12. a Heart Donor For Jeno

316 17 0
                                    

Suara langkah kaki menggema di lorong dalam rumah sakit 'Keberuntungan', sesaat orang-orang yang berlalu lalang yang seharusnya melewati ku menatap dengan tatapan heran-lalu mereka menyingkir dari tengah jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki menggema di lorong dalam rumah sakit 'Keberuntungan', sesaat orang-orang yang berlalu lalang yang seharusnya melewati ku menatap dengan tatapan heran-lalu mereka menyingkir dari tengah jalan. Mungkin karena penampilan ku. Sekonyong-konyong aku berlari dengan mata yang sudah dibanjiri oleh tetesan air, benar-benar larut dalam kecemasan luar biasa. Berlari dengan luluh lantah, gemetar yang tiada Tara dengan pikiran terus melayang. Jika kalian jadi aku, bagaimana caramu menghitung rasa sakitnya?

"Lee Jeno," Bahkan untuk mengeluarkan suara dari mulut pun tak sanggup lagi, hanya ucapan hati yang bisa kulakukan disaat-saat ini. "Jangan tingalin aku." Ya, aku berpikir Jeno akan pergi meninggalkan ku. Tak seharusnya aku mengatakannya kan? Tetapi memang itu yang kupikirkan.

Braks..

Kuasa ku mendorong kuat pintu ruangan Jeno. Disana sudah terdapat orang tua Jeno yang menangis diujung sembari berlutut dilantai. Netra ku pergi kearah suara-suara alat detak jantung disana.

Deg!

Jantung ku berasa terhenti ketika aku melihat wajah Jeno yang memucat diatas ranjang sana. Aku menatapnya dengan lirih, kepala ku menggeleng samar seakan-akan tak percaya dengan apa yang ku lihat disana. Para dokter-dokter medis sedang memacu detak jantung dari lelaki bernama Lee Jeno itu. Alat-alat rumah sakit sudah tak karuan lagi jumlahnya yang tertanam diseluruh tubuh lelaki dengan rambut hitam pekat tersebut.

Lee Jeno, dia-benar-benar sedang mempertaruhkan nyawanya.

Lemas, kaki ku tak tahan menahan beban tubuhku hingga aku jatuh berlutut sama seperti kedua orang tua Jeno di samping sana. Air mata sudah banyak membasahi pipi, mata ku pasti merah dan bengkak karena ini. "Akh!!!" Aku berteriak histeris penuh emosi. Melihat dengan nyata penampakan sosok yang selama ini-

Aku cintai.

Dan dia sedang bertaruh nyawa didepan mata ku.

"1..2..3.." Suara dari wanita medis yang nyatanya adalah Mama ku itu memandu teman-teman satu rekannya untuk memacu detak jantung dari satu pasien yang sedang sekarat ini. Kurasan keringat mungkin sudah jatuh puluhan kali disana. Detak jantung dari anak itu tidak kunjung-kunjung kembali normal, dia benar-benar lemah.

Beberapa kali tubuh Jeno menerjang ke udara karena efek pemicu jantung itu. Namun sayangnya, aku melihat layar monitor dari berdetak mulai lamban. Bisakah aku tak memikirkan kalau hidup Jeno akan berakhir sekarang?

Siapapun, tolong bantu aku bangun dari mimpi buruk ini!

Aku yang tahu itu langsung berdiri kembali dengan terhuyung, berjalan menghampiri Jeno walaupun akhirnya aku tersingkir oleh para dokter-dokter itu. "Lee Jeno!! Ada aku disini! Kamu itu kuat!!!!" Aku berteriak sebelum aku jatuh berlutut kembali di belakang para dokter itu. Mata ku terpejam, rambut bergelombang ku jambak sendiri karena kalut dengan ketakutan. "Jeno!! Aku masih ada permintaan buat kamu!!! Kalau kamu sembuh, aku mau habisin waktu berdua sama kamu!!" Lagi-lagi suara lirih namun terdengar lumayan jelas itu terucap oleh bibir kecil ku.

❲✓❳Clover HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang