keputusan

734 19 0
                                    

Hari yang menyebalkan adalah bertemu dengan Rio dan serin. Disaat aku sedang sibuk mempersiapkan semua kebutuhan untuk pesta mereka dengan seenaknya mereka menculiku lagi dan kali ini mereka akan mencari cincin pernikahan.

Hah....apa lagi yang ingin mereka pamerkan padaku saat ini. Apa mereka ingin pamer cincin mereka dan mengejeku karena aku belum mempunyai pendamping. Rasanya ingin kuacak-acak mereka saja.

Bah...dasar tukan pamer. Apa mereka belum puas dengan kejadian kemarin dan kini mereka membuat ide gila lagi. Awas saja kalau sampai mereka mempertemukanku dengan om mesum itu lagi...ku bakar habis mereka. Enak saja mereka mengatur pertemuanku dengannya. Sedangkan aku mati-matian menghindarinya.

Dan kini aku kembali jadi obat nyamuk buat mereka bosen liat mereka berdebat soal cincin, apa sich bedanya cincin itu toch kan tinggal milih, bungkus trus bawa pulang. Ngapain pake debat segala. Kasian yang layani kan jadi pusing dan enek denger suara cempreng mereka. Panas kupingku lama-lama mendengar perdebatan mereka yang ndak penting itu. Kualihkan pandanganku untuk melihat isi etalase toko dan aku melihat sepasang cincin emas putih yang menarik perhatianku.

"Mbak...liat ini dunk.."

Aku menunjuk sebuah cincin berukir yang simple tapi elegan. Tidak banyak permata disana. Tapi justru itu membuatnya istimewa. Aku mencoba mengenakan cincin itu dan ternyata pas di cari manisku. Sejenak aku memandang cincin itu. Sepertinya ada yang salah dengan cincin itu. Benar..kurasa ini bukan pasangan yang pas. Aku mengamati beberapa pasang cincin couple lagi. Dan mataku tertuju pada sepasang cincin putih yang lain. Cincin buat cewek nya terlalu glamour menurutku karena terlalu banyak memakai permata. Dan itu terlalu berlebihan. Beda dengan cincin cowoknya yang simple. Ada sebuah ukiran yang mengelilingi cincin itu membuatnya terlihat macho dan etnic.

"Mbak, bisa ndak kalau cincin cowoknya dituker sama yang ini?" Tanyaku sambil menunjukan cincin yang ku pegang.

"Bisa mbak.."

Aku tersenyum puas mendengar ucapan pelayan toko, apalagi membayangkan jika andrey memakai cincin itu pasti terlihat bagus. Hah..kenapa jadi mikirin dia lagi sich. Mupeng nich lama-lama kalau ingat dia.

Aku melepaskan cincin yang aku coba tadi dan menyatukannya dengan cincin pilihanku, entah kenapa aku berniat membeli cincin itu tapi yang jelas. Aku menyukainya. Aku meletakan kembali cincin itu ketempatnya.

"Mbak...aku..."

"Mbak...saya ambil ini ya...!"

Sebuah suara yang sangat ku hapal saat itu sudah berada di belakangku sambil memegang kotak cincin yang aku taksir tadi.

"Kau...kenapa ada disini?"

"Cari cincin...kebetulan saja kamu sudah memilihkan yang bagus untukku."

"Apa...enak aja...."

"Sayang...boleh aku coba cincinya sekarang?"

Suara gadis itu membuatku menoleh kebelakang. Dan aku mendapati gadis bule itu menempel begitu erat pada tubuh andrey bahkan dia tak ragu untuk memamerkan kemesraannya. Ingin sekali aku mengahncurkan mereka berdua saat itu juga. Agar berkurang penghuni mesum di dunia ini.

"Ambil aja..itu bekas gue...mau,  ternyata selera lo itu rendah ya. Sisa orang."

Kataku sambil mencibir dan berlalu pergi. Tak kuhiraukan umpatan gadis itu. Biar saja jika dia ngamuk-ngamuk disitu toch sudah ada pawangnya. Ngapain repot-repot ngurusin mereka.

Aku mencari bayangan Rio dan serin yang sudah menghilang entah kemana. Ingin rasanya aku membuat perhitungan dengan mereka. Seenakanya saja mereka meninggalkanku tanpa pamit. Awas saja, aku ogah diajak mereka lagi. Pasti ujung-ujunganya kayak gini lagi. Ketemu andrey lagi. Ogah gue. Seenaknya saja mereka ngerjain orang. Bener-bener dech..teman soak. Kurang kerjaan. Sepanjang perjalan aku masih saja ngedumel.

sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang