17 - Taufan yang Menghilang

3.6K 618 45
                                    

Kau mendapat kabar bahwa Taufan mengamuk disekolah karena skateboard miliknya hilang. Taufan belum kembali juga hingga saat ini padahal ini sudah termasuk larut malam. Kau menyuruh yang lain untuk tidak usah khawatir dan tetap dirumah. Meskipun ada yang menolak seperti Gempa, kau tetap membungkamnya dan menyuruhnya diam.

Kau mulai pusing lagi. Baru saja masalah Ais selesai dan disambut lagi masalah baru yaitu Taufan. Kau tau benar bentuk skateboard miliknya itu yang selalu dibawa-bawa olehnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan tidak ada tanda-tanda Taufan akan pulang. Yang lain sepertinya pun sudah tidur dikamar masing-masing karena kau memaksanya.

Akhirnya kau memutuskan untuk mencari Taufan saja daripada hanya menunggu dan diam. Kau memakai jaket dan sepatu lalu keluar dari rumah dan menguncinya.

Kau segera beranjak dari sana dengan cepat sebelum ada yang terbangun dan ikutan mencari.

Pertama, kau mengecek disekolah dulu. Sepertinya Taufan masih mencari skateboardnya yang hilang disekolah itu.

Kau menyusuri sekolah mulai dari kelas-kelas hingga gudang. Malam ini terlalu mengerikan untuk seorang gadis berada sendirian di sekolah yang luas. Tapi karena kau sudah terbiasa, ini bukanlah masalah besar untukmu.

Sepertinya perempuan yang dibicarakan oleh orang-orang itu berulah lagi. Kali ini Taufan adalah targetnya. Jika mereka benar-benar ingin menghancurkan Taufan maka sudah pasti Skateboard itu sudah mereka hancurkan lebih dulu.

Taufan terlalu gigih untuk mencari skateboard itu, tapi kau menyadari bahwa skateboard itu pasti sudah tidak bertahan oleh mereka.

Kau akhirnya menemukan Taufan tengah meringkuk dipinggir lapangan skateboard. Kau menghampiri dan menepuk pundaknya sehingga ia terkejut. "Apa yang kau lakukan disini?"

Kau mengendikkan kedua bahumu. "Entahlah, aku mencari anak hilang."

Taufan menghela nafas dengan kasar. Ia terlihat berbeda daripada Taufan sehari-hari. Wajah sedih dan terlihat gusar, sangat tidak cocok untuk Taufan yang terlihat bodoh dan jahil.

"Ayo pulang, semuanya mengkhawatirkanmu." Kau menarik lengannya, tetapi dia tetap tidak mau beranjak dari sana. "Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu." Kemudian menepis tanganmu dengan kasar. Kau mengelus-elus tanganmu itu karena sedikit sakit.

Dia menundukkan kepalanya, "Kau pasti merasa aneh bukan? Hanya karena skateboard, aku bertingkah seperti ini."

"Tidak," ucapanmu membuat dia terkejut dan menoleh kearahmu. "Aku tau skateboard itu sangat berharga. Itu pasti hadiah ayahmu, kan?"

Tapi kemudian dia memalingkan wajahnya lagi. "Kau tau ternyata."

"Kalau begitu ayo pulang. Kita akan mencarinya besok." Kau tetap memaksa dia pulang. "Tidak mau," jawabnya menolak.

Kau kemudian memasang wajah kesal. "Hoo, nggak mau ya?"

Kau menahan leher Taufan dengan lenganmu sehingga dia agak kesulitan bernafas. "Nggak mau pulang? Biar kuseret pulang."

"Akh! Aduh sakit, ga bisa nafas. Iya iya aku pulang." Setelah mendengar Taufan mengatakan itu, kau melepaskannya dan menarik lengannya sehingga dia berdiri.

"Pemaksa sekali sih." Dia cemberut. Kau memasang wajah sombong, "Bukan aku namanya jika tidak berhasil mendapatkan apa yang aku mau." Kau berjalan menyeretnya pergi dari sana.

Setibanya dirumah, kau mengusirnya untuk membersihkan diri dan tidur karena Taufan sedikit bau. Taufan segera mandi dan muncul lagi setelah dia selesai mandi, tampak rambutnya basah dan handuk tergantung di pundaknya.

Kau masih duduk dimeja makan sambil menyiapkan makan malam untuk Taufan. Taufan segera duduk disana dan memakan makanan tersebut. Kau hanya diam melihatnya makan, kalau kau pergi, bisa-bisa Taufan bakalan pergi lagi.

