28. Pupus

2.3K 594 29
                                    

"Jepang," kata Yoga, "Gue mau ikut Kak Sharon."

Tubuhku membeku ketika mendengar jawaban Yoga. Cowok itu tidak memandangkan sama sekali ketika mengucapkan kalimat itu.

Hubungan kami bahkan baru dimulai tapi kenapa harus datang cobaan seperti ini.

Agak lama kami terdiam sampai pada akhirnya aku berkata, "Ayo kita lakuin itu."

Yoga akhirnya menoleh, menatapku. Bingung.

"LDR," tegasku.

Lagi-lagi cowok itu diam.

"Gue yakin kok kalau kita pasti bisa," kataku sambil meraih lengan Yoga.

Bohong. Aku sendiri tidak yakin dengan apa yang aku ucapkan.

Tangan Yoga menggegam tanganku yang melingkar di lengannya.

Aku masih menatapnya dengan kedua mata penuh harap.

"Maaf," katanya sambil menurukan tanganku di lengannya, "Kita bicarain nanti lagi." Lalu pergi meninggalkanku.









•••









"Rin?"

Aku cepat-cepat mengusap air mataku ketika mendengar suara Mas Ian dari depan pintu kamarku yang masih terutup.

"Kenapa, Mas?" tanyaku.

"Ini tak bawain buah buat temen nyemil," jawab Mas Ian, "Mas boleh masuk nggak?"

"Eng..." Aku panik lalu baru menyadari bahwa lembaran buku soal yang sedang kupelajari basah karena kena air mata. Beneran se dramatis itu.

"Heh? Suwe ne seh? (Lama banget sih?)."

"Mas..."

Telat. Pintu kamarku keburu terbuka.

"Buka pintu lama banget sih," kata Mas Ian lalu menaruh piring berisi potongan buah apel dan pear di atas meja belajarku, "Nih."

Aku masih belum berani menatap Mas Ian.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Mas Ian.

Waduh, kayaknya dia mulai curiga.

"Sini lihat Mas," pintanya lalu mencoba membuatku untuk mendongak.

Aku langsung memalingkan wajah.

"Heh kamu nangis ya?!" kata Mas Ian kaget.

"Sstttttt!" Aku langsung membekap mulut masku itu.

Mas Ian seakan memberi isyarat untuk tetap akan tenang, "Lepasin tanganmu."

Awalnya aku menolak karena dia sering tipu-tipu tapi akhirnya menuruti keinginannya.

"Kenapa?"

Syukurlah ekspresi Mas Ian beneran lebih kalem daripada tadi.

"Bukan apa-apa," jawabku.

"Kupanggilin pasukan nih," katanya.

"Eh, jangan!" kataku panik.

Aku Panggil Mereka : Mas! Where stories live. Discover now