22. Kobong

2.9K 723 109
                                    

Versi baru, 2020.

©sourceofjoyful




Kobong dalam bahasa Jawa punya arti, terbakar.

Part ini diberi judul 'Kobong' karena ada yang lagi 'Kobong perasaannya'














DOK! DOK! DOK!

"Mas!" teriak Mas Wirya ke arah kamar mandi, "Apaan sih?! Berisik banget."

Kepala Mas Surya nongol dari dalam kamar mandi, "Tak palu lo ndasmu, rene o! Iki gantungan klambi nang jeding kok iso copot ngene seh? Adus ta dadi kethek wong-wong omah iki?"

Mas Surya marah. Terjemahan dari ucapannya adalah, "Mau aku palu kepalamu? Sini! Ini gantungan baju di kamar mandi kok bisa sampai copot sih? Kalian ini mandi apa jadi monyet?"

Aku muncul dari dapur melihat Mas Wirya manyun lagi sambil gonta-ganti channel TV.

"Mas Wirya kenapa, sih? Sensitif banget pagi ini?" tanyaku.

"Takonono, Rin. Ngamuk ae isuk iki koyok arek perawan sek ntas mens," balas Mas Surya (masih) dari kamar mandi dengan menggebu-gebu.

Mas Wirya lalu menutupi mukanya pakai bantal sofa. Aduh, kan jiwa-jiwa kepoku kumat.

"Cerita aja sama Arin, Mas. Janji nggak ngetawain atau..." Kalimatku terhenti, "Kalau ngghibain, nggak janji..."

Mas Wirya menatapku masam, "Untung kamu adikku, Rin."

"Iya, iya, bercanda." kataku, "Kenapa?"

"Mas putus sama Sasya."

Aku melotot, "Ap..."

DOK! DOK! DOK!

Aku mau kaget ala-ala sinetron gitu tapi gagal karena backsound palu yang dipersembahkan oleh Mas Surya sangat menganggu :(

"Bukannya kalian harmonis banget?" tanyaku penasaran.

"Waktu dengar Mas Ian mau nikah, mas coba bahas sama Sasya tentang pemikiran ke depan soal hubungan kita. Sasya belum siap nikah, Dek."

Aku diam.

"Dia nggak siap jadi ibu, nggak siap punya anak, dia benci anak-anak..."

Mas Ian benar-benar bikin mas-masku ngebet nikah semua. The power of Mas Ian ini mah.

"Ya nikah nunda anak, kan bisa," kataku.

"Sasya tetap nggak mau," kata Mas Wirya sedih, "Malah jadi berantem pokoknya.

Muka Mas Wirya jadi murung.

"Yauda sini peluk dulu," kataku sambil merentangkan tangan.

Mas Wirya menghambur ke pelukanku.

"Takut banget kalau ntar mas nikah paling akhir," kata Mas Wirya.

"Nggak lah. Ayah pasti nikahin kalian berurutan," kataku mencoba menghibur.

"Tapi buktinya Mas Ian udah serius mau nikah aja padahal Mas Jae sama Mas Surya aja belum ada calon."

"Nggak kok, Mas. Tenang aja," kataku (masih) berusaha sabar menghadapi kerewelan masku yang satu ini.

"Ih, berarti kamu berharap usaha Mas Ian kemarin gagal dong. Nggak boleh gitu dong..."

Aku menghela nafas panjang lalu melepas pelukanku dengan Mas Wirya.

Aku Panggil Mereka : Mas! Where stories live. Discover now