25 | Mencoba

75 13 11
                                    

BYUUURRR!!!

Siraman air dingin yang begitu tiba-tiba membuat kesadaran Safira kembali perlahan-lahan. Sarah menatapnya dengan wajah penuh kebencian terhadap wanita yang ia ikat di sebuah kursi dengan sangat erat.

"Sarah? Bagaimana kamu..., bukankah kamu ada di dalma penjara?" Safira bertanya-tanya.

HAHAHAHAHA!!!

"Dasar tikus kecil bodoh!!! Kamu pikir akan semudah itu Polisi menangkapku seperti yang mereka lakukan pada Mila???" ejek Sarah dengan wajah penuh rasa bangga terhadap dirinya sendiri.

Safira menatapnya dengan perasaan jijik luar biasa. Ia benar-benar tak percaya kalau Sarah bisa bertingkah seperti orang gila seperti itu. Selama ini yang Safira ingat, Sarah adalah orang yang selalu menjaga nama baik dan martabatnya sebagai putri seorang pejabat daerah.

"Aku tidak akan semudah itu untuk bisa dimasukan ke penjara Fira, aku ini cerdas! Apa kamu lupa kalau aku cerdas?" Sarah kembali mengejek.

"Ya Allah Sarah! Taubat kamu! Mau jadi apa hidupmu nanti kalau kamu terus-menerus begini?" tanya Safira.

HAHAHAHAHA!!!

Sarah lagi-lagi tertawa atas apa yang Safira katakan padanya.

"Kamu nggak usah sok peduli! Hidupku ini ya urusanku, bukan urusanmu! Kamu tidak akan dapat masalah seperti ini kalau saja kamu tidak selalu membuatku kesal setiap saat! Aku benci sama kamu Fira! Kamu itu kampungan! Kamu itu norak! Tapi kamu yang paling diperhatikan oleh Fakhrul! Kamu yang paling dibela oleh dia! Kamu! Bukan aku!" teriak Sarah, murka.

Safira kini benar-benar terpaku penuh kebingungan di tempatnya duduk saat itu. Ia masih berusaha mencerna semua yang Sarah ungkapkan saat itu.

"Maksud kamu apa Sarah? Saya benar-benar tidak mengerti," Safira meminta penjelasan.

Sarah pun tersenyum sinis.

"Nggak usah pura-pura bodoh kamu! Aku tahu kamu tidak bodoh Fira! Aku tahu kamu juga cerdas! Aku suka sama Fakhrul! Tapi perhatian Fakhrul cuma ada buat kamu! Setiap kali aku menyindirmu dia akan membela, setiap kali aku mencoba menyalahkanmu atas sesuatu hal dia akan membela, dan setiap kali aku berusaha membuatmu celaka, maka dia yang akan menyelamatkanmu! Aku tidak terima itu Fira! Aku lebih cantik dari kamu dan dia tidak peduli dengan kecantikanku gara-gara kamu!"

"Ah..., saya mengerti sekarang. Jadi selama ini kamu iri sama saya? Iri hanya karena Akh Fakhrul sering membela saya ketimbang kamu?" selidik Safira.

Sarah hanya diam di tempatnya saat itu.

"Makanya Sarah..., jadi manusia itu harusnya jangan cuma cantik di wajah. Hatimu juga harusnya dipercantik. Akh Fakhrul itu pria waras bukan pria sakit jiwa. Dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Percuma kalau kamu cuma punya kecantikan di wajah saja, tapi hatimu dipenuhi kebusukan. Karena sebodoh apapun seorang pria, pada akhirnya mereka akan memutuskan mencari pendamping yang hatinya lebih cantik ketimbang wajahnya. Lihat sendiri bagaimana Akh Farid yang begitu tergila-gila padamu, pada akhirnya dia berlabuh juga pada orang yang hatinya cantik. Dan kebetulan, dia dapat bonus dari Allah karena paras Ukhti Gia jauh lebih cantik daripada parasmu," ujar Safira, dengan santai.

"DIAM!!!"

Sarah membentak Safira tiba-tiba. Wanita itu menatap tajam ke arah tawanannya seakan hendak menerkam.

"Semua gara-gara kamu! Aku kehilangan harapan pada Fakhrul gara-gara kamu! Sekarang saatnya aku membuat Fakhrul menjadi milikku melalui kamu!" tegas Sarah.

"Allahu yahdik!*" balas Safira tanpa mempedulikan apapun yang Sarah rencanakan.

* * *

Sarah mempersiapkan rencana untuk membuat Safira menjadi berguna. Ia ingin memancing Fakhrul agar datang sendiri ke tempat persembunyiannya saat itu. Hatinya sudah terlalu sakit karena terus diabaikan oleh Fakhrul.

Selama ini ia berusaha menyakiti Safira hanya untuk menarik perhatian Fakhrul. Ia senang saat Farid membelanya dan memarah-marahi Safira, namun ia lebih senang saat melihat Fakhrul marah pada Farid. Sayangnya, kemarahan itu bukan untuk menjunjung dirinya melainkan untuk membela Safira!

Ya, Fakhrul selalu membela Safira selama ini. Tapi ia masih tak mengerti kenapa pria itu selalu membela Safira tapi ingin menikahi Gia. Apakah pria itu selama ini tak punya perasaan pada Safira? Dan kalau benar Fakhrul tidak punya perasaan pada Safira, maka artinya selama ini Sarah sudah salah langkah untuk mendapatkan Fakhrul.

Safira berusaha membuka tali yang mengikat tangannya. Perlahan-lahan ia berusaha membuat tali itu melonggar agar Sarah tidak curiga. Pintu kamar terbuka, Sarah terlihat membawakan makanan ke dalam kamar itu untuk Safira. Safira pun berpura-pura kembali diam seakan tak sedang melakukan apapun.

"Makan! Jangan sampai kamu mati kelaparan di sini ya! Aku nggak bisa mengubur mayat!" bentak Sarah.

"Makan saja sendiri! Saya tidak mau memakan makanan haram hasil uang kotor milik Bapakmu!" balas Safira, tegas.

Sarah menggeram di tempatnya. Ia mendekat lalu menjambak rambut Safira yang masih terbalut jilbab.

"Arrrggghhh!!! Sarah!!! Sakit!!!" jerit Safira.

"Sakit??? Terasa sakitnya??? Hah???" Sarah kembali marah.

Safira menatap wajah itu dan menangkap kemarahan yang luar biasa.

"Kalau kamu nggak mau kesakitan jangan melawan perintahku! Saat ini kekuasaan ada di tanganku, jadi kamu harus tunduk pada semua yang kukatakan!" tegas Sarah.

"Tidak! Kekuasaan di dunia ini hanya milik Allah, dan aku hanya tunduk pada perintah Allah! Kamu itu hanya manusia biasa, bukan Allah!" balas Safira tak kalah tegas.

HAHAHAHAHA!!!

"Lalu di mana Allah saat ini, hah? Apa Allah bisa menolongmu jika aku membunuhmu sekarang?" tantang Sarah.

"Jangan takabur kamu Sarah! Hidup dan matiku hanya ada di tangan Allah! Sekalipun kamu ingin membunuhku, tapi jika Allah belum berkehendak agar nyawaku tercabut dari raga ini, maka hal itu tidak akan pernah terjadi!"

"Jangan sok tahu kamu! Kamu itu hanya selalu bertindak sok benar di hadapan siapapun! Kamu selalu memanfaatkan keluguanmu agar orang-orang bersimpati kepadamu!"

"Kamu salah Sarah! Saya justru tidak pernah melakukan apapun! Seorang Akhwat lebih bermartabat di hadapan orang lain jika tidak melakukan apapun. Diam adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Allah. Kita akan dimuliakan jika tetap menjalankan apa yang Allah perintahkan," Safira ingin Sarah menyadari kesalahannya.

"Cukup!!! Berhenti berceramah!!! Kamu nggak perlu berlagak sok alim di hadapanku!!! Kamu itu sampah!!! Aku benci kamu!!!" Sarah semakin histeris.

Safira menyerah, ia sudah tak mampu membujuk Sarah untuk sadar akan kesalahannya. Hati Sarah mungkin sudah terlanjur membatu sehingga tidak bisa diberi pencerahan apapun meski itu adalah kebaikan. Setidaknya, Safira sudah sangat berusaha.

Sarah membanting pintu dan meninggalkan Safira sendirian di dalam kamar itu seperti tadi. Safira pun mulai kembali mencoba melonggarkan tali pengikat yang masih mengikatnya.

'Ya Allah, hidup dan matiku kuserahkan kepada-Mu.'

* * *

*Allahu yahdik = semoga Allah memberimu pentunjuk (kata ini biasanya digunakan pada orang yang menyimpang. Ditujukan agar orang yang menyimpang itu diberi pentunjuk akan kesalahan yang membuatnya menyimpang)

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang