14. Na Jaemin, Passes His Critical Period

203 20 13
                                    

Hari ini ku lihat Jeno sedang berbaring di ranjang ruangannya, dia membelakangi ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini ku lihat Jeno sedang berbaring di ranjang ruangannya, dia membelakangi ku. Aku tahu dia sedang merajuk yang entah berantah apa salah ku padanya. Ya benar, sejak kemarin sore sepulangnya kami dari danau, Jeno sudah seperti ini padaku. Puluhan bahkan ribuan kali aku bicara panjang padanya, tapi dia tetap tak merespon. Rasanya bersalah karena aku sudah mengucapkan kata-kata menyakitkan kemarin itu.

"Jeno." panggil ku pelan sambil mengguncang sedikit tubuhnya agar berbalik badan menatap ku.

Tak ada respon, aku yakin Jeno tak tidur. Dia pasti masih mendengarkan ku. Mengingat saat Jeno sudah tidur jam 7 malam sampai sekarang jam 9 pagi. Mana mungkin di jam 10 ini dia kembali tertidur?

"Jeno, ayo makan." Aku meminta Jeno untuk makan. Dia belum sarapan sama sekali. Bahkan saat kedua orang tuanya meminta Jeno untuk makan sedikit, laki-laki keras kepala ini tetap menolaknya. "Kamu belum makan, Jen." ucap ku lagi membujuknya untuk memakan bubur yang sedang ada di tangan ku.

"Aku mau istirahat!" Jeno membantah, dia tetap tak ingin makan. Dan aku cukup khawatir karena ini. Pasalnya, orang tua Jeno sudah kewalahan menghadapi sikap kekanak-kanakan Jeno, dan kalau bukan aku siapa lagi yang akan membujuknya?

Menghela nafas gusar, aku menaruh semangkuk bubur keatas nakas. "Kamu mau aku beliin apa?" Tawar ku. Mungkin disaat seperti ini, Jeno membenci makanan rumah sakit. Dan keinginannya adalah makanan luar atau makanan buatan ku mungkin. "Jawab dong, nanti aku beliin." Protes ku saat Jeno lagi-lagi diam tak bekutat.

Yakin seribu persen kalau Jeno benar-benar tak tidur dia pasti mendengarkan ku bicara padanya. Hey Jeno! Kau pikir aku bisa membaca pikiran mu, begitu?!

"Aku mau istirahat, Clover Lee." Tak ada bedanya, jawaban itu ia pakai kembali disaat aku menginginkan dia untuk makan. Akhirnya aku pasrah, biarkan saja ana lelaki ini tak makan. "Terserah deh." ujar ku lalu bangkit dari kursi dan pergi keluar.

Sedikit kesal saat Jeno tak berbicara apapun saat aku keluar. Tetapi tak berselang lama, seorang lelaki datang dan berdiri di depan ku, "Kak Mark? Ngapain?" tanya ku pada Kak Mark.

"Ikut Kakak!" Entah sejak kapan Kak Mark berubah. Akhir-akhir ini dia sering kasar padaku. Terbukti saat ini dia menarik pergelangan tangan ku kasar. "Kak, kenapa? Mau kemana?" tanya ku di sela perjalanan kami.

Hening, Kak Mark diam. Ku lihat dari samping rahangnya mengeras, tak ada senyuman manis yang ku tahu. Wajahnya seperti ingin meluapkan emosi, aku takut.

Tiba-tiba Kak Mark menghempaskan tangan ku sampai ku sendiri sedikit hampir terhuyung jatuh. Ada apa ini? Dia kasar sekali.

"Kakak enggak suka ya kamu deket sama anak penyakitan itu!" Kak Mark membentakku kencang dengan jari telunjuknya menunjukkan tepat didepan mata ku. Aku yakin, orang-orang rumah sakit yang berlalu lalang disini seketika berhenti dan menatap kami menjadi sebuah bahan tontonan. "Apa sih yang kamu suka dari dia?! Dari dulu sampe sekarang kamu selalu sama dia!" lanjutnya.

❲✓❳Clover HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang