#24

504 113 20
                                    


Kau pergi mengambil segelas air bersedotan. Namun, saat kau kembali, yang ia lakukan hanyalah tetap setengah tertidur, dan mempertahankan sifat keras kepalanya yang mengesalkan.

"Ayolah. Buka mulutmu dan minum."

"Aku lelah."

"Aku tahu. Sedikiiit saja, kau butuh minum."

Ia tidak terlihat berkeinginan untuk minum sama sekali, sehingga kau mulai memaksanya. Kau menjejalkan sedotan ke sudut bibirnya, memaksa giginya membuka dan membuat sedotan itu benar-benar berada di dalam mulutnya. "Minum." Kau tidak akan pergi sampai kau melihat ia meneguk minumannya.

Makanan, sesuai dengan kepribadiannya yang sangat sulit untuk diajak kerjasama, akan jauh lebih sulit untuk kau paksa ia telan. Tetapi setidaknya ia sudah minum. Kau meyakinkan dirimu sendiri untuk berhenti mengkhawatirkan hal itu. Selama kau memastikan otaknya masih berfungsi dengan baik, semua akan baik baik saja.

Kau menarik napas dalam-dalam dengan yakin lalu mengaktifkan quirk-mu.

Kau beruntung karena kau sudah hapal interior apartemenmu mengingat semua yang ada di hadapanmu sekarang benar-benar gelap gulita. Ada beberapa cahaya yang berkerlip lemah, tetapi kau tidak yakin itu cahaya dari teknisi darurat di luar sana yang sedang memperbaiki listrik atau karena kerja quirk-mu.

Kau berjinjit menuju dapur dan mulai membuka kabinet, mencari hal apapun yang bersinar karena quirk-mu, yang berarti merupakan benda yang disukai Aizawa. Bahkan mie cup simpananmu tidak bersinar, begitupun sebagian besar isi onggokan camilan yang Kayama berikan kepadamu.

Kecuali satu kemasan.

Kemasan itu bersinar redup, cukup bagi matamu untuk membaca tulisan yang tertera di sana. Selera pria itu agak aneh. Walaupun pada akhirnya kau tetap meraih camilan itu.

Kau kembali berjinjit menuju sisi Aizawa, membuka bungkus plastik camilan di tanganmu. "Makan sedikit licorice asin ini dulu, ya? Setelah itu kau boleh tidur sepuasnya."

Kau mengambil gelas yang tadinya kau selipkan di antara dada dan lengan pria itu. Isinya hampir kosong. Kekhawatiranmu menjadi sedikit berkurang. Ia menatapmu dari balik matanya yang sayu, terlihat lebih fokus daripada sebelumnya. "...Sepertinya enak."

Ia membiarkanmu menyuapinya sepotong licorice asin, yang ia kunyah dengan sangat lambat. Kau bahkan tidak yakin kalau kau sebenarnya menyukai bau camilan itu, tetapi melihat Aizawa begitu menikmatinya membuatmu senang.

Ia selesai mengunyah lalu kau memberinya sepotong lagi. Jempolmu menyentuh sudut bibirnya.

Kau bersyukur ia tidak bisa melihat betapa merahnya wajahmu sekarang.

"Ini karena quirk-mu, 'kan?"

Kau mengernyitkan dahi. "Apa?"

"Ini... Kau setiap saat tahu apa yang orang lain inginkan."

Kau tidak langsung menjawab. Tidak sampai ia membuka matanya dan kembali menatapmu. "Tidak setiap saat. Harus butuh konsentrasi. Aku hanya yakin kalau aku berusaha dengan sungguh-sungguh."

"Kau pasti... Kau pasti sering membuat teman-temanmu senang, selalu memberi mereka apa yang mereka sukai."

"Aku tidak punya teman, Aizawa."

Ia mendengus. Terdengar seperti sedang menertawakan hal yang tidak lucu sama sekali. "Kau punya."

Ia salah besar. "Mungkin quirk ini terlihat berguna dan tidak berbahaya, tetapi sebenarnya tidak terlalu. Saat kau selalu mencoba memberikan seseorang apa yang mereka sukai, mereka akan berpikir kau orang yang menyedihkan. Atau mereka akan berpikir kau menyeramkan. Aku sempat berhenti melakukannya. Bahkan saat aku tidak menggunakan quirk-ku, aku tidak pernah benar-benar bisa berteman dengan seseorang sampai aku bisa memberikan apa yang ia sukai tanpa khawatir ia akan mengira aku orang yang aneh. Tidak ada yang bisa benar-benar peduli denganku, bagaimanapun juga." Kau menghela napas. "Maaf, kau lelah, dan aku seharusnya tidak mengganggumu."

Aizawa menghembuskan napas pelan. "Tetap suapi aku. Dan tetap berbicara."

"Kau tidak akan senang mendengarku terus berbicara," ujarmu sembari menyuapinya sepotong licorice asin lagi.

"Setidaknya aku jadi tidak melamun. Cepatlah, berbicara lagi."

"Oh, jangan. Aku tidak akan bisa berhenti."

"Tidak apa. Aku hanya ingin mendengar suaramu."

Tbc.

---

Halo readers!!

Akhirnya aku selesai UAS yeeeyyy, sekarang masih menunggu nilai akhirnya keluar, kalau nilaiku baik baik aja, aku gak bakal ikut ujian pengulangan. Semoga nilaiku bagus ya hueheue.

Aku berniat menyelesaikan translate cerita ini selama liburan ini. Kalau aku nggak ikut ujian pengulangan (aamiin) aku bisa menyelesaikan ini lebih cepat yeyy.

Terima kasih sudah membaca!

Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated ficWhere stories live. Discover now