28 | Pertemuan

88 15 14
                                    

Safira masih membongkar kopernya dan menyusun baju ke dalam lemari. Ia membiarkan ponselnya tetap menyala dalam keadaan loudspeaker yang aktif.

"Apakah Ukhti Fira yakin tidak mau tinggal dengan Bibinya Ukhti Fira saja?" tanya Gia.

"Insya Allah saya yakin Ukhti Gia. Saya tidak mau membuat repot siapapun saat ini, dan saya juga sedang tidak ingin menerima nasehat dari siapapun. Saya hanya ingin tenang, saya ingin menjauh dari semua hal yang membuat hati ini sakit," jawab Safira, mantap.

Gia benar-benar sudah berusaha membujuk Safira, namun wanita itu sangat kuat dengan pendirian dan keputusannya untuk menyendiri.

"Tolong janji sama saya, kalau Ukhti butuh apa-apa atau kalau Ukhti sedang dalam keadaan mendesak, Ukhti Fira akan segera menghubungi saya," pinta Gia.

"Tentu saja Ukhti Gia, Insya Allah saya akan menghubungi Ukhti Gia kalau ada apa-apa. Ukhti jangan khawatir ya," balas Safira, tenang.

"Baiklah kalau begitu Ukhti Fira, besok saya telepon lagi ya. Ini sudah malam, sebentar lagi waktu shalat Isya' tiba. Ukhti Fira jangan lupa shalat dan sebaiknya Ukhti Fira beristirahat setelah shalat."

"Iya Ukhti Gia, saya akan beristirahat setelah selesai membereskan baju-baju saya. Assalamu'alaikum Ukhti Gia."

"Wa'alaikumsalam Ukhti Fira."

Sambungan telepon itu akhirnya terputus setelah selama dua jam tersambung. Safira segera menyimpan kopernya di atas lemari setelah semua bajunya ia simpan di dalam lemari. Ponsel ia simpan di atas nakas lalu ia meraih Al-Qur'an dan mukena sebelum pergi ke masjid terdekat dari tempat tinggalnya.

Usai berwudhu Safira keluar dari rumah, ia mengunci pintu dengan rapat sebelum melangkah menuju Masjid. Banyak anak-anak yang bermain di depan Masjid itu sebelum adzan Isya' berkumandang, Safira tersenyum dari balik niqob-nya saat memperhatikan mereka sebelum memasuki Masjid.

Di dalam Masjid, para Ibu-ibu dan Akhwat yang masih remaja sudah banyak berkumpul sambil bertadarus. Safira segera melaksanakan shalat tahiyyatul masjid setelah menyimpan Al-Qur'annya dengan benar. Beberapa Akhwat memperhatikannya diam-diam tanpa Safira tahu.

Safira baru saja akan membuka Al-Qur'annya ketika seorang Akhwat mendekat padanya seraya tersenyum.

"Assalamu'alaikum Teh. Teteh orang baru di sini?"

"Wa'alaikumsalam. Iya saya orang baru di daerah sini," jawab Safira.

"Teteh tinggal di mana? Apakah Teteh sudah kerja?"

"Saya tinggal di rumah kontrakan milik Ibu Aida. Alhamdulillah saya sudah kerja, Insya Allah besok akan mulai mengajar di Madrasah Aliyah di depan jalan besar sana."

"Oh Teteh Guru? Masya Allah, luar biasa, masih muda sudah jadi Guru. Nama saya Lilis, nama Teteh siapa?"

"Nama saya Safira, panggil saja Fira. Ukhti Lilis masih sekolah?" tanya Safira.

"Iya Teh Fira, saya masih sekolah. Kelas 11 di Madrasah Aliyah. Itu teman-teman saya," Lilis menunjuk pada sekelompok Akhwat yang ternyata sedang memperhatikan ke arah mereka.

Safira pun melambaikan tangannya untuk memanggil mereka agar mendekat. Mereka semua pun bergegas mendekat dan duduk melingkari Safira.

"Kalian selalu tadarus di sini sebelum shalat Isya'?" Safira ingin tahu.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang