Part 1-🧤

8K 608 122
                                    

.
.
.
.
.

Petak umpet , permainan dimana yang jaga akan mencari yang bersembunyi. Permainan mudah dan juga menyenangkan untuk dimainkan. Tapi bagaimana jika yang mencarimu adalah seorang psikopat yang tertarik padamu?. Sebuah permainan yang tidak akan pernah berakhir sebelum dirimu tertangkap seutuhnya.

.
.
.
.
.

Seorang bersurai orange tampan itu tampak keluar dari sebuah rumah yang berukuran sangat besar. Dia Adalah chuuya. Seorang anak dari pasangan yang sangat kaya. Meskipun kaya raya, chuuya tidak pernah sekalipun mendapatkan kasih sayang yang utuh karena mereka sangat sibuk bekerja.

Rumah besar itu menjadi sangat sepi setiap harinya. Hanya diisi oleh chuuya yang merupakan anak tunggal disana. Namun, chuuya sudah Mengerti dan tidak mau berlebihan menuntut. Dia mulai menjadi mandiri dan kini bisa menjalankan aktivitas normal layaknya mahasiswa pada umumnya.

Chuuya merupakan salah satu murid teladan sangat pandai dan memiliki kepribadian ketus dan dingin. Oleh karena itu chuuya sama sekali tidak memiliki kedekatan dengan siapapun karena ia terkesan hanya fokus pada dirinya sendiri dan pembelajaran. Semuanya normal. Sangat normal layaknya kehidupan damai yang selalu dirasakan dan dinikmati oleh Chuuya sendiri.

Chuuya berjalan memasuki sekolah besar disana. Sebagai anak konglomerat, chuuya mendapatkan fasilitas yang sangat mewah lebih daripada anak lainnya. Chuuya sudah terbiasa. Ia memasuki sekolah yang merupakan tempat nya memperoleh pendidikan sekarang pada umur 18 tahun.

.
.
.
.
.

Ia merapikan jas mahal yang ia pakai. Sudah terbiasa baginya mengunakan barang barang mahal pemberian orang tuanya. Itu pun karena alasan harga diri dan keluarganya yang sangat keras dan terlalu mementingkan pengaruh keluarga mereka. Chuuya terpaksa mengikuti mereka. Yah bagaimana pun ia belum bisa bekerja sendiri dan masih tergantung pada kedua orang tua yang merawatnya itu.

Chuuya melihat anak anak lain di lingkungan sekolah. Mereka sama kaya nya seperti chuuya. Tapi sangat berbeda tentunya. Tidak seperti anak anak kaya pada umumnya. Chuuya sama sekali tidak pernah memamerkan kekayaan ataupun tertarik untuk bersikap sombong dan angkuh hanya karena ia berada di lingkungan yang jauh berbeda.

Chuuya malah tampak seperti anak biasa pada umumnya. Ia tidak pernah bersikap layaknya anak anak kaya sombong itu. Chuuya lebih memilih sendiri dan jauh dari pergaulan. Alasannya simpel itu karena ia tidak ingin bersama anak anak yang sombong hanya karena dilahirkan pada keluarga kaya. Ia memilih menikmati hidup sendirian yang damai.

Itu pun karena sikapnya yang bisa dibilang sangat dingin terhadap murid lain sehingga terkesan ketus dan pemarah. Chuuya tampak sama sekali tidak peduli akan hal itu, meskipun dalam hati ia lumayan kesal karena orang orang berpikir seperti itu. Seenaknya saja. Emang mereka siapa?.

Ketika ia masuk ke dalam kelas seni. Semua orang langsung memandangnya dengan berbagai tatapan. Tatapan kagum dan takut serta iri bertebaran memandangi nya. Chuuya hanya bersikap biasa dan meletakan tasnya di barisan kursi paling belakang. Disana ia duduk dan memilih melanjutkan novelnya mengabaikan tatapan orang orang itu. Membosankan.

Kehidupannya yang damai dan tenang. Seperti itulah. Tidak lama guru pun datang dan mulai mengajar. Chuuya melihat dengan malas penjelasan guru. Chuuya memang mudah mengerti di banding anak anak lain. Ia menyukai seni makanya ikut dalam kelas ini. Seni adalah sebuah kebebasan dalam berpikir dan berkreasi. Ia lebih menyukai pelajaran itu dibanding pelajaran pelajaran memuakkan lainnnya.

.
.
.
.
.

Chuuya memangku tangannya. Semua siswa lain tampak sedang asyik memperhatikan penjelasan guru di depan. Chuuya melihat lagi ke arah samping kelas. Untung saja barisan belakang selalu sepi, tidak ada yang mau duduk di barisan belakang meskipun ingin. Alasannya adalah karena keberadaan dirinya. Dan satu lagi..

Chuuya melirik seseorang dari ujung matanya. Matanya yang berwarna biru menatap datar ke arah orang itu. Ya. Seseorang yang satu satunya memilih ikut duduk belakang bersama dirinya. Anehnya ia tidak mau duduk di dekatnya. Orang yang duduk berlawanan arah darinya. Di ujung kiri. Ia memiliki rambut berwarna hitam dan perban aneh yang selalu menutupi sebagian tubuhnya.

Anehnya perban itu selalu ia kenakan sejak awal sekolah hingga sekarang. Entah karena apa. Ia memang anak yang aneh. Chuuya akui anak itu lebih tampan dari dirinya meskipun sikap nya itu aneh sekaligus menyebalkan. Dazai. Siapa yang tidak kenal dengannya?.

Sosok perusuh yang selalu saja gembira dan tersenyum bodoh. Seseorang yang bertingkah seenaknya seolah ia membuat aturan nya sendiri dan tidak ada seorang pun atau apapun yang dapat mengekang nya. Bebas dan berpikiran pendek. Tidak lama anak yang jauh lebih tinggi darinya itu ikut membalas tatapan chuuya yang masih jengah menatap guru di depan.

Ia mengedipkan matanya menjawab tatapan chuuya. Sedikit memiringkan kepalanya sehingga surai hitamnya menutupi sebagian wajahnya. Manik hitamnya tak lupa menatap misterius terhadap Chuuya. Chuuya mendelik aneh, ia segera kembali fokus kearah depan. Ada yang aneh. Dazai tampak seperti sedang memikirkan sesuatu, tidak seperti biasanya. Sudahlah!!. Seharusnya ia tidak menatap dan tidak mempedulikan orang aneh itu. Ia hanyalah orang bodoh!!. Jangan terbawa dalam masalah apapun Chuuya.

Sementara itu dazai tetap melihat nya dengan tatapan yang sulit di artikan dan sebuah senyuman yang nyaris seperti seringai jika di perhatikan lebih jelas. Sosok bersurai hitam yang menjabat sebagai orang jenius nomor 1 itu kembali tampak memikirkan berbagai hal di kepalanya. Yang dari luar sama sekali tidak dapat terlihat. Sesuatu yang tidak dapat di ketahui dan tidak bisa di tebak sama sekali oleh siapapun.

"Chuuya...you're my frenzy" bisik nya pelan dengan sebuah seringai yang tertuju jelas ke arah sosok bersurai orange yang sedang duduk dengan bosan di kursi berlawanan dekat jendela itu. Sembari menghitung jarum jam yang bergerak perlahan menuju ke mentari sore hari.

.
.
.
.
.

🧤'Tachiōjō' (DaChuu)Where stories live. Discover now