bagian dua : halaman tiga

2.1K 246 3
                                    

jaemin sibuk dengan handphonenya dan jeno yang sibuk menyelesaikan laporan untuk perusahaan sang ayah.

apakah mereka tidak bosan? jujur saja, mereka bosan, tapi jeno tak bisa mengalihkan fokusnya atau ayahnya akan jungkir balik di depan sang bunda.

mereka malu memikirkannya, sungguh.

jaemin yang sudah sangat sangat lah bosan akhirnya membuka suara.

"jen, thai tea atau boba?" tanya jaemin.

"thai tea, ayam sekalian. gue lagi pengen." jawab jeno cepat.

jaemin kembali sibuk dengan handphonenya, memesan makanan untuk jeno dan minuman serta cemilan untuk keduanya.

"entar elu yang ambil, ya, jen." ujar jaemin yang hanya di anggukan oleh jeno.

ruangan tersebut kembali hening, tak ada percakapan setelahnya.

terlalu bosan, jaemin menyalakan tv di ruang rawat inapnya bersamaan dengan dokter kim sebagai dokter yang menangani jaemin memasuki ruangannya.

"oh, dokter kim! kenapa?" sapa jaemin dengan senyumnya.

"jaem... saya sudah mohon untuk kedua kalinya, tolong ikuti kemoterapi, ya?" pintanya. senyumnya sedikit meluntur.

"tapi-"

"-perizinan orang tua?" jaemin menundukkan kepalanya mendengar ucapan jeno.

"apakah bisa perwakilan, om?"

dokter kim menganggukkan kepalanya. "jaem, gue bisa min-"

"-ga usah, jen... Ayah minta gue pergi, jadi tolong ya? cuma ini yang bisa gue lakuin buat bahagian Ayah."

"tapi ga begitu, Na Jaemin! Ayahmu atau keluargamu mungkin tak membutuhkan, tapi kami, kami sangat menyayangimu, kumohon, jaem..."

"om yesung... jaemin mohon... hanya ini, walau jaemin sendiri takut, tapi kalau menyangkut Ayah dengan kebahagiaannya. kenapa tidak? jaem mau balas budi sama ayah karena sudah membesarkan dan membiayai jaem sampai sekarang, walau abang yang lebih banyak berkontribusi.

tapi tak apa... jaem juga bisa lebih cepat melihat wajah bunda yang dikata kata cantik oleh semua orang dan abang."

mereka berdua terdiam mendengar penuturan kata jaemin. setitik air mata meluncur dari mata indah jaemin, pemberian sang bunda.

"jaem cuma mau lihat kebahagian ayah sama mama serta lami dengan mewujudkan keinginannya. mereka ingin jaem menghilang dan tuhan memberi jaem penyakit ini. jaem bersyukur, tuhan telah memberi kesempatan dengan cara ini.

kalian tentu masih ingat bagaimana gilanya aku saat melakukan cutting dan meminum obat obat terlarang itu, jika kalian tidak ingin melihatnya lagi, maka biarkan lah penyakit ini menggerogoti tubuh jaemin."

mereka masih terdiam, mengingat kejadian kejadian lalu yang membuat mereka rasanya ingin menyusulnya saja. kejadian saat jaemin kritis karena overdosis dan kemudian kritis karena cutting.

lihat ini, Na Siwon, darah dagingmu sendiri yang menyayangimu apa adanya. tak peduli jika nantinya ia kehilangan nyawanya hanya untuk membuatmu bahagia. berbanding balik dengan anak perempuanmu itu.

kau dibutakan oleh keduanya dan aku berharap karma segera datang untukmu. batin Yesung mengingat salah satu sahabatnya yang memiliki otak pintar tapi tak pernah di gunakan.

"om, jangan sampai orang lain selain kita tau. 6 bulan dan semuanya berakhir."

"om bukan tuhan yang mengetahui kapan hal itu terjadi, jaem. tolong, setujui permintaanku melakukan kemo."

"ya, jaemin... kami mohon."

"bukannya percuma? tak perlu menunggu lama dan sepertinya akan menaiki stadium 4, lalu aku akan berakhir untuk selalu kembali ke tempat. aku sudah membulatkan keputusanku, mohon untuk pahami... tolong beri aku sedikit tempat sendiri..."

keduanya hanya pasrah dan kemudian keluar dari ruangan tersebut membiarkan jaemin termenung di dalamnya.

"bersabarlah sedikit lagi, ayah, mama, lami... aku akan segera pergi..."

to be continued

Yue capek remed dan sekarang melampiaskan kesini, tak apa kan?

rendirse ✓Where stories live. Discover now