30 - Kegundahan Halilintar

3.5K 549 129
                                    

Dimana-mana gelap, seolah-olah setitik cahaya sangat sulit untuk ditemukan. Kaki-kaki dipaksa untuk terus berlari meski sudah tidak kuat lagi untuk terus melangkah.  Tubuh sudah penuh luka dan lebam karena terus-menerus terjatuh dan tersandung.

Melihat kemanapun, yang terlihat hanyalah pepohonan tinggi menjulang yang menutupi langit-langit. Mau berlari kemanapun juga, yang ditemukan lagi-lagi selalu pohon.

Tak jarang duri atau sesuatu menancap dikaki hingga membuatnya semakin sakit. Air mata sudah berlinang dan tak henti-hentinya keluar. Mulut terus merapal doa tiada henti, berharap bisa keluar dari sana.

Lagi-lagi tersandung dan wajah menjadi tempat pendaratan pertama. Darah keluar dari hidung dan air mata yang tak kunjung berhenti. Suara sesengukan memenuhi hutan yang gelap. Sesekali meminta tolong walau tau tidak ada siapa-siapa disana.

Tidak sanggup lagi untuk bergerak, hanya diam sambil terus menangis. Berdoa kepada sang pencipta untuk menyelamatkan dirinya.

"Kak!"

Ia menoleh, mendengar suara yang seperti memanggil namun tidak menemukan siapa-siapa.

"Kak!"

Lagi-lagi suara itu terdengar dan disadari itu dari dalam kepala. Hanya bisa diam dan berharap suara itu membawanya pergi dari sini.

"Kak! Bangun."

Kau tersentak dan membuka mata. Keringat dingin bercucuran diwajahmu. Terlihat dua orang pemuda masing-masing beriris biru dan hijau melihatmu khawatir.

"Mimpi buruk ya?" Tanya Duri, ia mengelus kepalamu pelan sambil tersenyum. "Tenang, kami disini."

Kau merubah posisi menjadi duduk dan meminum air pemberian Taufan barusan. Kau menetralkan nafasmu yang terengah-engah. Lalu kau mulai stabil sehingga dua orang didepanmu ini menghela nafas lega.

"Sampai basah gitu bajunya. Mending kakak ganti baju dulu gih." Kau menoleh dan ikut memperhatikan bajumu. Benar kata Taufan, bajumu benar-benar basah oleh keringat. Mimpi tadi seolah-olah adalah dirimu namun kenapa bisa setakut itu. Itu adalah hal yang lagi-lagi tidak bisa kau pikirkan. Banyak sekali hal-hal aneh muncul akhir-akhir ini.

"Kak! Kak! Tau gak? Kata Solar, bunga Kruisseil punya Duri itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit loh," ujar Duri dengan suara khas anak kecilnya. "Benarkah?" Tanyamu.

Duri mengangguk. "Solar bilang begitu waktu dia ambil satu kelopak buat diteliti."

Kau terdiam dan berpikir. Seingatmu, bunga itu malah membunuh orang yang menemukannya, namun Solar malah mengatakan bahwa bunga itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun itu sangatlah terdengar mustahil.

"Kalau begitu hebat sekali."

Duri mengangguk menyetujui ucapanmu.

"Hei jangan ngobrol terus. Ayo pulang dulu, nanti kak Hali marah gara-gara kita gak pulang-pulang." Taufan menghentikan obrolanmu dengan Duri. Kau memperhatikan cahaya kemerahan menembus jendela, lagi-lagi hari sudah sore. Seharusnya mereka menjemput saat matahari masih muncul. Itu artinya mereka terlambat.

"Kami terlambat datang tadi gara-gara ban motornya kempis. Terpaksa aku sama Duri ganti ban dulu di bengkel." Taufan bersuara begitu tau dirimu akan menanyakan alasan mereka terlambat. Kau hanya mangut-mangut dengan wajah mengerti.

"Ganti dulu bajunya." Taufan menyerahkan sepaket atasan dan bawahan untukmu. Kau menerimanya dan terkekeh, "Kau masuk kekamarku ya? Buka lemari?"

"Iyalah, kalau mau ambil baju kan buka lemari."

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now