Selesai makan, Taufan menaruh piringnya di tempat cucian piring dan membuat dua gelas minuman. Ia menyajikan minuman coklat hangat itu untukmu. Kau memperhatikan minuman tersebut, "Ini pasti minuman coklat berdasarkan resep tok Aba kan?" Kau menebak dengan tepat, Taufan mengangguk senang.

Kau meminumnya dan rasanya benar-benar enak. Minuman hangat yang cocok diminum ketika malam hari. Kau jadi teringat dengan Tok Aba yang selalu menyambutmu setiap kau datang ke pulau rintis. Sekarang beliau sudah tidak ada, kau jadi merindukannya.

"Aku ingin bertanya, apa yang kau lakukan seharian ini dirumah?" Taufan tiba-tiba mengajukan pertanyaan. Kau sedikit berpikir, "hmm,, tidur kurasa dan menonton televisi. Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan dirumah ini sendirian." Taufan mengangguk mendengar jawabanmu.

"Kenapa kau tiba-tiba datang ke kehidupan kami?" Taufan bertanya lagi tapi kali ini pertanyaannya cukup dramatis. "Bukankah kau sudah tau? Pihak kepolisian menemukan surat untukku dan isinya adalah pesan agar aku menjaga kalian semua." Dahimu tampak mengernyit heran. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan Taufan sehingga ia terus-terusan bertanya.

"Kenapa kau mengetahui segala hal tentang kami?" Baiklah, cukup menyebalkan juga melihat Taufan yang menjadi banyak tanya seperti ini. "Ayahmu yang memberitahu semuanya padaku."

Kau kemudian merasa ngantuk, kau menguap dan juga menggosok-gosok matamu. Ini aneh, kenapa bisa kau mengantuk disaat-saat seperti ini.

"Maafkan aku." Taufan memasang wajah sedih. Kemudian rasa kantuk itu tidak bisa kau tahan lebih lama lagi. "Kenapa?" Tanyamu bingung. Saat kau mulai terlelap dan keberadaan Taufan hilang dalam gelap. Kau menyadari sesuatu.

Dia memasukkan obat tidur dalam minumanmu.

***

Kau merasakan tubuhmu diguncang-guncang dan pipimu dipukul dengan pelan. Samar-samar, kau mendengar seseorang memanggilmu.

"Kak! Kak! Bangun!."

Kau melihat wajah Blaze yang khawatir. Kau teringat sesuatu dan segera duduk, hal itu membuat kepalamu pusing. "Dimana Taufan?" Tanyamu tapi Blaze hanya menggeleng.

Tidak hanya ada Blaze disana tetapi juga saudaranya yang lain yaitu Duri, Gempa dan Halilintar. "Apa yang terjadi?" Tanya Gempa padamu. Kau memicit kepalamu, "Tadi malam aku menyeret Taufan pulang."

"Taufan pulang?" Tanya Gempa lagi. Kau mengangguk, "Tapi dia memasukkan obat tidur dalam minumanku," wajahmu tampak masam, "Dan bodohnya aku tidak mengetahuinya."

"Kita harus mencari Taufan sebelum dia melakukan hal gegabah." Kau beranjak duluan dari sofa dan diikuti oleh yang lainnya kecuali Solar dan Ais yang tidak tau dimana.

Kalian semua berpencar. Kau mendapati dirimu bersama Halilintar dan yang lainnya entah kemana.

Kau diam sejenak, memikirkan kemana Taufan akan pergi. Tiba-tiba dirimu terpikir sesuatu. "Halilintar, dimana tempat bermain skateboard disini yang terkenal dan orang-orang hebat?"

Halilintar berpikir, "Ada satu, sekitar 100 meter dari sini." Halilintar menunjuk ke arah barat. Kau mengangguk mengerti dan kalian berdua segera pergi kesana.

Sesampainya disana, kalian menemukan bahwa tempat itu kosong dan kalian tidak menemukan Taufan dimanapun. Kalian berdua berpencar untuk menyisir seluruh area.

Kau mendapati sebuah gudang yang pintu depannya digembok. Tapi kau harus mengecek isinya, mana tau kau menemukan skateboard Taufan didalam sana.

"Jangan sampai kau kenapa-napa, Taufan."

To be continued...

A/n:

Kemana Taufan pergi?

Firasatmu mengatakan bahwa ada sesuatu didalam gudang itu.

Salam,
Ruru

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now