Pemuja Rahasia Sinta

3 0 0
                                    

Setelah libur semester berakhir, aku kembali pada kehidupan sekolah ku. Di hari pertama masuk kembali, aku segera mencari buku sajak ku yang tertinggal di sebelum libur semester lalu, untung saja bukunya masih ada di meja. Tak perlu susah payah ku mencari nya. Hari berjalan seperti biasanya, tak begitu banyak hal yang menarik, selama di ekskul sastra, kami hanya menghabiskan waktu berbincang dan membahas mengenai sastra sastra lama yang rencana nya akan kami buatkan pameran, kami mengumpulkan beberapa puisi karya pengarang terkenal hingga pengarang baru. Semua kami kumpulkan dan akan kami kelompokan berdasarkan tema.

Karena jumlah referensi buku yang lumayan banyak, juga kami mengumpulkan dari beberapa blog di Internet, sehingga memakan banyak waktu.

Tak terasa sudah 2 minggu kami menjalankan rutinitas ini, bahkan ternyata ini memakan lebih banyak waktu ketimbang mengerjakan kasus seperti sebelum sebelum nya. Hal ini pun mengganggu rutinitas bersantai ku, aku jadi tidak lagi sering pergi ke taman, karena terlalu lelah. Yang biasanya aku setiap hari ke taman, bahkan pada saat weekend aku kadang menghabiskan waktu dari siang sampai malam hari. Skarang mungkin hanya bisa 3x seminggu. Catatan buku puisi ku juga sudah lama tak ku sentuh.

Di hari berikutnya, Sinta tampak berbeda. Ia tampak bahagia sekali, tak seperti biasa nya. Aku malah curiga sepertinya akan datang kasus baru. Aku hanya duduk seperti biasa tanpa bertanya apapun kepadanya, sambil mengambil buku yang kemarin belum sempat aku selesaikan untuk memilih beberapa puisi.

Dan benar saja kemudian Sinta dengan penuh semangat menghampiri kursi ku sambil menunjukan sebuah surat.

"Karin, coba tebak ini apa", karena tidak begitu tertarik aku menjawab.

"Itu kertas kan" lalu wajah Sinta langsung berubah dan mencubit ku.

"Ahh karin, aku juga tau ini kertas, maksudnya isi tulisan dalam surat ini".

"ouu, aku nggak tau, memang nya apa?". Tanya ku terpaksa.

"Surat ini isinya puisi cinta" Sinta menjawab dengan semangat sambil mendekap surat nya. Iya benar benar terlihat seperti habis menang undian berhadiah mobil saja, sambil beberapa kali membaca nya kembali, lalu tersenyum dan kembali membaca nya lagi.

Aku sebenarnya agak penasaran, tapi agak ragu untuk meminta Sinta untuk memperlihatkan nya kepada ku jadi aku tidak begitu memperdulikan. Setelah cukup lama Sinta membaca seperti orang yang baru bertemu pangeran nya, setelah serius membaca beberapa bait, kembali lagi tersenyum dan kembali mengulangi nya, sampai akhirnya Vino datang. Lalu dia juga mengatakan hal yang sama pada ku tadi kepada Vino.

Dan setelah mengatakan kepada Vino, kemudian Sinta memperlihatkan surat itu kepada kami. Namun Vino tidak terlalu terlihat tertarik, setelah sekilas membaca nya lalu ia duduk di kursi nya meninggalkan puisi itu di atas meja, lalu aku ambil kertas tersebut dan membacanya.


~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai mentari

Pagi ku kini lebih berarti 

 Dalam benak yang pernah patah 

Banyak arti menyudutkan ku menyerah

Kini semua berubah, aku tlah tak lagi ingin pasrah 

 Pandangan ku pun berubah arah

Tempat ku dulu berpijak, 

Nyaman tak beranjak

Kemana? 

 Aku nyaman disini 

 Pikirku, 

Terka KarinWhere stories live. Discover now