8- Dewa Anandaru

159 24 5
                                    

Halo sobat mager! he-he update lagi nih part 8.. Semoga suka!

Aku sudah tidak ada di dalam daftar orang yang Alea kasihi. -Dewa

"Jangan pulang dulu!" Ucap Dewa kepada Alea yang hampir saja membalikkan badannya setelah berpamitan dengan Mama-nya. "Tunggu aku dimobil ada yang ingin kubicarakan." Lanjut Dewa.

Dewa melirik Alea yang hanya menatap Dewa tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Karena wajahnya yang tidak bisa ditebak, Dewa hanya berharap saja kalau Alea benar-benar tidak pulang dulu.

Setelah mengantarkan sang Mama masuk kedalam rumah, Dewa lalu bergegas keluar dan mendapati mobil Alea masih terparkir didepan gerbang rumah milik Dewa ini. Dewa melihat Alea yang masih duduk di kursi penumpang bagian depan.

"Le. Makasih ya!" Ujar Dewa tepat di jendela membuat Alea yang tadinya menatap ponselnya, kini menolehkan wajahnya menatap Dewa.

Saat pandangan mereka bertemu, entah mengapa Dewa merasakan dadanya berdesir. Lalu detak jantungnya berdetak tak karuan.

Sial! Padahal sudah lebih dari setahun dirinya tak bertemu dengan Alea, tapi dirinya masih merasakan perasaan itu. Perasaan yang sama seperti saat Alea menatapnya dulu. Tidak bisa dipungkiri kalau banyak yang berubah dari diri Alea. Namun Dewa masih yakin satu hal yang tidak berubah dari diri Alea yaitu tatapan tajamnya yang membuat Dewa jatuh hati, dulu. Bahkan saat ini pun, Dewa masih merasakan perasaan itu. Perasaan jatuh hati untuk Alea.

Tidak-tidak. Tidak mungkin aku jatuh hati dengannya yang jelas-jelas sudah memiliki anak dari pernikahannya dengan Mirza. Pikir Dewa dalam hati.

"Mobil kamu gimana?" Tanya Alea masih dengan tatapan tajamnya.

Dewa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya, Dewa setelah ini akan kembali ke kantor untuk mengurus mobilnya.

"Setelah ini aku balik ke kantor pakai ojek online." Jawab Dewa.

"Bareng aku aja. Itung-itung balas budi kemarin kamu udah antar Risna ke rumah sakit sekaligus pinjami aku jaket. Karena aku ngga mau punya hutang sama kamu, dan setelah ini urusan kita selesai. Aku ngga mau punya urusan sama kamu setelah ini." Ujar Alea.

Mendengar penuturan Alea, hati Dewa mencelos. Begitu tajamnya kalimat Alea hingga Dewa merasakan hatinya seperti disayat lalu diremas-remas.

Tidak ada kata yang keluar dari bibir Dewa untuk menanggapi kalimat Alea yang baginya sangat menyakitkan itu. Yang dilakukan Dewa hanyalah mengangguk lesu lalu berjalan mengitari mobil dan masuk ke kursi kemudi.

Melihat sikap Alea yang sangat dingin kepadanya, Dewa hanya bisa mengingat apa yang telah Ia lakukan kepada perempuan itu dulu. Menjalani kehidupan di usia awal dua puluh tahun, yang dihadapkan dengan banyak pilihan. Diantara pilihan itu, ada Alea yang telah menjadi kekasihnya selama kurang lebih dua tahun, dan kesenangan yang ditawarkan oleh teman-temannya. Dewa muda yang saat itu belum bisa berpikir rasional dan masih mementingkan ego nya sendiri, memilih kesenangan masa muda bersama teman-temannya.

Tidak ada yang salah dengan pilihan Dewa dengan memilih kesenangan bersama teman-temannya. Dewa masih muda dan masih banyak hal yang ingin ia lakukan. Bagi Dewa, kalau tidak memilih kesenangan bersama teman-temannya, kapan lagi Ia akan memiliki waktu untuk bebas bermain sebelum dirinya merasakan pusing karena tanggungjawab yang harus diembannya ketika usianya tak lagi muda nanti.

Iya. bagi Dewa tak ada yang salah dari pilihannya dulu yang telah memilih untuk meninggalkan Alea dan memilih mengikuti naluri masa muda nya. Namun Dewa tidak berpikir sampai jauh kalau Alea masih mempermasalahkan putusnya hubungan keduanya kala itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Draft 3 - Alea's BIGGEST SecretWhere stories live. Discover now