7 | Kebohongan

96 12 8
                                    

Jam istirahat baru saja tiba, Gia masih membereskan semua buku-buku yang tadi dipakainya untuk mengajar sambil memeriksa nilai harian anak-anak. Safira juga masih berkutat dengan layar laptopnya untuk memberikan laporan mingguan pada Kepala Sekolah mengenai perkembangan anak-anak.

"Assalamu'alaikum!"

Semua mata kini menatap ke arah ambang pintu, di mana suara sosok Sarah berasal. Beberapa orang terlihat terkejut dengan datangnya Sarah ke sekolah hari itu. Gia tak tahu apapun, ia tak mengenalinya sama sekali.

"Itu yang namanya Bu Sarah," bisik Safira, sangat pelan.

Gia pun kini memperhatikannya, wajah cantik itu tak tertutupi oleh niqob sehingga membuat Gia bisa menatapnya dengan jelas. Kini ia sadar betul mengapa dulu Farid lebih memilih menolaknya, ia sangat tak sepadan dengan sosok Sarah, Wanita yang dicintai oleh Farid.

Sarah mendekat ke arah meja Safira dan Gia yang memang berdekatan.

"Wah, Bu Fira sekarang sudah punya teman baru ya? Sepertinya kalian berdua cocok, sama-sama alim dan sama-sama kampungan!" sindir Sarah.

"Bu Sarah! Jangan keterlaluan!" tegas Fakhrul, tak terima.

"Biarkan saja Akh Fakhrul, Iblis memang ditakdirkan oleh Allah agar tidak bisa menutupi kejahatannya. Jadi manusia yang memiliki hati dan kelakuan seperti Iblis, tentu saja akan segera terlihat dengan jelas di mata manusia lain!" Safira balik menyindir.

Sarah tersenyum mengejek seakan merasa tak bersalah sama sekali terhadap Safira. Gia hanya diam sambil mengawasi. Gerakan tangan Sarah kini terarah pada gelas teh yang masih panas karena Safira baru saja membuatnya. Sarah benar-benar meraihnya untuk menyiram wajah Safira, namun Gia lebih cepat memeluk tubuh Safira hingga teh panas itu mengenai wajah Gia yang terbalut niqob.

ARRRGGGHHHH!!!

"Ya Allah!!! Ukhti Gia!!!" Safira panik.

Fakhrul dan Farid menarik Sarah dan mendorongnya agar menjauh dari meja milik Safira.

"Astaghfirullah..., Astaghfirullah...," Gia terus beristighfar untuk menahan rasa panas di wajahnya.

Kepala sekolah turun dari kantornya di atas ketika mendengar laporan dari salah satu Guru. Ia melihat Safira memeluk Gia yang sedang kesakitan, erat-erat.

"Bu Sarah!!! Apa-apaan ini???" bentak Mila.

Sarah menatap Mila dengan tatapan tak percaya.

"Bukah salah saya kalau teh panas itu mengenai wajah Guru baru yang menggantikan saya!!! Dia yang ikut campur masalah saya dengan Bu Fira!!!" Sarah mencoba membela diri.

"Bu Gia ikut campur ataupun tidak, perbuatan Bu Sarah terhadap Bu Fira tetap tidak bisa dibenarkan!!! Bu Sarah salah, dan Bu Gia melakukan hal yang memang sudah seharusnya dia lakukan yaitu melindungi Bu Fira dari kelakuan zhalim Bu Sarah!!!" Mila murka luar biasa.

Sarah merasa tak terima, ia sangat merasa dipermalukan saat itu dan Gia lah yang dibangga-banggakan oleh semua orang. Ia benar-benar tak terima, sehingga melangkah maju dan menarik niqob yang menutupi wajah Gia dengan rapat selama ini.

SREEETTT!!!

Niqob itu robek akibat tangan Sarah yang merenggutnya dengan cepat dan kasar. Semua terpaku di tempatnya atas kejadian yang sama sekali tak terduga itu.

"Astaghfirullahal 'adzhim!!!"

Fakrul dan Farid langsung memalingkan wajah mereka berserta Guru-guru lainnya agar tak melihat wajah Gia yang kini terlihat dengan jelas.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang