Chapter 30

1K 142 15
                                    

Manik cokelat gadis Ahn mengedar ke penjuru sudut ruangan yang tak lagi penuh warna serta kontur dari interior yang tertata sebelumnya. Kini hanya terhiasi beberapa kardus yang tentu saja akan raib dari spasial penuh kenangan. Bahkan, interior yang ukurannya besar sudah diangkut ke dalam mobil pick-up. Kendati ruangan itu begitu hampa, akan tetapi masih terasa terisi dengan segala kenangan. Manis maupun pahit tertinggal di sana. Senyuman kecut tersungging pada bilah labium simultan kelopak mata indahnya memejam.

Bukannya dengan begitu ia bisa melenyapkan seberinda fraksi memorinya, justru memoarnya tengah mereminisensi dalam inti jemala. Embusan napas lembut sinkron menyingkapnya kelopak mata tatkala bahu yang terbalut toga ditepuknya dari belakang. Lirikan netranya menemukan eksistensi pria rupawan yang kontur wajahnya mirip dengannya lantas beralih pada entitas gadis nyentrik tengah mematri birai kurva manisnya. Ia sangat beruntung masih memiliki keduanya di sisinya, kakaknya dan juga sahabatnya.

"Kau yakin dengan keputusan ini?" tanya Jaehyun meyakinkan sang adik agaknya skeptis. Namun, asumsinya ditampik dengan dua kali anggukan jemala. Helaan napas berderu, bagaimana pun semua ini keputusan adiknya sendiri. Gadis kecilnya ini sudah dewasa, ia tak perlu ikut campur dalam mengambil keputusan. Jika memang baik untuknya ia akan mendukung, sebaliknya jika tidak.

"Iya, Ji. Apa kau yakin? Di sini, kan, masih ada aku yang melindungimu dari mereka. Apa kau tak sayang dengan kariermu di sini?" kini giliran Naeun yang merengek bagai bocah kecil yang ditinggalkan kakaknya jauh pergi. Ia benar-benar tak bisa jauh dari Jira. "Jika kaupergi, lantas dengan siapa aku pergi ke konser, fangirling bersama?"

Jira tersenyum getir. "Aku yakin. Toh, memang semua ini rencanaku dari awal. Jika aku lulus sarjana, maka aku akan langsung berangkat ke negeri Paman Sam untuk melanjutkan studiku. Semua ini adalah impianku. Bukan semata-mata aku menghindar dari trauma. Sungguh, aku tak takut dengan publik yang mencaciku di luar sana. Soal karierku sebagai penulis aku akan tetap melanjutkannya dari jauh sana. Tega sekali bukan jika aku menelantarkan para pembacaku," jelasnya dengan begitu hati-hati. Takut-takut ia keliru dalam memilah silabel yang akan mengena hati. "Toh, kita masih berkomunikasi, 'kan? Membicarakan oppadeul, fangirling bersama."

Jira menatap sendu sang karib yang kian kristal beningnya sudah membasahi pipi. Sebenarnya ia tak kuasa meninggalkannya seorang diri. Bukannya ia egois, dirinya pun memiliki mimpi yang harus digapai kendati mengorbankan semenjana hal, baik itu krusial ataupun tidak. Ia tak bisa hipokrit jika dirinya baik-baik saja, derai air mata pun ikut membasahi pipi.

Sementara Jaehyun hanya bisa memandang masygul kedua gadis sepantaran yang saling merangkum daksa sebagai kata perpisahan. Pun senggukan mengudara menciptakan nestapa di gegana.

"Janji, ya, kau cepat kembali? Aku atau kau, kita bisa bertemu sesekali. Baik aku yang mengunjungimu atau kau yang pulang mengunjungiku," pinta Naeun di tengah isakan tangis keduanya.

"Tentu saja. Namun, kau berjanji segera raih gelar sarjanamu, okay?"

Lantas anggukan sebagai respons mampu mematri birai kurva pada sang jelita. Memang inilah alasan mengapa ia ingin lulus bersama dengan sahabatnya. Sebab,  ia akan langsung berangkat begitu menggelar wisuda.

Dekapan pun melonggar tatkala Jaehyun memperingatkan Jira agar lekas menuju bandara sebab pesawat beberapa jam lagi akan take-off. Sebelum benar-benar melenggangkan tungkainya, ia sempat menengok ke belakang apartemen. Netranya seakan memutar adegan siluet serta dialog kenangan yang tercipta di sana. Reminisensi terhenti tatkala daun pintu cokelat menutup sempurna.

Mobil putih metalik membelah jalanan, memangkas distansi dengan tempat yang dituju. Jaehyun yang duduk di samping kemudi, serta Naeun yang duduk di samping Jira di belakang kemudi, mengantarkannya hingga memanifestasikan perpisahan. Dibuangnya muka ke luar jendela mobil, memandang setiap warna dan kontur negeri yang akan dirindukannya nanti. Ada banyak kenangan yang diciptakan bersama orang-orang terkasih.

"Oppa, apa Ayah dan Ibu sudah dihubungi?" tanya Jira tiba-tiba sebab ayah dan ibunya tak sempat menghadiri wisuda, maka mereka akan langsung mengantarkan keberangkatannya di bandara.

"Sudah. Mereka juga sudah menunggumu di sana."

Lantas dua anggukan jemala merespons kendati entah Jaehyun yang duduk di depannya menyadari atau tidak. Ia bahkan tak bisa membayangkan jika dirinya pun harus berpisah lagi dengan kedua orang tuanya. Bahkan, bukan dalam jarak yang dekat seperti sebelumnya. Ia memang sudah terbiasa, namun agaknya berbeda.

Sekonyong-konyong mindanya mengingatkan beberapa entitas yang perlu ia kabari mendadak. Lantas lengannya terulur mencari radas pipih yang selalu ia bawa kemana-mana. Telunjuknya menggulir layar mencari epitel yang ingin dihubungi. Sejemang perasaan skeptis serta gamang menyambangi. Ia menggigit bibir bawahnya masif, apakah tindakannya benar atau tidak? Lantas ia menggelengkan jemalanya simultan mencari kontak nama lain yang harus dihubungi.

Lengannya memangkas distansi antara rungu juga radas komunikasi. Resonansi dengungan sambungan yang belum juga terangkat masih terdengar. Mungkin sang penerima tengah sibuk, pikirnya. Ia menunggu untuk beberapa menit pun belum juga tersambung. Lantas ia menekan panel berwarna merah untuk memutuskan panggilan. Jemarinya mengetikkan beberapa untaian leksikal di layar radas pipih tersebut. Jika sambungan telepon tak diangkat, maka meninggalkan pesan adalah alternatif lainnya.

Tak terasa ia sudah memijakkan tungkainya di bandara. Ayah dan ibunya pun sudah menyambut dengan pelukan serta kecupan haru serta menyalurkan afeksi sebagai kedua orang tua semestinya. Permintaan maaf sebab tak sempat menghadiri wisuda pun diutarakan dengan penuh rasa bersalah.

"Tak apa, kan, yang terpenting kalian menyempatkan mengantarkanku juga. Aku tahu kalian sibuk dan cukup jauh datang kemari," ungkapnya.

"Tetap saja, mana ada orang tua yang tak merasa bersalah ketika tak menghadiri hari yang paling spesial dalam hidup anaknya," sanggah Nyonya Ahn yang terus saja menyalahkan diri.

"Terlebih dari itu, kau baik-baik di sana. Wisuda keduamu nanti kami pastikan akan hadir. Ingatkan kami akan janji kami, ya?" pinta Tuan Ahn seraya mengeratkan dekapan pada putri bungsunya.

"Hei, anak sulung kalian juga ingin dipeluk!" rengek Jaehyun tiba-tiba. Bibirnya dimajukan layaknya bocah merajuk, alih-alih menggemaskan malah membuat mereka risi, kecuali Naeun. Bagaimana bisa sebagai wanita penggila lelaki tampan akan risi dengan apapun ekspresi lelaki tampan yang dibuatnya? Untung saja Jaehyun—kakak sahabatnya—itu masuk ke dalam daftar lelaki tampan. Tentu saja, lelaki bermarga Ahn itu adalah seorang idola.

"Kau sudah besar!"

"Sayang, dia juga putramu," sergah Nyonya Ahn menampik penolakan suaminya terhadap putra sulungnya yang secara tak langsung. "Ayo, mari sini Jaehyun-ah!"

Lekas Jaehyun masuk ke dalam rangkuman keluarga hangatnya. Alasan ini pula Jira merasa berat untuk meninggalkan negeri kelahirannya. Namun, ia lekas menampik hal tersebut. Ia harus segera meraih mimpinya.

"Sudah, sudah pelukannya. Lihat, kalian tak malu dengan Naeun!"

Kini dekapan Jira berlanjut pada Naeun. "Ji, jangan lupakan aku ya! Dan ingat janjimu!"

"Tentu saja, kau tak perlu memperingatkanku lagi. Dasar cerewet!"

"Harus! Kau itu bocah pelupa!" satire Naeun.

Lantas gelak tawa mengudara, mengikis haru perpisahan yang akan segera terejawantah. Jira sesekali menengok pada pintu masuk, berharap entitas yang diharapkannya datang. Namun, tentu saja ia takkan datang. Toh, tadi saja ia mengurungkan niat untuk menghubunginya. Ada rasa sesal terselip menyambangi. Apakah ia menghubunginya sekarang saja? Apa ia tak tahu diri mengingat dirinya yang meminta untuk melupakannya?

***

Part-nya kependekan ga?
Oh iya, mau bilang aku lagi proses nulis lapak baru nih. Ada 2 sih, yang mana ya yang harus aku publikasi terlebih dahulu. Cast-nya Soobin? Atau cast-nya Yeonjun?

Eh terlebih dari itu, jika kalian ARMY juga mampir ya di work aku yang cast-nya Taehyung judulnya Unacceptable. Udah tamat kok, gausa nunggu kelanjutannya lagi.

Dah ah promosinya kepanjangan, tar kalian bosen. Tau kok author note ini pasti suka kalian lewat, kan? Hiks. Intinya sih jan lupa tinggalkan jejak vote serta komentar ya, Moa! C ya!❤️

—ara

YOU ARE • Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang