20 - Kesombongan Solar

3.6K 604 16
                                    

Baru beberapa hari sejak kau pulang dari rumah sakit. Kau sudah telepon oleh pihak sekolah atas tindakan Solar yang semena-mena.

Kau duduk dimeja bersama Solar disampingmu. Belum lagi kau bertemu guru yang sama saat kau menyelesaikan masalah Blaze waktu itu.

"Hebat Solar, kau sepertinya sangat tidak suka jika aku beristirahat." Kau menatap sinis kearah Solar, ia hanya diam tidak mau menanggapimu.

"Solar memang anak yang pintar dan berbakat. Dia berhasil meraih banyak penghargaan selama 2 tahun ini. Tapi tetap saja, ia tak seharusnya meremehkan guru dan mengusir orang-orang di lab." Guru itu menjelaskan masalahnya, kau memukul keningmu pelan.

"Solar, sepertinya kesombonganmu sudah diambang batas."

Dia mengerutkan dahinya, "Apa? Kau tidak bisa mengatai aku seperti itu." Kau memicit dahimu, "Dengar Solar, didunia ini banyak manusia lain selain dirimu. Kau tidak bisa sombong atas segala hal."

"Tidak usah berbasa-basi. Kalau ingin menghukumku coba hukum saja."

"Kau sudah dengar bukan, dari keenam kakakmu itu. Kalian semua sedang dalam bahaya sekarang. Jangan berbuat aneh-aneh dan merepotkanku. Nilaimu memang selalu sempurna tapi itu bukan berarti orang-orang gila itu tidak memiliki rencana untuk menghancurkanmu." Kau menunjuk-nunjuk tepat didada Solar. Dia memasang wajah kesal, "Lalu kenapa? Dari awal, aku tidak pernah meminta bantuanmu. Kalau kau memang merasa repot, kenapa tidak pergi saja?"

"Lihat, kau sombong sekarang. Dengar bocah, tanpa ada aku yang membantu kalian, kalian sudah hancur disini. Blaze akan dikeluarkan dari sekolah, Duri akan stres karena dikeluarkan dari klub berkebun kesayangannya, Ais akan menderita karena dibully setiap hari dan Taufan akan menggila karena kehilangan skateboard kesayangannya." Kau berusaha menahan amarah tapi tetap saja kau merasa kesal. Solar terlalu sombong, kau berharap bisa menamparnya.

"Aku tidak akan hancur. Lagipula aku tidak punya sesuatu yang aku sayangi sehingga harus merasa hancur saat mereka menghancurkannya." Solar meyakinkan ucapannya. Kau menatapnya dan berbicara pelan, "Begitu? Kita saksikan seberapa hancur dirimu nanti saat nilai kesayanganmu itu dihancurkan dan tidak ada diriku disana untuk membantumu."

Kau berdiri dan berjalan menuju pintu. "Hukum saja dia, diskors pun tak apa." Kau keluar dari sana dan menutup pintu. Meninggalkan Solar dengan kesombongannya dan guru yang kebingungan mendengar percakapan kalian.

Bel istirahat berbunyi dengan keras saat kau berjalan dilorong. Semua murid keluar dari kelasnya masing-masing untuk istirahat. Kau berjalan tanpa memperdulikan beberapa murid yang melihatmu. Mereka pasti sudah tau bahwa kau adalah wali dari ketujuh kembar.

Dan kau datang karena Solar.

Kau berjalan dengan wajah masam. Tanpa melihat sekeliling, kau terus berjalan hingga menabrak seseorang didepanmu dan terlihat sebuah bola basket menggelinding didekat kakimu.

"Aduh maaf! Aku tak sengaja." Seseorang itu mengulurkan tangan padamu. Kau berdiri tanpa peduli dengan tangan yang masih terjulur itu hingga ia menariknya kembali. "Tidak apa," Kau memunguti bola basket itu dan langsung menyerahkannya pada sosok laki-laki berkacamata dan berambut biru tua itu.

"Hei Fang! Mau kemana?" Suara yang familiar membuatmu menoleh dan mendapati Duri berjalan kearah kalian berdua. "Loh? Kakak kenapa disini?" Duri terkejut saat melihatmu. Tapi kau diam saja dengan wajah masam itu, "Adikmu membuat masalah."

"Oh, Solar? Pasti masalah karena ruang lab waktu itu." Seseorang berkacamata yang ternyata bernama Fang ini bergumam. Dahimu berkerut saat mendengarnya, "Ruang Lab? Kenapa dengan ruang Lab?" Tanyamu penasaran.

