Pentas Seni

3 0 0
                                    

Setelah acara Classmeeting, banyak bakat terpendam siswa yang terlihat, yang awalnya hanya ikut perlombaan mewakili kelas nya skarang beberapa siswa sudah di ikut sertakan dalam kejuaraan tingkat kota. Mulai dari lomba catur, lomba melukis, sampai perwakilan lomba futsal. Dengan manajemen perlombaan yang baik, ternyata dapat membantu memaksimalkan bakat setiap siswa. Lagi lagi Rendy dan tim nya berhasil menjalankan acara ini.

Kami baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelas, aktivitas siswa menjadi tidak begitu padat. Berbeda dengan anggota osis lain mereka sedang sibuk menyusun acara untuk pensi minggu depan.

Hari ini adalah rapat awal pembentukan susunan acara pensi. Restu adalah pemenang lomba karangan yang di adakan saat Classmeeting kmarin, sesuai dengan kesepakatan, dia akan menjadi front director untuk acara pensi kamu tahun ini. Tema karangan nya adalah alam, dalam karangan nya tersebut menceritakan tentang keindahan alam pantai, dia mendeskripsikan sebuah suasana pantai sore di pulau terpencil. Dan sesuai tema itu pula, acara pensi nantinya akan dibuat latar Tempat Dan waktu dengan suasana pantai di sore hari.

Kami semua menyiapkan list perlengkapan yang akan di pakai nanti saat acara, sesuai dengan instruksi Restu. Mulai dari lighting oranye, persediaan minuman air kelapa, baju tema kemeja pantai, sampai persiapan terpal dan pasir yang akan di gunakan menjadi alas penonton di depan panggung. Entah awalnya aku berfikir terlalu berlebihan, tapi Rendy berkata pasir tersebut bisa di gunakan untuk pembangunan gedung belakang yang kebetulan akan di mulai nanti saat libur kenaikan.

Disini aku berperan dalam membuat beberapa tulisan quote, aku berdiskusi dengan Tama karena dia yang mendapat tugas membuat semua desain gambar untuk pensi nanti. Rendy dan Dewi mengurus jadwal rundown pelaksana kegiatan dari awal hingga akhir acara. Sementara anggota osis lain mengurus hal lain seperti keamanan, konsumsi sampai tiket dan produk sponsor.

Aku masih bingung sebenarnya bagaimana cara mereka mendapatkan dana yang cukup besar dalam waktu hanya 2 bulan, bahkan mereka bisa bekerja sama dengan sponsor yang mempunyai nama cukup besar. Entah bagaimana cara mereka bisa meyakinkan nya.

Suasana ruangan osis cukup ramai aku jadi merasa tidak begitu maksimal untuk berfikir kreatif, lalu aku mengajak Tama untuk membahas ini di luar ruangan osis, lalu Tama mau. Aku mengajak nya ke perpustakaan. Disana aku mencoba mencari inspirasi dari beberapa buku sajak. Setelah menemukan beberapa kata mutiara, lalu aku serahkan kepada Tama.

Dengan cepat dia menyalin nya menjadi gambar desain yang menarik, warna dan font disesuaikan dengan tema, lebih banyak menggunakan warna hijau dan oranye. Tulisan tulisan ini rencana nya akan di tempel kan di sekitar panggung, ada juga yang akan di tempel menjadi background stand hias yang akan di tempatkan di sudut sudut tempat penonton, sebagai tempat untuk berfoto. Rencananya penonton konser pensi tersebut akan melihat pertunjukan dengan duduk atau bersantai di atas pasir yang akan di buat biorama nya di lapangan sekolah yang terlebih dulu di tutup oleh terpal. Sudah terbayang betapa terlihat santai nya acara pensi nanti.

Setelah cukup banyak kumpulan kata kata aku berikan kepada Tama, dia terlihat sedang mulai membuat desain nya satu persatu. Aku melihat berkas yang di bawa Tama tadi di samping laptop nya, ternyata itu berkas rancangan kegiatan Pensi. Karena penasaran aku mencoba minta izin kepada Tama untuk melihatnya. Dan Tama pun memberikan izin walaupun wajah nya terlihat ragu.

Meski terlihat hanya kumpulan berkas lusuh, tapi isi nya data lengkap mengenai pengajuan kerja sama yang akan di lakukan dengan pihak sponsor, juga tersusun jadwal kegiatan lengkap mulai dari awal perencanaan kegiatan beberapa bulan lalu hingga acara selesai nanti. Bentuk nya hanya sebuah point point, tapi ini sudah menjelaskan detail semua pokok kegiatan. Berbeda sekali dengan buku catatan osis tahun lalu, meskipun cover buku nya bagus tapi isi catatan nya sangat jadul.

Terka KarinWhere stories live. Discover now