tidak akan selalu menyinggung soal malam itu di hadapannya." Yamada mendesis. "Dasar kau, Shouta. Cobalah untuk jujur kepadaku sesekali."

"Aku tahu kalau wanita itu belum ditangkap, jadi malam ini tidak ada yang boleh pulang sendirian, oke?" Nemuri mengetik sesuatu di ponselnya. "Sekarang sudah gelap, dan kami harus mengantarmu pulang. Jadi, sepertinya kami harus mengikatmu dan menyeretmu sampai apartemen, hm?"

"...Aku tidak harus benar-benar harus diikat, kan?" Kau mengernyit. "Aku juga harus berhenti dulu sebentar di minimarket untuk membeli makan malam..."

Kalian bertiga berpencar begitu tiba di minimarket. Kayama melihat-lihat rak make up, menguap, membenarkan rambut dan bajunya begitu melihat pantulan dirinya di cermin. Kau tidak bisa melihat kerutan di wajahnya yang dia bilang butuh perawatan krim. Hizashi memutuskan untuk melihat-lihat rak CD, walaupun kau yakin dia sebenarnya memiliki akses untuk setiap lagu dalam setiap album zaman sekarang. Sedangkan kau pergi menuju rak makanan.

Minimarket itu sudah hampir tidak ada pengunjung, dan kau merasa sedikit bersalah sudah masuk ke sana. Walaupun tempat itu buka 24 jam, tetapi kau tetap saja merasa tidak enak berada di sana tengah malam begini. Sebelum kau menelusuri rak makanan lebih jauh, kau yakin hanya kau dan kedua temanmu saja yang ada di dalam sana. Ternyata ada seorang wanita yang sedang melihat-lihat rak buah-buahan segar, tidak terlihat terganggu dengan keberadaanmu.

Kau berhenti di depan rak mie cup. Mereka benar-benar mengeluarkan stok baru dengan berbagai macam rasa baru. Kau mengerucutkan bibirmu, karena semua ini tidak cukup baru untuk membuatmu tertarik kembali dengan mie cup. Lagipula, siapa yang mau membeli mie dengan rasa jeruk masam yang kuat pada ramen mereka? Orang yang sudah gila, mungkin. Kau melanjutkan pencarianmu menuju rak yogurt.

"Aku akan mencoba semua ini~."

Kau menoleh ke arah pengunjung wanita itu. Ia tersenyum dan memperlihatkan kedua lengannya yang penuh dengan camilan. Kau mencoba untuk membalas senyumannya, tetapi tiba-tiba diajak berbicara oleh orang asing di tengah malam begini membuatmu gelisah. Padahal dia terlihat aman-aman saja. Dia terlihat tidak berbahaya. Wanita itu mendongakkan wajahnya lalu berputar.

Lampu di atas kepalanya berkedip.

Di manapun dia berdiri, lampu di atasnya berkedip.

Kemudian dia menoleh ke arahmu.

"Ini favoritku. Aku sudah menunggu setahun untuk bisa membeli rasa musiman ini! Pastikan kau setidaknya sudah pernah mencoba sekali selagi kau bisa!"

"Aku... Aku akan mencobanya! Terima kasih sarannya!"

Kau menundukkan badanmu, dan saat pandanganmu tertuju pada kakinya, kau mengaktifkan quirk-mu.

Berbagai macam kotak dan kemasan camilan di sepanjang rak bersinar di matamu. Setiap dari kemasan itu selalu memiliki label bernuansa oranye atau kuning.

Buah Yuzu.

Kemarilah, buah yuzu favoritku! Hero yang lezat, lezat sekali...

Kau melirik ke arah pintu masuk, tetapi tidak seorang pun temanmu ada di sana.

Kau sendirian bersama dengan seorang villain.

Tbc.

Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated ficWhere stories live. Discover now