"Solar mengusir teman seklubnya dari ruang Lab, melakukan percobaan-percobaan berbahaya, serta sering bolos dari pelajaran. Tapi saat dihukum mengerjakan tugas, dia selalu mendapat nilai sempurna dan meremehkan guru." Fang menjelaskan semuanya padamu. Kau mengangguk mengerti, "Baiklah, aku pulang dulu."

Baru beranjak beberapa langkah tapi kau kemudian bertemu dengan Blaze yang sedang menyeret Ais keluar kelas. "Blaze, apa yang kau lakukan dengan menyeret Ais seperti itu?" Kemunculanmu membuat Blaze terkejut, "Ah, aku membawanya keluar untuk makan bekal bersama yang lain tapi dia malas berjalan." Blaze menggaruk pipinya sambil tertawa kecil.

"Ais, berdirilah. Terlalu malas itu tidak baik." Ais tanpa menolak perkataanmu langsung berdiri walaupun sekali-kali masih menempeli Blaze.

"Kakak mau makan bareng? Mumpung jam istirahat." Blaze menawari makan bersama tapi kau menolak. "Aku akan pulang, makanlah dengan yang lain." Kau berjalan melewati Blaze dan baru beberapa langkah lagi, kau dihadang oleh Taufan.

"Wah, kok kakak ada disini sih?"

Dahimu berkerut. "Minggir, aku mau pulang." Saat kau berjalan kekiri, dia ikut kekiri, dan begitupun sebaliknya.

"Apa yang kau lakukan Taufan?" Gempa memanggil saat baru keluar dari kelas dan melihatmu sejenak. "Aku menemukan harta karun," dia malah terkekeh.

Kau dapat melihat Halilintar juga baru keluar dari kelas dan melihatmu. "Hei Halilintar, bisa kau bantu menyingkirkan serangga ini?"

Halilintar tidak menjawab tapi dia segera menarik kerah belakang milik Taufan dan menyeretnya. "Eh, ayolah kak Halilintar. Kita ajak kakak makan bersama." Tapi Halilintar tidak menanggapi.

Kau lanjut berjalan hingga akhirnya bertemu pula dengan Yaya dan Ying. "Halo kak!" Mereka menyapamu dengan sopan, kau balas mengangguk kecil untuk mereka. "Rencana kakak kemarin berhasil, kakak hebat." Ying memujimu dengan semangat, Yaya yang berada disampingnya mengangguk setuju.

"Terima kasih karena membantu. Permisi, aku harus pulang."

"Oh, silahkan." Ying dan Yaya bergeser untuk memberimu jalan. Kau berjalan melewati mereka berdua dan akhirnya berhasil keluar dari gerbang tanpa bertemu siapapun lagi.

Kau memutuskan duduk disalah satu halte bus sambil meminum minuman yang kau bawa dari rumah tadi. Melihat mobil dan motor yang berlalu lalang, kau berpikir tentang Solar.

Meski kau bilang bahwa kau tidak akan membantunya. Tapi tentu saja itu bohong, tidak mungkin kau membiarkan Solar hancur begitu saja. Tapi meski kau membuat rencana sekalipun, Solar bukanlah seperti Ais yang penurut. Sangat tidak mungkin membuat dia melakukan apa yang kau suruh.

Sudah pasti incaran mereka untuk Solar kali ini adalah nilainya yang sempurna. Kau harusnya menyuruh Solar untuk menjatuhkan nilai sempurnanya sendiri agar orang-orang itu tidak ada cara lain selain menghancurkannya secara langsung.

Kalau mereka menampakkan diri, kau bisa langsung mengalahkan mereka dan membuat mereka mengakui dalang dari semua ini.

Perempuan yang selama ini mereka sebut-sebut. Pasti ada hubungannya denganmu, ketujuh kembar dan paman Amato. Tapi kau tidak tau siapa yang akan melakukan itu.

Seingatmu, paman Amato tidak memiliki masalah dengan keluarga besarnya dan mengenai pekerjaan mata-matanya belum terbongkar. Tidak mungkin ada yang bisa balas dendam dengan menghancurkan ketujuh kembar.

Menghancurkan sesuatu yang berharga bagi paman Amato.

Mau tak mau, kau mulai sekarang harus terus menerus mengamati Solar.

To be continued...

A/n:

Masalah selanjutnya adalah Solar.

Tapi Solar terlalu sombong.

Salam,
Ruru

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon