bagian satu : halaman dua

3.8K 337 13
                                    

Jaemin saat ini terduduk di meja makan bersama Simbok.

"Mbok..." panggil Jaemin.

"Ya?" Simbok yang sedang memotong semangka untuk Jaemin pun menengadahkan kepalanya menatap Jaemin.

"Bunda itu cantik ya, Mbok?" tanya Jaemin.

Simbok terdiam sebentar lalu tersenyum. "Ibu itu cantik banget, Ibu juga baik banget, Den... Kayak aden..." jawab Simbok melanjutkan memotong semangkanya.

"Aden sekarang minum obat dulu, biar nanti bisa makan semangkanya..." suruh Simbok. Jaemin menuruti perkataan simbok dan meminum obatnya.

"Mbo-

ting tong!

Biar Jaemin aja, Mbok..." ujar Jaemin lalu berjalan ke arah pintu.

ceklek!

Jaemin membulatkan matanya senang saat melihat orang di depannya. Senyum lebar terpasang di wajahnya.

"Minggir." ujar orang tersebut dingin.

Jaemin tetap berdiri disana dengan senyum yang masih mengembang si wajahnya.

"ck! gila." ucapnya lalu mendorong Jaemin hingga tersungkur di lantai rumah tersebut.

Pria tersebut masuk diikuti 2 perempuan lainnya. Mereka adalah Siwon, Sora, dan Lami.

"Cih! Lemah!" gumam Lami menatap jijik Jaemin yang terduduk di lantai.

Jaemin masih dengan senyumnya, sedikit berbeda, ia sering memanggilnya, senyum lelah.

"Kita bakal pindah kesini ga lama lagi. Gimana?" ujar Siwon merangkul Lami. Senyum mengembang di pipi keduanya.

Simbok berjalan menghampiri Jaemin. Menanyakan, apa dia baik baik saja dan dijawab anggukan oleh Jaemin.

Jaemin bangkit dan berjalan ke arah kamarnya, bodoh jika ia tetap di sana. Hanya akan menambah luka di hatinya saja.

Ia berjalan ke meja belajarnya, mengambil kamera yang di belikan Jaehyun saat ulang tahunnya yang ke-14 lalu. Tungkainya ia arahkan kembali ke balkon rumahnya.

Ia arahkan kamera tersebut ke arah langit sore hari. "Matahari..." gumamnya tiba tiba teringat akan salah satu sahabatnya, Haechan.

cekrek!

Dirinya mengambil satu gambar awan yang baginya indah tersebut, lalu ia kembali menaruhkan kameranya pada meja belajarnya dan menyalakan ponselnya.

Membuka roomchat dengan para sahabat, mengetikan pesan singkat pada mereka agar ditemani.

Setelah 35 menit ia menunggu, akhirnya ketiga temannya datang, walaupun ada sedikit cekcok tadinya di lantai bawah. tapi bagi mereka itu bukanlah hal yang terlalu penting, yang terpenting saat ini adalah teman bungsunya itu meminta untuk ditemani.

Haechan dan Renjun sedikit menyindir kepala keluarga Na tersebut saat mereka sedang di tangga. "Anak ceweknya tuh, Pak! Dijaga jangan di ajarin jadi jalang murahan yang manel sana sini! Sama aja kayak emaknya tuh! Menjijikan!" sindir mereka berdua tadi.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya dan Jaemin hanya menatap mereka seperti berkata, "gila lo!".

ah, sepertinya akan terjadi percekcokan lagi, batin Jaemin.

"Kalian! Mulut kalian dijaga ya! Orang tua kalian gak pernah ngasih tau sopan santun ya, sepertinya?!" bentak Sora tidak terima.

"Chan, jalangnya ngomong tuh!" ujar Renjun. Haechan terkekeh pelan, lalu berkata, "Bukan cuma Jalang, Njun. Dia juga pembunuh. Duh ya ampun, ngakak dulu lah gue!"

Sora mengepalkan tangannya. "Diam kalian! Kurang ajar—

—Sora duduk dan habiskan makananmu!" bentak Siwon pada sang istri.

Haechan dan Renjun menyunggingkan senyuman remeh mereka. Satu kartu terbuka, batin keduanya.

"Ayo, ke kamar langsung ae!" ajak Jeno dan di anggukan oleh keduanya.

Sesampainya di kamar Jaemin mereka langsung goleran di lantai. Haechan dan Jeno yang langsung menyalakan PS miliknya lalu Renjun yang langsung tidur di kasurnya.

"Tunggu bentar, gue mau ambil makanan sama minuman-

-gue ikut!" Jaemin menganggukkan ucapan Jeno lalu keluar dari kamarnya mengambil makanan dan minuman di bawah.

Tak lama kemudian mereka kembali dengan senampan minuman dan Jeno yang penuh dengan makanan.

"Demen gue ke rumah Jaemin terus kalo kayak gini." ujar Renjun.

"Dasar China!"

"Mau apa lo? Gue emang orang China! btw, ajak Chenle, Jisung, sama abang lo, Jen."

Jeno merotasikan matanya. "Lagi marahan gue sama Si Mark." ujar Jeno.

"Chan, sepupu lo."

"Bodo sih, gue ga peduli. Ini jadi kagak? Chenle udah mau nangis nih, kalo nangis gue yang dimarahin sama Mae gue!"

"Jadi! Sekalian Jisung!"

"Y."

dan setelah itu, mereka menghabiskan hari itu dengan bermain di kamar Jaemin. Akhir hari yang menyenangkan.

to be continued

entah kenapa aku nyaman banget di book ini :)

mikirnya juga kayak langsung keluar gitu :)

kalau aneh, jelek, dekil, maafkanlah...
ngomong ngomong ini pengganti necosítote :)

rendirse ✓Where stories live. Discover now