Perkenalan

17 1 0
                                    

Hari ini, hari pertamaku masuk kelas XI semester 1. Tepat nya di kelas XIC jurusan IPA. Sejujurnya aku lebih tertarik dengan sastra, puisi, sajak, cerpen, dan hal hal yang berkaitan dengan itu. Tapi keinginan orang tuaku untuk menjadikanku dokter kelak mengharuskanku masuk di jurusan ini.

Tak ada yang berkesan di hari pertama, seperti di hari biasa saat perkenalan kelas, aku maju untuk memperkenalkan diri ke depan kelas. Ya, memang bukan hanya sekali, pekerjaan orangtuaku sebagai anggota pemerintahan dalam bidang riset energi dan sumber daya, mengharuskan nya untuk melakukan pekerjaan berpindah pindah provinsi. Karena aku hanya tinggal dengan ibuku, maka mengikuti nya bukanlah sebuah pilihan, namun keharusan.

Semenjak SD, aku telah 4 kali pindah sekolah. Saat kenaikan kelas 5 di semarang, Smp kelas 8 di jambi, SMA semester 2 di Bandung, dan terakhir hari ini di SMA 73 Jakarta Timur.

Dan seperti perkenalan biasanya yang aku katakan tadi, saat jam pertama di mulai, seorang ibu Paruh baya menyuruhku berdiri untuk memperkenalkan nama dan asal sekolahku sebelum nya, yang ternyata baru ku ketahui ibu tersebut adalah ibu Tiwi seorang guru bahasa indonesia. "Selamat pagi anak anak, sebelum ibu memulai, seperti yang bisa kalian lihat, ada yang agak berbeda di kelas kita hari ini ya?" bu Tiwi berkata. Kemudian teman di sebelahku menyolek dan berkata,

"Sana kamu siap-siap karin". Memang sebelum nya aku telah berkenalan dengan nya, ia bernama Riana.

"Ayo dipersilahkan untuk siswi baru untuk memperkenalkan diri kepada teman-teman yang lain nya" kemudian bu Tiwi melanjutkan.

Agak sedikit malu, tapi aku langsung beranjak maju ke depan kelas lalu segera memperkenalkan diri, dengan sedikit bermodal senyum palsu,

"Selamat pagi teman teman semua, perkenalkan nama sama Karina Adelia, kalian bisa panggil saya karin, saya pindahan dari SMA 110 kota Bandung, salam kenal".

"Karin, kamu ini selain cantik, juga salah satu murid berprestasi ya, karangan cerpen kamu tahun lalu masuk peringkat 2 lomba karya sastra anak bangsa tingkat provinsi. Kalau kamu punya karya karya lain, jangan sungkan untuk diskusi dengan ibu ya, pasti ibu dukung. selamat bergabung di sekolah ini, dan buat teman-teman yang lain tolong terima dengan baik ya!" tiba-tiba bu Tiwi memotong penjelasan ku.

Lalu seorang cowok dari belakang berkata memecah keheningan

"Iya bu Tiwi, akan ku jaga dengan sepenuh hati" dan diikuti suara serentak dari seluruh kelas

"Eeaaaa.".

"Malu-maluin aja kamu Nik", teman sebangku nya berkata sambil mendorong kepala Niko, orang yang tadi berbicara. bu Tiwi melanjutkan perintah nya

Setelah semua kembali tenang, aku kembali ke tempat duduk ku yang berada di baris kedua dari depan, pojok kiri dekat jendela, sebangku dengan Riana.

Seperti aktifitas kelas pada umumnya, tidak ada yang begitu spesial dari dua pelajaran awal hingga waktu istirahat tiba. Sebenarnya aku bukan tipe orang nya suka keluar kelas, tapi kalau aku terus menyendiri hanya memperlambat proses pengenalan ku dengan teman yang lain saja, walaupun kenyataan nya aku juga tidak begitu peduli, tapi terkadang tetap membutuhkan teman lain karena sistem pembelajaran yang kadang memaksa harus berinteraksi secara kelompok, ya setidaknya itu yang aku pelajari dari hasil sering nya aku berpindah pindah sekolah. menjadi terlalu pendiam malah akan menyulitkan ku, jadi untuk mempercepat proses perkenalan, tak ada pilihan lain selain berpura-pura membaur saja.

Bel istirahat baru saja berbunyi, Riana yang sejak tadi sudah menunggu, langsung menarik ku untuk di ajak nya ke kantin untuk membeli minuman dingin, karena memang hari ini terasa lebih panas dari hari hari biasa nya. Saat di tengah perjalanan ke kantin, dari depan koridor ruang kelas sebelah, 2 orang wanita memanggil Riana yang kemudian kedua juga menyapa ku untuk berkenalan. Yang pertama badan nya cukup tinggi untuk ukuran wanita pada umumnya, cantik, tapi kulit nya agak gelap, namanya Putri yang satu lagi agak berisi, juga lumayan tinggi, namanya Keisha, dia juga cantik.

Terka KarinWhere stories live. Discover now